Apa yang terjadi bila wanita bangkit dalam kuasa iman? Lihatlah ayat di bawah ini:
“Ibu-ibu telah menerima kembali orang-orangnya yang telah mati, sebab dibangkitkan. Tetapi orang-orang lain membiarkan dirinya disiksa dan tidak mau menerima pembebasan, supaya mereka beroleh kebangkitan yang lebih baik” (Ibrani 11:35).
Kalau kita membaca kisah para pejuang iman dalam Ibrani 11, kita mendapati, semua pejuang iman yang disebutkan adalah pria, kecuali Rahab. Dan itu pun catatan tentang Rahab hanya tertulis seperti ini:
“Karena iman maka Rahab, perempuan sundal itu, tidak turut binasa bersama-sama dengan orang-orang durhaka, karena ia telah menyambut pengintai-pengintai itu dengan baik” (Ibrani 11:31).
Kita jadi bertanya-tanya apakah kuasa iman hanya menjadi milik kaum pria? Ups.., nanti dulu! Masih ada ayat 35: “Ibu-ibu ….” Pejuang iman Wanita diberikan satu ayat khusus, membuktikan bahwa kuasa iman bukan monopoli kaum pria.
Mari kita lihat apa yang bisa dilakukan wanita bila mereka bangkit dalam kuasa iman.
1. Mereka dapat membangkitkan apa pun yang telah mati dalam hidup mereka.
Seringkali Tuhan memberikan banyak hal dalam kehidupan para wanita, tapi seiring berjalannya waktu, karena berbagai tekanan dan ketidaktahuan, semua berguguran dan dianggap mati. Mereka mencapai titik yang bernama putus asa, lalu mereka menguburkan semua kerinduan dan impian mereka.
Seringkali mereka merasa suami, anak-anak, dan orang-orang yang mereka cintai telah mati (tidak dapat berubah lagi). Mereka menyerah pada kehidupan. Tetapi bila wanita bangkit dalam kuasa iman, maka apa pun yang selama ini dianggap telah mati akan dapat dibangkitkan kembali.
Bila wanita bangkit dalam kuasa iman, dari semua yang telah Tuhan berikan dalam hidup mereka tidak akan ada yang hilang. Kalau pun kelihatannya hilang untuk sementara waktu, akan dikembalikan dalam keadaan yang lebih baik.
2. Mereka dapat bertahan dalam penderitaan untuk memperoleh kebangkitan yang lebih baik.
Untuk sebagian wanita, mereka tidak segera melihat hasil dari iman yang bekerja dalam diri mereka. Tetapi kuasa iman akan memampukan mereka untuk bertahan dalam penderitaan karena memegang Firman, dan pada waktunya Firman akan digenapi dalam hidup mereka, dan mereka memperoleh kebangkitan yang lebih baik.
“Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita” (Roma 8:18).
3. Mereka dapat menginspirasi kaum pria untuk juga bangkit dan mengambil posisinya.
Dalam ayat 32 dari Ibrani 11, disebutkan seorang pejuang iman yang bernama Barak. Barak adalah seorang pria yang bangkit dalam kuasa iman karena terinspirasi dengan kebangkitan seorang wanita, yaitu Debora
“Penduduk pedusunan diam-diam saja di Israel, ya mereka diam-diam, sampai engkau bangkit, Debora, bangkit sebagai ibu di Israel” (Hakim-hakim 5:7).
“Bangunlah, bangunlah, Debora! Bangunlah, bangunlah, nyanyikanlah suatu nyanyian! Bangkitlah, Barak! dan giringlah tawananmu, hai anak Abinoam!” (Hakim-hakim 5:12).
Bila wanita bangkit dalam kuasa iman, kebangkitan mereka akan menginspirasi kebangkitan yang lainnya, khususnya kebangkitan kaum pria!
Baca juga: Naluri Pejuang Iman.