Ditinggal mati oleh anak adalah pengalaman yang sangat dramatis dan bisa menimbulkan trauma dalam hidup kita. Itulah yang dialami oleh Terah, ayah Abraham. Ia ditinggal mati oleh salah seorang anaknya yang bernama Haran. Agaknya Terah sangat menyayangi Haran, sehingga ia tidak bisa menerima kematian anaknya tersebut.
Peristiwa itu menimbulkan luka dan trauma yang cukup dalam bagi Terah, sehingga walaupun Haran sudah mati, Terah masih terus mengingatnya (Kejadian 11:27-32).
“Ketika Terah, ayahnya, masih hidup, matilah Haran di negeri kelahirannya, di Ur-Kasdim” (ayat 28).
“Lalu Terah membawa Abram, anaknya, serta cucunya, Lot, yaitu anak Haran, dan Sarai, menantunya, isteri Abram, anaknya; ia berangkat bersama-sama dengan mereka dari Ur-Kasdim untuk pergi ke tanah Kanaan, lalu sampailah mereka ke Haran, dan menetap di sana. Umur Terah ada dua ratus lima tahun; lalu ia mati di Haran”(ayat 31-32).
Belakangan Terah membawa seluruh keluarganya untuk keluar dari Ur-Kasdim menuju ke tanah Kanaan. Kemungkinan besar ini adalah perintah Tuhan kepada Terah, karena di kemudian hari, setelah Terah mati, kita tahu bahwa Tuhan juga menyuruh Abram keluar dari Ur-Kasdim menuju tanah Kanaan (Ini perintah dan janji yang diturunkan dari Terah kepada Abram, karena Terah telah mati dan tidak dapat melanjutkan perjalanan)
Salah satu alasan Terah mau menempuh perjalanan ini, mungkin adalah untuk menghapus ingatannya terhadap Haran. Tapi kenyataan membuktikan, Terah masih terus membawa Haran dalam hidupnya. Terbukti saat mereka tiba di sebuah tempat yang bernama Haran (nama yang sama dengan nama anaknya), ia memutuskan untuk menetap di sana, dan tragisnya, ia menetap sampai mati di sana dan tidak melanjutkan perjalanan ke Kanaan.
Terah tidak berhasil keluar dari bayang-bayang trauma masa lalunya, walaupun Tuhan sudah berusaha mengeluarkannya. Sehingga pada akhirnya, ia tidak bisa menggenapi perjalanan rohaninya seperti yang Tuhan tetapkan.
Dari kehidupan Terah, kita bisa belajar betapa jahatnya akibat dari trauma masa lalu yang tidak dituntaskan masa lalu itu. Inilah akibat dari trauma masa lalu yang tidak dituntaskan:
1. Trauma masa lalu yang tidak dituntaskan akan menarik peristiwa yang sama/mirip untuk terjadi kembali dalam hidup kita.
Terah bertekad melupakan masa lalunya, ia memulai perjalanan rohaninya bersama dengan Tuhan menuju tanah Kanaan. Tapi apa mau dikata, dalam perjalanan itu ia sampai ke sebuah tempat yang bernama Haran (persis sama dengan nama anaknya).
Dugaan saya, Terah sendiri yang memberi nama tempat itu sesuai dengan nama anaknya, karena mungkin sesampai di tempat itu, rasa kehilangannya muncul kembali. Ia kembali terkenang akan Haran, menyesali kematian Haran, dan akhirnya terjerembab dalam kesedihan yang amat dalam. Peristiwa kematian Haran kembali terulang dalam kehidupannya.
Itulah juga yang seringkali terjadi dalam hidup kita. Kita terus mengulang peristiwa yang sama atau mirip untuk terjadi kembali dalam hidup kita tanpa kita menyadarinya. Kita tidak mau itu terulang, tetapi apa yang ada di dalam kita menarik peristiwa itu untuk kembali terjadi. Karena itu kita harus say good bye to the past!
2. Trauma masa lalu akan menahan kita atau malah menarik kita mundur sehingga kita tidak dapat melanjutkan perjalanan rohani yang Tuhan tetapkan bagi kita.
Saat Terah terkenang kembali akan Haran, anaknya yang sudah mati, ia memutuskan untuk menetap di sana. Padahal tujuan perjalanannya adalah Kanaan, bukan Haran. Haran menahan Terah untuk melanjutkan perjalanan. Haran menahan Terah untuk mencapai Kanaan. Trauma masa lalu selalu menahan atau malah menarik kita mundur, sehingga kita tidak ada gairah untuk melanjutkan perjalanan rohani kita.
