Matius 9:23 Kata-Nya kepada mereka semua: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.
Kita tahu bahwa jiwa kita adalah “kesadaran diri” kita. Karena itu banyak sekali introspeksi dan pengujian diri yang mutlak milik jiwa. Ini sangat mencelakakan, karena introspeksi semacam ini dapat membuat kita memperhatikan diri kita dan karenanya memacu pertumbuhan hayat diri (ego). Seringkali penyanjungan diri dan bangga diri merupakan akibat dari introspeksi diri semacam itu.
Ada semacam analisis diri yang mendatangkan bantuan yang sangat besar bagi perjalanan rohani, yang memungkinkan kita tahu di mana kita sedang berada, dan apa yang sedang kita ikuti. Apa bedanya dengan introspeksi diri? Instrospeksi jiwani mengitari kesuksesan atau kegagalan, merangsang sikap bangga diri atau mengasihani diri. Sedang analisis rohani hanya menyelidiki sumber pikiran, perasaan, dan keinginan kita.
Allah menghendaki kita terlepas dari “sadar diri” kita, tetapi pada saat yang sama, Ia jelas tidak bermaksud agar kita hidup di bumi sebagai orang yang tanpa kesadaran intelek. Kita tidak seharusnya sadar diri secara berlebihan, tetapi kita harus memahami keadaan sebenarnya dari semua bagian batin kita melalui pengenalan yang diberikan oleh Roh Kudus. Kita benar-benar perlu terus-menerus meneliti kegiatan dalam batin kita dengan terang dari Roh Kudus.
Doa: Tuhan Yesus, kami tidak mau melakukan introspeksi diri yang jiwani, melainkan kamu mau datang di bawah terang-Mu, sorotilah segala kegiatan dalam batin kami ya Tuhan, dan singkirkanlah segala sesuatu yang bukan Tuhan dalam hidup kami. Amin!