“Kemudian pulanglah para utusan itu kepada Yakub dan berkata: “Kami telah sampai kepada kakakmu, kepada Esau, dan ia pun sedang di jalan menemui engkau, diiringi oleh empat ratus orang.” Lalu sangat takutlah Yakub dan merasa sesak hati; …
Kemudian berkatalah Yakub: “Ya Allah nenekku Abraham dan Allah ayahku Ishak, ya TUHAN yang telah berfirman kepadaku: Pulanglah ke negerimu serta kepada sanak saudaramu dan Aku akan berbuat baik kepadamu — ….
Lepaskanlah kiranya aku dari tangan kakakku, dari tangan Esau, sebab aku takut kepadanya, jangan-jangan ia datang membunuh aku, juga ibu-ibu dengan anak-anaknya” (Kejadian 32:6-11).
Ketakutan adalah pelumpuh dan pembunuh iman nomor satu di dunia. Ketakutan jugalah yang telah menghambat pertumbuhan dan keberhasilan kita sejauh ini.
Ia jugalah yang telah banyak merampas damai sejahtera dan sukacita serta kobaran roh dalam hati kita. Ia melemahkan seluruh sendi-sendi kehidupan kita. Ia yang mencuri kemenangan kita di dalam Tuhan.
Ketakutan adalah musuh terbesar, terutama, dan terakhir yang harus kita kalahkan, namun juga musuh terberat untuk ditaklukkan. Kita sulit mengalahkannya karena ia menyusup ke dalam diri kita dan menyatu dengan kita.
Menjadi semakin sulit dikalahkan jika ada banyak jenis ketakutan yang mencengkeram hidup kita. Takut sakit, takut gagal, takut kecelakaan, takut kerusuhan, takut dibunuh, takut kekurangan, takut tidak bisa, takut tidak layak, takut dikhianati, takut dibohongi, takut tempat gelap, takut naik pesawat, dan seterusnya, Anda bisa menambahkan sendiri daftar panjang ketakutan yang lainnya.
Apakah ada jalan untuk mengalahkan ketakutan? Di dalam Yesus selalu ada jalan, bahkan Dia sendiri adalah Jalan dan Kebenaran dan Kehidupan.
Dalam Kejadian 32, Alkitab menceritakan tentang Yakub yang sedang menghadapi ketakutan besar, sampai menyesakkan hatinya.
Jenis ketakutan apa yang sedang di hadapinya? Takut dibunuh oleh kakaknya Esau. Sebetulnya, ketakutan ini bukan musuh baru bagi Yakub. Ini musuh lama yang harus dihadapi kembali.
Kejadiannya bermula ketika ia mengambil hak kesulungan kakaknya, Esau. Esau marah dan ingin membunuhnya. Yakub lari ke rumah Laban tanpa sepengetahuan Esau. Dan … itu terjadi dua puluhan tahun yang lalu.
Selama dua puluh tahun Yakub menghindari ketakutan itu, ia tidak menuntaskannya secara langsung. Pikirnya, ketakutan itu telah hilang dari hidupnya, tapi ternyata itu hanya tersembunyi jauh dalam lubuk hatinya. Selama tidak menghadapinya, ketakutan itu seperti hilang.
Tapi saat menghadapinya kembali, ketakutan itu muncul kembali, bahkan dalam skala yang lebih besar dan dalam bentuk yang jauh lebih menyeramkan. Semakin lama kita menghindari/menyimpannya, ternyata semakin bertumbuh ia.
Ketakutan yang Yakub hadapi sekarang jauh lebih menyesakkan dari pada saat ia menghadapinya dua puluh tahun yang lalu. Dahulu ia takut Esau membunuh dirinya, tapi sekarang bukan hanya dirinya, tapi juga isteri (maaf … isteri-isteri, karena ada dua isteri dan 2 gundik), dan anak-anaknya.