Ada banyak orang yang sekarang sedang berhenti dari perjalanan rohaninya, padahal panggilan Tuhan dalam hidup mereka adalah besar. Seharusnya mereka bisa dipakai Tuhan secara luar biasa, tapi sayang seribu kali sayang, mereka berhenti dari perjalanan rohani mereka, karena terus ditahan dan ditarik mundur oleh trauma masa lalunya. Kita harus ‘say good bye to the past!’ Tinggalkan Haran, capailah Kanaanmu!
3. Tujuan akhir dari trauma masa lalu adalah membunuh kita, sehingga kita tidak akan pernah bisa menyelesaikan perjalanan rohani yang Tuhan tetapkan bagi kita.
Akhirnya, Terah mati di Haran. Tragis! Itulah tujuan akhir dari iblis yang terus berusaha menjerat kita dalam trauma masa lalu. Membuat kita sama sekali tidak dapat menyelesaikan perjalanan rohani kita di dalam Tuhan. Kita harus bertekad untuk meninggalkan Haran agar dapat mencapai Kanaan!
Selanjutnya kita tahu, perjalanan ini diturunkan oleh Tuhan kepada keluarga Abram (Kej. 12:1). Abram melanjutkan perjalanan rohani yang terhenti dari ayahnya, tapi sayang Abram tidak belajar dari kesalahan ayahnya, karena Kejadian 12:4 berkata,
“Lalu pergilah Abram seperti yang difirmankan TUHAN kepadanya, dan Lot pun ikut bersama-sama dengan dia; Abram berumur tujuh puluh lima tahun, ketika ia berangkat dari Haran.”
Abram membawa Lot dalam perjalanan itu. Lot adalah anak Haran (Aduh! Haran lagi!). Abram melanjutkan perjalanan ayahnya ke Kanaan, tapi ia juga melanjutkan membawa anak Haran. Benar saja! Di tengah jalan terjadi keributan antara Abram dan Lot, tapi puji Tuhan, kali ini Abram mengambil keputusan yang tepat, yaitu: berpisah dari Lot!
Maka berkatalah Abram kepada Lot: “Janganlah kiranya ada perkelahian antara aku dan engkau, dan antara para gembalaku dan para gembalamu, sebab kita ini kerabat. Bukankah seluruh negeri ini terbuka untuk engkau? Baiklah pisahkan dirimu dari padaku; jika engkau ke kiri, maka aku ke kanan, jika engkau ke kanan, maka aku ke kiri” (Kej. 13:8-9).
Dan setelah Abram benar-benar berpisah dari Lot, barulah ia dapat melihat dengan jelas apa yang Tuhan sediakan bagi dirinya, yang dapat ia raih dalam perjalanan rohaninya. Dan barulah ia dapat melanjutkan perjalanan rohaninya dengan sesungguhnya.
Setelah Lot berpisah dari pada Abram, berfirmanlah TUHAN kepada Abram: “Pandanglah sekelilingmu dan lihatlah dari tempat engkau berdiri itu ke timur dan barat, utara dan selatan, sebab seluruh negeri yang kaulihat itu akan Kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu untuk selama-lamanya. Dan Aku akan menjadikan keturunanmu seperti debu tanah banyaknya, sehingga, jika seandainya ada yang dapat menghitung debu tanah, keturunanmu pun akan dapat dihitung juga. Bersiaplah, jalanilah negeri itu menurut panjang dan lebarnya, sebab kepadamulah akan Kuberikan negeri itu” (Kejadian 13:14-17).
Bagi Anda yang perjalanan rohaninya sedang tertahan saat ini karena engkau terus berkutat dengan masa lalumu, ambil keputusan dengan segera tanpa ragu-ragu: Tinggalkan Haran atau keturunannya! Tinggalkan masa lalumu! Karena sesungguhnya ada masa depan yang gilang-gemilang yang Tuhan sudah siapkan bagimu, yang selama ini selalu tertutup oleh masa lalumu.
Tinggalkan masa lalumu, maka akibat dari trauma masa lalu yang tidak dituntaskan akan tersingkir. Tuhan akan mulai menyingkapkan apa yang sudah Ia sediakan bagimu dan engkau bisa memulai perjalanan rohanimu kembali. Lanjutkan!
Baca pula: Kerusakan Bumi Dan Gereja.