I Korintus 8:2 Jika ada seorang menyangka, bahwa ia mempunyai sesuatu “pengetahuan”, maka ia belum juga mencapai pengetahuan, sebagaimana yang harus dicapainya.
Ada satu bahaya besar yang harus kita perhatikan di sini, yaitu orang Kristen yang sudah dewasa, yang memiliki banyak pengetahuan, hati nuraninya seringkali menjadi terlalu kuat sehingga cenderung menjadi keras dan beku. Karena terlalu banyak pengetahuan, pikiran mereka berkembang secara berlebihan dan akibatnya hati nurani mereka menjadi keras beku, dan intuisi menjadi tumpul. Oleh sebab mereka terperangkap dalam pengetahuan, akhirnya setiap perkara dilakukan menurut pengetahuan dan bukan lagi menurut hati nurani, sehingga segalanya menjadi usang. Roh Kudus pun tak berdaya menggerakkan intuisi dan hati nurani mereka lagi. Ini adalah cedera fatal dalam kehidupan rohani.
Kita harus menyadari bahwa betapapun banyaknya pengetahuan yang kita miliki, panutan yang harus kita turuti tetap adalah intuisi dan hati nurani dalam roh, bukan pengetahuan. Jika kita mengabaikan tuduhan hati nurani dan menjadikan pengetahuan sebagai standar perilaku kita, itu berarti kita sudah bertindak menurut daging. Pernahkah Anda mengalami, Anda melakukan sesuatu yang sepenuhnya sesuai dengan kebenaran yang Anda ketahui, tapi hati nurani tidak merasa damai sejahtera? Walaupun tindakan Anda itu dianggap benar oleh pengetahuan Anda, tapi hati nurani tetap menuduh. Itu disebabkan karena standar kebenaran yang Allah tetapkan bagi kita adalah hati nurani, bukan pengetahuan!
Pengetahuan yang mempengaruhi hati nurani adalah pengetahuan yang berasal dari wahyu dalam intuisi. Masalahnya ada banyak pengetahuan dalam diri kita yang kita terima berdasarkan pembelajaran dan kecerdasan pikiran kita, bukan dari wahyu dalam intuisi roh kita. Itu sebabnya yang harus kita jadikan sebagai standar kebenaran bukanlah pengetahuan, melainkan hati nurani. Karena itu pimpinan hati nurani adakalanya bertentangan dengan pengetahuan. Jika kita mengabaikan tuduhan hati nurani dan bertindak menurut pengetahuan pikiran kita, itu akan menyebabkan hayat rohani kita menderita luka parah.
Doa: Tuhan Yesus, tolong kami untuk menyadari bahwa standar kebenaran yang Engkau tetapkan bagi kami adalah hati nurani, bukan pengetahuan. Jadi kami harus bertindak berdasarkan hati nurani dalam roh kami, bukan pengetahuan dalam pikiran kami. Amin!
BAHAYA BANYAK PENGETAHUAN
I Korintus 8:2 Jika ada seorang menyangka, bahwa ia mempunyai sesuatu “pengetahuan”, maka ia belum juga mencapai pengetahuan, sebagaimana yang harus dicapainya.
Ada satu bahaya besar yang harus kita perhatikan di sini, yaitu orang Kristen yang sudah dewasa, yang memiliki banyak pengetahuan, hati nuraninya seringkali menjadi terlalu kuat sehingga cenderung menjadi keras dan beku. Karena terlalu banyak pengetahuan, pikiran mereka berkembang secara berlebihan dan akibatnya hati nurani mereka menjadi keras beku, dan intuisi menjadi tumpul. Oleh sebab mereka terperangkap dalam pengetahuan, akhirnya setiap perkara dilakukan menurut pengetahuan dan bukan lagi menurut hati nurani, sehingga segalanya menjadi usang. Roh Kudus pun tak berdaya menggerakkan intuisi dan hati nurani mereka lagi. Ini adalah cedera fatal dalam kehidupan rohani.
Kita harus menyadari bahwa betapapun banyaknya pengetahuan yang kita miliki, panutan yang harus kita turuti tetap adalah intuisi dan hati nurani dalam roh, bukan pengetahuan. Jika kita mengabaikan tuduhan hati nurani dan menjadikan pengetahuan sebagai standar perilaku kita, itu berarti kita sudah bertindak menurut daging. Pernahkah Anda mengalami, Anda melakukan sesuatu yang sepenuhnya sesuai dengan kebenaran yang Anda ketahui, tapi hati nurani tidak merasa damai sejahtera? Walaupun tindakan Anda itu dianggap benar oleh pengetahuan Anda, tapi hati nurani tetap menuduh. Itu disebabkan karena standar kebenaran yang Allah tetapkan bagi kita adalah hati nurani, bukan pengetahuan!
Pengetahuan yang mempengaruhi hati nurani adalah pengetahuan yang berasal dari wahyu dalam intuisi. Masalahnya ada banyak pengetahuan dalam diri kita yang kita terima berdasarkan pembelajaran dan kecerdasan pikiran kita, bukan dari wahyu dalam intuisi roh kita. Itu sebabnya yang harus kita jadikan sebagai standar kebenaran bukanlah pengetahuan, melainkan hati nurani. Karena itu pimpinan hati nurani adakalanya bertentangan dengan pengetahuan. Jika kita mengabaikan tuduhan hati nurani dan bertindak menurut pengetahuan pikiran kita, itu akan menyebabkan hayat rohani kita menderita luka parah.
Doa: Tuhan Yesus, tolong kami untuk menyadari bahwa standar kebenaran yang Engkau tetapkan bagi kami adalah hati nurani, bukan pengetahuan. Jadi kami harus bertindak berdasarkan hati nurani dalam roh kami, bukan pengetahuan dalam pikiran kami. Amin!