Itulah yang menyebabkan ketakutannya bertambah besar dan menyeramkan. Membayangkannya saja sudah sangat menakutkan…
Pelajaran yang harus kita perhatikan dari kasus ini adalah: Ketakutan harus segera dituntaskan! Jangan pernah menunda untuk mengalahkannya! Dan jangan berusaha untuk menghindarinya! Dari pada berusaha menghindarinya, lebih baik berusaha untuk mengalahkannya!
Ingat! Ketakutan yang tidak segera dituntaskan akan bertambah besar, ketakutan yang dihindari tidak pernah hilang selamanya, hanya tersembunyi sementara untuk kemudian muncul kembali dalam skala yang lebih besar saat ia dihadapi kembali. Jadi segera tuntaskan! Jangan menundanya!
Bagaimana cara mengalahkan ketakutan? Mari belajar dari Yakub:
1. Bergumul dengan Tuhan sampai terjadi perubahan sifat dasar kehidupan.
“Lalu tinggallah Yakub seorang diri. Dan seorang laki-laki bergulat dengan dia sampai fajar menyingsing. Ketika orang itu melihat, bahwa ia tidak dapat mengalahkannya, ia memukul sendi pangkal paha Yakub, sehingga sendi pangkal paha itu terpelecok, ketika ia bergulat dengan orang itu. Lalu kata orang itu: “Biarkanlah aku pergi, karena fajar telah menyingsing.” Sahut Yakub: “Aku tidak akan membiarkan engkau pergi, jika engkau tidak memberkati aku.” Bertanyalah orang itu kepadanya: “Siapakah namamu?” Sahutnya: “Yakub.” Lalu kata orang itu: “Namamu tidak akan disebutkan lagi Yakub, tetapi Israel, sebab engkau telah bergumul melawan Allah dan manusia, dan engkau menang” (Kejadian 32:24-28).
Untuk mengalahkan ketakutannya Yakub mengambil waktu khusus untuk bergumul dengan Tuhan. Sebelumnya ia sudah berdoa agar Tuhan menolongnya, tapi ia merasa tidak cukup. Ia mengambil waktu khusus untuk menyendiri, bergumul dengan Tuhan sampai ia merasa menang.
Dalam pergumulannya itulah Tuhan mengganti namanya dari Yakub menjadi Israel. Apa artinya? Nama adalah identitas yang menunjukkan nature (sifat dasar kehidupan) seseorang. Dengan mengubah namanya artinya Tuhan mengubah naturenya.
Sejak saat itu, naturenya berubah dari Yakub menjadi Israel. Yakub artinya: Penipu, sedangkan Israel artinya: pangeran Allah (Ia akan memerintah seperti Allah). Nature seorang penipu adalah penuh rasa bersalah dan ketakutan, sedangkan nature seorang pangeran Allah adalah penuh otoritas. Otoritas mengalahkan ketakutan.
Untuk mengalahkan ketakutan kita harus mengambil waktu khusus untuk bergumul dengan Allah sampai nature kehidupan kita mengalami perubahan. Sampai nature kita yang manusiawi (bawaan sejak lahir) berubah menjadi Ilahi (seperti Allah).
Perubahan nature inilah yang akan menjadi modal untuk kita mengalahkan ketakutan.
2. Bergumul dengan Firman-Nya sampai terjadi perubahan konsep pikir
Nama bicara tentang identitas. Identitas bicara tentang nature kehidupan, juga mentalitas (cara berpikir) seseorang. Orang akan berpikir sebagaimana identitasnya. Saat Tuhan mengubah namanya, Dia berfirman: “Engkau bukan lagi Yakub (penipu), tetapi Israel (pangeran Allah).”
Tuhan bukan hanya ingin mengubah naturenya, tapi juga konsep pikirnya. Karena seringkali masalah ketakutan hanyalah masalah konsep pikir. Selama konsep pikir kita belum mengalami perubahan, ketakutan akan tetap ada di sana.
Dulu Yakub hidup dan berpikir sebagai seorang penipu, tapi sekarang ia harus hidup dan berpikir sebagai pangeran Allah. Penipu tidak akan bisa mengalahkan ketakutan, tetapi pangeran Allah bisa.
