BERMEGAH DALAM SALIB,
BUKAN DALAM EGO DAGING

Galatia 6:12-14, “Mereka yang secara lahiriah suka menonjolkan diri, merekalah yang berusaha memaksa kamu untuk bersunat, hanya dengan maksud, supaya mereka tidak dianiaya karena salib Kristus. Sebab mereka yang menyunatkan dirinya pun, tidak memelihara hukum Taurat. Tetapi mereka menghendaki, supaya kamu menyunatkan diri, agar mereka dapat bermegah atas keadaanmu yang lahiriah. Tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia.

Salah satu ciri orang yang bergerak dalam daging adalah mereka suka menonjolkan diri sendiri dan bermegah atas hasil pekerjaan baiknya. Dalam berbicara, mereka selalu menonjolkan semua kebaikan yang telah mereka lakukan, dan hasil-hasilnya. Inilah isi kesaksian dari kebanyakan orang Kristen sekarang ini. Jika mengalami mujizat, mereka akan mengatakan bahwa mujizat ini mereka alami karena mereka telah banyak berdoa, bahkan berpuasa, serta menaati semua perintah Tuhan. Atau ketika berkhotbah, ia lebih banyak bercerita tentang kebaikan, kehebatan, dan kesuksesan pekerjaannya. Egonya lebih ditonjolkan daripada nama Yesus. Nama Yesus hanya dipakai sebagai tambalan untuk semakin menambah kemegahan diri sendiri. Atau ketika seseorang mengalami keberhasilan, ia akan meng-claim bahwa itu adalah hasil doanya. Inilah bentuk penonjolan ego daging yang dikemas dalam kesaksian atau khotbah.

Seorang manusia rohani, tidak suka memegahkan hal-hal lain, selain pengalaman salib yang ia alami dalam Kristus. Paulus tidak pernah bersaksi tentang berapa banyak orang yang telah diselamatkan, disembuhkan, dan dibangkitkan lewat pelayanannya. Atau berapa banyak mujizat yang terjadi dan yang telah ia lakukan sepanjang pelayanannya. Kita tidak mendapati catatan itu dalam Alkitab. Namun secara mendetail, ia menyaksikan pengalaman salibnya di dalam Kristus

2 Korintus 11:23b-30, “Aku lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut. Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan, tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut. Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut, dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu. Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian, dan, dengan tidak menyebut banyak hal lain lagi, urusanku sehari-hari, yaitu untuk memelihara semua jemaat-jemaat. Jika ada orang merasa lemah, tidakkah aku turut merasa lemah? Jika ada orang tersandung, tidakkah hatiku hancur oleh dukacita? Jika aku harus bermegah, maka aku akan bermegah atas kelemahanku.”

Kita jarang mendengar kesaksian seperti itu zaman sekarang ini, karena daging paling tidak suka menderita, dan selalu menghindari penderitaan. Tapi manusia rohani bermegah atas pengalaman salibnya di dalam Kristus. Amin!

Doa: O Tuhan Yesus, dalam berbicara, kami tidak ingin lagi menonjolkan ego daging. Kami hanya ingin bermegah dalam salib Kristus. Amin!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*