Alkitab memberikan beberapa alasan mengapa kita harus mengampuni orang yang bersalah kepada kita:
1. Karena ukuran yang kita pakai untuk mengukur akan diukurkan kepada kita.
“Janganlah kamu menghakimi, maka kamu pun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamu pun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni. Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu” (Lukas 6:37-38).
Yesus membandingkan tentang menghakimi dengan memberi, mengapa demikian? Karena seringkali dalam menghakimi, kita memakai ukuran yang setinggi-tingginya. Kesalahan sekecil apa pun kita vonis dengan penghakiman yang setinggi-tingginya. Tetapi sebaliknya giliran memberi, kita memakai ukuran serendah-rendahnya. Kita hanya mau memberikan sedikit dari apa yang kita punya.
Yesus memberi peringatan: Ingat! Ukuran yang kita pakai untuk mengukur akan diukurkan kepada kita. Kalau kita menghakimi dengan ukuran yang setinggi-tingginya, maka Tuhan akan menghakimi kita dengan ukuran yang setinggi-tingginya pula. Jika kita memberi dengan ukuran yang serendah-rendahnya, Tuhan pun akan memberi kepada kita dengan ukuran yang serendah-rendahnya.
Jika kita mengingat hal itu, maka kita akan memakai ukuran yang serendah-rendahnya untuk menghakimi dan sebaliknya memakai ukuran yang setinggi-tingginya untuk memberi. Ketika ada orang yang bersalah, kita tidak menghakimi tetapi melepaskan pengampunan, maka Tuhan pun tidak akan menghakimi kita jika kita bersalah, tetapi akan mengampuni kita. Sebaliknya ketika ada kesempatan untuk memberi bagi proyek Tuhan dan kita memberi yang sebesar-besarnya, maka Tuhan pun akan memberkati kita secara besar-besaran.
2. Karena seringkali orang melakukan kesalahan dalam ketidak-tahuan mereka.
Yesus berkata: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Lukas 23:34).
Sadarkah anda seringkali anda tersinggung dengan perbuatan orang yang orang itu sendiri tidak menyadari kalau perbuatannya itu menyinggung anda? Lalu anda kepahitan sendiri, kecewa dan marah sendiri tanpa orang itu mengetahuinya. Semua konflik itu terjadi dalam batin kita sendiri dan menyiksa kita. Bukankah itu perbuatan yang bodoh? Jadi daripada kita sakit sendiri, lebih baik kita mengampuni mereka yang bersalah kepada kita atau yang bersalah tapi “tidak” mengetahuinya.
3. Karena kepahitan, kemarahan dan kekecewaan yang kita alami berakar dari tidak mengampuni.
Dalam kejadian pasal 37 diceritakan bagaimana Yusuf mendapat mimpi yang membuat dia bergairah dan dengan bersemangat dia menceritakan mimpinya itu kepada saudara-saudaranya. Tanpa Yusuf sadari “semangat”nya yang berkobar-kobar itu selama ini telah menyinggung dan menyakiti hati saudara-saudaranya. Itu sebabnya saat Yusuf menceritakan mimpinya, saudara-saudaranya bertambah benci terhadap dia. Saudara-saudara Yusuf tersinggung sendiri dan kepahitan sendiri tanpa Yusuf pernah mengetahuinya.
Dan seperti bisa kita duga, makin hari mereka makin benci melihat “ulah” Yusuf yang bersemangat. Mereka menjadi marah dan kecewa. Apa sebabnya? Karena selama ini mereka tidak mau mengampuni Yusuf yang “tidak” bersalah kepada mereka. Mereka jadi benci sendiri dan kian lama kian benci sampai berniat membunuh Yusuf.
Orang yang menyimpan kebencian dan tidak mau melepaskan pengampunan seringkali tidak dapat berpikir sehat karena yang ada dalam diri mereka hanyalah kebencian.
4. Karena kejahatan apa pun yang dilakukan orang terhadap kita bisa diubah Tuhan menjadi kebaikan jika kita meresponinya dengan tepat.
Sebaliknya saat Yusuf dijahati oleh saudara-saudaranya, ia tidak segera melepaskan pengampunan dan tidak menyimpan kebencian, mengapa demikian? Karena Yusuf percaya, kejahatan yang dilakukan orang lain terhadap kita bisa diubah Tuhan menjadi kebaikan bagi semuanya jika kita meresponinya dengan tepat.
Ketika saudara-saudara Yusuf melihat, bahwa ayah mereka telah mati, berkatalah mereka: “Boleh jadi Yusuf akan mendendam kita dan membalaskan sepenuhnya kepada kita segala kejahatan yang telah kita lakukan kepadanya.” Sebab itu mereka menyuruh menyampaikan pesan ini kepada Yusuf: “Sebelum ayahmu mati, ia telah berpesan: Beginilah harus kamu katakan kepada Yusuf: Ampunilah kiranya kesalahan saudara-saudaramu dan dosa mereka, sebab mereka telah berbuat jahat kepadamu. Maka sekarang, ampunilah kiranya kesalahan yang dibuat hamba-hamba Allah ayahmu.” Lalu menangislah Yusuf, ketika orang berkata demikian kepadanya. Juga saudara-saudaranya datang sendiri dan sujud di depannya serta berkata: “Kami datang untuk menjadi budakmu.” Tetapi Yusuf berkata kepada mereka: “Janganlah takut, sebab aku inikah pengganti Allah? Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar. (Kejadian 50:15-20).
Itulah beberapa alasan mengapa kita harus mengampuni orang yang bersalah kepada kita.
Baca juga: Prinsip tentang Mengampuni yang Perlu Kita Hidupi.
jauh lebih baik mengampuni dari pada mneyimpan dendam…Tuhan tolong saya agar apa yang saya lakukan tidak membuat orang lain kecewa tapi biarlah apa yang saya lakukan dapat memberkati banyak orang. Thank you Pastor untuk peringatan yang diberikan…God bless.
Benar sekali drpd menyiksa diri dgn berbagai konflik batin lebih baik mengampuni. Biar sy mempunyai hati spti Yusuf yg selalu memberi respon positif sehingga hal buruk bisa berubah menjadi kebaikan bg diri sendiri/org lain.