Untuk mengalahkan ketakutan, kita harus bergumul dengan Firman Tuhan, sampai konsep pikir kita mengalami perubahan. Kita harus berpikir sebagai anak Allah, sebagai orang yang punya otoritas untuk mengalahkan ketakutan.
Selama kita takut, ketakutan akan berani terhadap kita. Tapi jika kita berubah menjadi berani, maka ketakutan akan takut sendiri. Selama ini kita yang ditakut-takuti ketakutan, tapi sekarang kita yang menakut-nakuti ketakutan, sehingga ketakutan menjadi ketakutan dan lari dari hidup kita.
3. Bergumul untuk menghadapi ketakutan itu sendiri sampai menang
Setelah mengalami perubahan nature dan perubahan mentalitas (pola pikir), maka kita harus memberanikan diri untuk menghadapi ketakutan itu sendiri. Yakub menjumpai kakaknya, Esau, walaupun sambil ketakutan.
Tapi setelah ia menghadapinya, ternyata kejadiannya tidak semenakutkan yang ditakutkan. Bukannya memukul, menyiksa, dan membunuh Yakub, Esau malah memeluk dan mencium Yakub. Sejak saat itu ketakutan terhadap Esau hilang tuntas dari kehidupan Yakub.
Untuk mengalahkan ketakutan kita harus menghadapinya, bukan malah menghindarinya. Saat menghadapinya, kita akan mendapati bahwa kejadiannya tidak seseram yang ditakutkan.
Contoh Kasus:
Saat berusia dua puluhan tahun, saya mengikuti sebuah Camp kepemimpinan yang diadakan di salah satu Sekolah Alkitab di Salatiga selama tiga hari dua malam. Kami menginap di asrama siswa yang terletak persis di samping kuburan.
Selama menginap di sana tersiarlah cerita-cerita horor yang menyeramkan sehubungan dengan kuburan tersebut. Tanpa sadar ketakutan masuk ke dalam alam bawah sadar saya dan sejak saat itu saya menjadi takut bila sedang sendirian apalagi di tempat gelap.
Sepulang dari Salatiga, saya membawa pulang ketakutan tersebut. Kebetulan saya tidur di lantai dua dan toilet ada di lantai satu. Untuk menuju ke toilet saya harus melalui ruang tamu yang gelap karena jika malam tiba semua lampu dimatikan. Karena takut, saya menghindari untuk ke toilet di tengah malam.
Walaupun sudah tidak tahan, saya tetap berusaha menahannya sampai besok pagi, saat sudah ada orang lain yang sudah bangun dari tidurnya. Keadaan itu sungguh membuat saya merasa tidak nyaman sampai suatu hari saya mengambil keputusan untuk mengalahkan ketakutan tersebut.
Apa yang saya lakukan? Saat tengah malam terbangun karena muncul keinginan untuk pergi ke toilet, saya bangun dan turun ke bawah, lalu saya masuk ke dalam ruang tamu yang gelap itu dan dengan sengaja tidak menyalakan lampu.
Saya sengaja mondar-mandir di situ selama sekitar sepuluh menitan sambil berkata kepada pikiran saya, “Tidak ada apa-apa yang perlu ditakutkan! Jadi tidak perlu takut!”
Setelah merasa tenang saya pergi ke toilet dan menyelesaikan apa yang perlu diselesaikan di sana. Dan tahukah anda? Sejak saat itu saya tidak pernah takut lagi. Saya telah berhasil mengalahkan ketakutan! Dengan cara apa? Saya mengubah pikiran saya dan menghadapi ketakutan, dan saya menang!
Dalam kasus ini, saya yakin nature saya telah diubah Tuhan, jadi saya hanya perlu mengganti pikiran saya dan menghadapi ketakutannya. Dan ternyata dengan mudah saya bisa mengalahkan ketakutan tersebut.
Begitulah cara mengalahkan ketakutan. Selamat mencoba dan jadilah pemenang!
Baca juga: Seandainya Allah Menyertai.
artikel yang membangun….bisa di coba!!!dan tidak sulit!!!