Belajar Percaya dari Kehidupan Abraham

Belajar Percaya dari Kehidupan Abraham
Belajar Percaya dari Kehidupan Abraham

Bagaimana Tuhan mengajar Abraham tentang percaya? Bagaimana Abraham belajar percaya dari Tuhan? Perhatikan semua orang sukses di dunia ini. Semua kesuksesan yang mereka raih kebanyakan secara ekstensional, tidak disebabkan karena mereka bekerja keras tetapi karena mereka punya keyakinan. Lagipula, kalau kesuksesan adalah hasil kerja keras, berapa banyak orang yang kita lihat bekerja begitu keras tetapi tetap tidak sukses.

Jika sukses merupakan hasil kerja keras, seharusnya mereka yang bekerja keras bisa lebih sukses lagi. Misalnya tukang-tukang yang bekerja siang malam untuk membangun sebuah bangunan, apakah tukang-tukang itu orang sukses? Tidak! Sudah pernah bertemu dengan seorang tukang yang benar-benar bisa dikatakan orang sukses? Jarang kita menemukannya. Bossnya memang sukses, tetapi kalau tukang, namanya tukang ya tetap tukang. Selain itu, jika dihitung-hitung para tukang bangunan itu kerjanya lebih keras, seringkali mereka kerja overload yang berarti kerjanya melampaui kekuatan mereka. Itulah yang menyebabkan, mengapa kebanyakan saat tukang-tukang itu sudah tua, baru bermunculan sakit-penyakit yang dirasakan karena pengurasan tenaga yang overload, over capacity.

Itu sebabnya, tanamkan dalam diri kita, jangan pernah berpikir bahwa jika kita mau sukses kita harus bekerja keras. Ini bukanlah yang utama. Bukan berarti kita tidak kerja. Kalau tidak kerja itu orang malas! Orang malas tidak akan pernah sukses, tetapi yang paling menentukan kesuksesan adalah keyakinan. Banyak orang bekerja keras tetapi mereka tidak yakin kalau mereka bisa sukses. Ada banyak orang yang membandingkan, mengapa mereka bekerja keras, tetapi tidak sesukses orang lain. Hal itu mungkin terjadi karena kita tidak memiliki keyakinan.

Ada 3 cara yang Tuhan pakai untuk menanamkan kepercayaan dalam kehidupan Abraham.

1. Melalui imajinasi.

Kemudian datanglah firman TUHAN kepada Abram dalam suatu penglihatan: “Jangan takut Abram, Akulah perisaimu; upahmu akan sangat besar.”  Abram menjawab “Ya TUHAN Allah, apakah yang akan Engkau berikan kepadaku, karena aku akan meninggal dengan tidak mempunyai anak, dan yang akan mewarisi rumahku ialah Eliezer, orang Damsyik itu” (Kejadian 15:1–2)

Sering kali kita juga seperti Abram yang saat itu masih tidak percaya. Bukankah seringkali Tuhan datang dalam kehidupan kita dengan bersemangat? Pagi-pagi ketika kita bangun, Tuhan berkata, “Selamat pagi anak-Ku. Good morning My son”, lalu kita segera menjawab, “Tuhan aku pusing…” Terkadang kita berbicara dengan Tuhan tidak nyambung karena dimensi yang berbeda. Tuhan berbicara dalam dimensi iman, sedangkan kita berbicara dalam dimensi yang lainnya. Mungkin kita berkata, “Tuhan, mengapa hidupku seperti ini?” Sama seperti Abraham yang kepercayaannya masih perlu dibangun.

Ini kabar baik buat kita yang masih sama seperti Abram. Tuhan mau membangun kepercayaan kita lagi, karena Tuhan bukan pribadi yang bisa putus asa.

Lagi kata Abram berkata: “Engkau tidak memberikan kepadaku keturunan, sehingga seorang hambaku nanti menjadi ahli warisku” (Kejadian 15:3)

Dengan kata lain, Abram mau berkata: “Karena hanya janji-janji terus, tetapi aku tidak punya keturunan. Ahli warisku nanti bukan keturunanku….” Ini menunjukkan bahwa Abram tidak percaya. Tuhan mengajar Abram untuk tetap percaya, dengan berfirman kepadanya.

Tetapi datanglah firman Tuhan kepadanya, demikian: “Orang ini tidak akan menjadi ahli warismu, melainkan anak kandungmu, dialah yang akan menjadi ahli warismu” (Kejadian 15:4).

Belajarlah tentang keyakinan dari Tuhan, Tuhan tetap pada keyakinan-Nya. Ketika Dia berbicara, perkataan-Nya tidak pernah berubah-ubah. Sekali Dia berkata “Anak kandung yang akan menjadi ahli warismu”, Dia selalu berkata terus bahwa anak kandung Abramlah yang akan menjadi ahli waris, tidak pernah berubah  ahli warisnya menjadi Eliezer, atau Ismail, atau Lot.

