Seringkali kita rela melakukan apa saja untuk dapat bertumbuh dan dihargai di hadapan manusia, tetapi kita tidak memperhatikan bagaimana kita bertumbuh di hadapan Tuhan. Padahal, pertumbuhan yang benar, pertama dan terutama, harus terjadi dahulu di hadapan Tuhan baru kemudian di hadapan manusia.

Berbagai masalah yang terjadi dalam dunia gereja dan pelayanan disebabkan oleh orang-orang yang dengan cepat bertumbuh di hadapan manusia, tanpa melalui proses pertumbuhan di hadapan Tuhan.
Hofni dan Pinehas adalah contohnya (I Sam. 2:12-17). Mereka dengan cepat menduduki posisi sebagai Imam dalam gereja karena mereka adalah anak dari Imam Besar.
Mereka begitu cepat bertumbuh dalam pelayanan, tapi sebagai akibatnya mereka tidak mengindahkan Tuhan dan peraturan dalam rumah-Nya.
“Adapun anak-anak lelaki Eli adalah orang-orang dursila; mereka tidak mengindahkan TUHAN, ataupun batas hak para imam terhadap bangsa itu” (I Sam. 2:12-13a).
Keteraturan Ilahi tersingkir dari dalam rumah Tuhan saat pemimpin yang bertugas tidak mengalami proses pertumbuhan sebagaimana seharusnya.
Samuel adalah contoh yang berkebalikan, ia mengalami pertumbuhan sebagaimana seharusnya, sehingga pada waktu ia menjabat dan bertugas ada keteraturan Ilahi dalam rumah Tuhan.
Inilah fase-fase pertumbuhan yang dilewati oleh Samuel, dan yang seharusnya dilewati oleh kita juga:
1. Menjadi Pelayan Di hadapan Tuhan
“Adapun Samuel menjadi pelayan di hadapan TUHAN; ia masih anak-anak, yang tubuhnya berlilitkan baju efod dari kain lenan” (I Sam. 2:18).
Inilah fase pertama yang dilewati oleh Samuel. Dia tidak langsung menjadi pelayan di hadapan manusia, tetapi menjadi pelayan di hadapan Tuhan. Samuel melayani Tuhan terlebih dahulu, artinya dia memberikan dan melakukan apa pun yang dibutuhkan, diminta, dan diinginkan oleh Tuhan.
Kalau Tuhan mau disembah, dia akan menyembahnya. Kalau Tuhan minta Samuel melakukan sesuatu, dia akan melakukannya, bahkan saat Tuhan butuh seorang pemimpin, imam, dan nabi, untuk berfungsi di Israel, Samuel memberi dirinya untuk memenuhi kebutuhan Tuhan tersebut, itulah sebabnya Samuel menerima jabatan rangkap 3, yaitu imam, raja, dan nabi.
2. Bertumbuh di hadapan Tuhan.
“Sementara itu makin besarlah Samuel yang muda itu di hadapan TUHAN” (I Sam. 2:21).
Dengan menjadi pelayan di hadapan Tuhan, Samuel mulai mengenal Tuhan dan isi hati-Nya, rencana dan keinginan-Nya. Dengan demikian ia mulai bertumbuh di hadapan Tuhan. Seseorang tidak dapat bertumbuh secara benar sebelum ia menjadi pelayan di hadapan Tuhan.
3. Diperkenan di hadapan Tuhan.
“Tetapi Samuel yang muda itu, semakin besar dan semakin disukai, baik di hadapan TUHAN maupun di hadapan manusia” (I Sam. 2:26).
Samuel terus melayani dan bertumbuh di hadapan Tuhan, itu sebabnya perkenanan Tuhan mulai turun atas hidupnya. Ada berbagai pekerjaan Ilahi yang mulai bekerja di dalam dan melalui dia. Sampai pada titik ini, orang-orang di sekitarnya mulai bisa melihat pekerjaan Tuhan dalam hidupnya, sehingga mereka menyukainya juga.
4. Dikenali di hadapan Tuhan.
“Dan Samuel makin besar dan TUHAN menyertai dia dan tidak ada satu pun dari firman-Nya itu yang dibiarkan-Nya gugur” (I Sam. 3:19).
Samuel terus bertumbuh dan diperkenan Tuhan, lalu dia dikenali Tuhan sebagai milik kepunyaan-Nya yang bisa dipakai untuk maksud-maksud yang mulia.
“Tetapi dasar yang diletakkan Allah itu teguh dan meterainya ialah: “Tuhan mengenal siapa kepunyaan-Nya” dan “Setiap orang yang menyebut nama Tuhan hendaklah meninggalkan kejahatan.” Dalam rumah yang besar bukan hanya terdapat perabot dari emas dan perak, melainkan juga dari kayu dan tanah; yang pertama dipakai untuk maksud yang mulia dan yang terakhir untuk maksud yang kurang mulia. Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia” (II Tim. 2:19-21).
Itu sebabnya Tuhan mencurahkan anugerah dan penyertaan-Nya dalam hidup Samuel, lalu Dia memberikan dan menggenapi janji-janjiNya juga. Tuhan hanya mau terikat janji dengan orang yang sudah Dia kenali di hadapan-Nya.
5. Dikenali di hadapan manusia.
“Maka tahulah seluruh Israel dari Dan sampai Bersyeba, bahwa kepada Samuel telah dipercayakan jabatan nabi TUHAN” (I Sam. 3:20).
Setelah Tuhan mengenali Samuel, Tuhan mulai mempublikasikan Samuel sebagai milik kepunyaan-Nya, sehingga karena Tuhan, seluruh orang Israel juga mulai mengenali Samuel.
Sebagaimana Tuhan mengenali Samuel, demikianlah orang-orang mengenali dia. Samuel dikenali karena anugerah yang bekerja di dalam dan melalui dia, bukan karena publikasi yang sifatnya manusiawi.
6. Menjadi pelayan Tuhan di hadapan manusia.
“Dan TUHAN selanjutnya menampakkan diri di Silo, sebab Ia menyatakan diri di Silo kepada Samuel dengan perantaraan firman-Nya” (I Sam. 3:21).
Setelah dikenali, Samuel mulai menjadi pelayan Tuhan di hadapan manusia. Dia tidak menjadi pelayan manusia, tetapi menjadi pelayan Tuhan di hadapan manusia. Tugas pelayan Tuhan di hadapan manusia adalah: memanifestasikan Tuhan dan menyampaikan Firman-Nya.
7. Diakui sebagai representasi Tuhan di hadapan manusia.
“Dan perkataan Samuel sampai ke seluruh Israel” (I Sam. 4:1a).
Sampai titik ini Samuel diakui sebagai representasi Tuhan di hadapan manusia. Itu sebabnya perkataannya dianggap sebagai perkataan Tuhan, sehingga didengarkan dan diikuti di seluruh Israel.
Bertumbuh di hadapan Tuhan harus menjadi prioritas kita yang pertama jika kita ingin apa yang terjadi pada Samuel kita alami juga, yaitu menjalani proses pertumbuhan yang sama seperti dia.
Baca pula: Pola Ilahi Dalam Dunia Kerja.