Lalu TUHAN membawa Abram ke luar serta berfirman “Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya.” Maka firman-Nya kepadanya: “Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.” Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran (Kejadian 15:5–6)

Perhatikan, bagaimana caranya Tuhan mengajar Abram untuk percaya. Kejadian 12:5 berkata Tuhan membawa Abram keluar. Ini bukan menggambarkan bahwa Tuhan hanya membawa Abraham keluar dari rumahnya, tetapi, di sisi yang lain, Tuhan juga membawa Abram keluar dari kurungan pikirannya supaya dia bisa melihat gambar yang lain karena pada waktu itu yang membuat Abram sedih adalah dia sedang terus-menerus melihat dan menonton gambaran pikiran mengenai fakta dalam kehidupannya. Dia sudah berusia lanjut, tetapi belum mempunyai anak. Dia tahu janji Tuhan, namun itu merupakan suatu gambaran yang dia tidak bisa bayangkan. Itu sebabnya Tuhan bawa dia keluar dari kurungan pikiran fakta untuk melihat bintang di langit supaya dia bisa melihat sesuatu yang berbeda.

Hati-hatilah dengan perasaan kecewa, kesal, dan putus asa, karena iblis sedang berusaha menggembosi iman kepercayaanmu! Yang membuat kita sulit memercayai bahwa Tuhan akan menggenapi janji-Nya adalah karena pikiran kita tidak dikuasai oleh gambaran penggenapan janji. Apa yang menguasai pikiran kita sekarang ini? Apakah gambaran mengenai penggenapan janji atau gambaran yang lainnya? Apa yang menguasai pikiranmu?

2. Melalui deklarasi iman.

Ini sepertinya hal yang sudah biasa kita dengar, dan tentu saja, kita harus melakukannya dengan sempurna melalui deklarasi iman. Dalam Kejadian 17 mulai ayat yang ke-5, Tuhan mengganti nama Abram menjadi Abraham dan ditetapkan menjadi “Bapa sejumlah besar bangsa”.

Bukan hanya Abram yang diganti namanya, tetapi istrinya juga, dari Sarai menjadi Sara dan dia akan menjadi ibu bangsa-bangsa; raja bangsa-bangsa akan lahir dari padanya (ayat 15–16). Mengapa diganti namanya? Supaya ketika mereka masing-masing saling memanggil, Sara akan memanggil Abraham “Hai bapak segala bangsa!”, sebaliknya Abraham juga akan terus memanggil Sara “Hai ibu segala bangsa!” Ketika mereka terus memperkatakan itu, fakta masa lalu tidak akan menguasai hidup mereka.

3. Melalui setiap peristiwa yang dialami dalam hidupnya.

Dalam Kejadian 20, Abraham berangkat ke tanah Negeb, lalu ia tinggal di Gerar. Sebelumnya Abraham menetap di Kanaan saat dia berpisah dengan Lot (Kejadian 13:12), tetapi Tuhan menyuruh untuk terus melakukan perjalanan. Dan sudah dua kali dalam perjalanannya itu Abraham mengaku bahwa Sara adalah saudaranya karena dia takut dibunuh (saat di Mesir Kejadian 12:11–12 dan saat di Gerar–Kejadian 20). Dalam kisah tersebut, tertulis bahwa Tuhan tetap membela Abraham walaupun jika dilihat dari kacamata kita tentu saja sikap ini tidak benar (karena Abraham lebih rela kehilangan istrinya daripada kehilangan nyawanya).

Namun, Tuhan dapat mengubah kesalahan untuk menjadi kebaikan bagi kita, batu sandungan diubah menjadi batu loncatan (tetapi bukan berarti kita terus-menerus melakukan kesalahan. Ingat, yang penting kita terus fokus pada penggenapan janji-Nya). Apa yang kita alami itu semua karena rencana Tuhan.

Kita ada dalam perjalanan menuju penggenapan janji maka tidak akan ada yang terjadi secara kebetulan dalam hidup kita, semua dirancang Tuhan dan seringkali Tuhan merancangnya dan memanfaatkannya untuk membuat kita bisa belajar percaya.

Mengapa Tuhan punya rencana yang spesifik dalam hidup kita? Karena Tuhan memberikan Firman yang spesifik juga dalam hidup kita. Konsentrasikan seluruh hidup kita untuk menangkap firman-Nya dan menangkap rencana-Nya. Itulah yang menyebabkan mengapa kita harus mengalami semua yang kita alami masing-masing. Alasan satu-satunya adalah karena rencana Tuhan dalam hidup kita, karena firman Tuhan dalam hidup kita.

Percayalah, Tuhan tidak tinggal diam, Dia sedang dan terus bekerja. Semua yang terjadi di sekitar kita, penyebabnya adalah karena Tuhan ingin berbicara kepada kita, karena Tuhan ingin mengajar kita, Dia ingin menggenapi rencana-Nya dalam hidup kita!

Dalam Kejadian 20 ayat yang terakhir tertulis: sebab tadinya Tuhan telah menutup kandungan setiap perempuan di istana Abimelekh. Lalu masuk dalam Kejadian 21:1–2, Tuhan memperhatikan Sara seperti yang difirmankan-Nya dan Tuhan melakukan kepada Sara seperti yang dijanjikan-Nya. Maka mengandunglah Sara, lalu ia melahirkan seorang anak laki-laki bagi Abraham dalam masa tuanya, pada waktu yang telah ditetapkan sesuai dengan firman Tuhan kepadanya.

Kitalah peran utamanya bukan yang lain. Semua kejadian di sekitar kita berpusat kepada kita. Karena satu-satunya yang Tuhan mau ajak bicara adalah kita, bukan yang lain. Karena Tuhan hanya bisa berbicara kepada kita, umat Tuhan. Tanamkan ini dalam pikiran kita dan dalam hati yang paling dalam.

Baca juga: Mengalami Penggenapan Janji Tuhan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*