Dibebaskan dari Masa Lalu yang Mencabik-cabik dan Menghancurkan Masa Depanku

Dibebaskan dari Masa Lalu yang Mencabik-cabik dan Menghancurkan Masa Depanku
Dibebaskan dari Masa Lalu yang Mencabik-cabik dan Menghancurkan Masa Depanku

Masa lalu, selalu saja menjadi duri dalam perjalanan hidupku. Di saat aku ingin menggapai masa depanku, masa lalu selalu saja berhasil menghentikan langkah kakiku. Bertahun-tahun aku terpenjara dalam masa lalu yang membuatku menjadi pribadi yang rendah diri dan merasa tak berharga. Aku ingin bebas, aku ingin berlari, aku ingin terbang, namun masa itu tak kunjung datang.

Aku dan adik-adikku dibesarkan dengan warisan sakit hati yang dialami orangtuaku dari perlakuan kerabat keluarga mereka. Yang aku tahu, keluarga kami tidak pernah dianggap keberadaannya oleh kerabat keluarga yang lain. ‘Tidak ada uang, tidak ada saudara.’ Begitulah yang keluarga kami alami. Inilah yang ternyata banyak membentuk hidupku menjadi pribadi yang minder dan merasa tak berharga. Masa lalu inilah yang selalu saja mencabik-cabik hidupku.

Siapa sangka peristiwa kematian papa 15 November 2018 dan mama 10 Februari 2019, adalah sebuah perjalanan bagiku untuk menuntaskan masa lalu yang sekian tahun terus membelenggu hidupku.

Di Medan, selama beberapa bulan merawat mama dalam masa kritisnya, aku harus bertemu dengan om (adik dari mama) yang rutin membezuk mama yang diopname di rumah sakit. Kami berbincang-bincang mengenai banyak hal. Di antaranya mengenai kehidupanku sebagai perantau di Jakarta. Aku menceritakan bagaimana kehidupanku diubahkan semenjak aku bertemu dengan Pak Sonny dan kebenaran-kebenaran yang telah aku terima melalui hidup beliau.

Aku terus terheran-heran dan terharu, khususnya dari saat aku pulang ke Medan setelah lebaran dan juga ketika merawat papa dan mama. Aku melihat keluarga besar orangtuaku tidak lagi memandang rendah kami. Mereka bahkan salut dengan apa yang kami lakukan sebagai anak terhadap orangtua.

Aku juga melihat bagaimana dalam keadaan yang jauh dari kerabat, dengan pelayat yang sedikit tapi TUHAN CUKUPKAN semua biaya kremasi kedua orangtua kami. It’s amazing.

Aku kembali ke Jakarta setelah semua urusan pemakaman mama selesai. Tapi Tuhan selalu punya jalan untuk menyelesaikan agenda-Nya dalam hidupku.

Kisah ini masih berlanjut ketika 15 Maret 2019, keluarga om dan tanteku yang di Medan harus ke Jakarta untuk menghadiri pernikahan dari sepupuku, anak dari om dan tanteku yang ada di Jakarta. Mereka membutuhkan seorang tour guide selama di Jakarta, yang artinya kemungkinan besar aku akan bertemu dengan orangtua dari sepupuku yang akan menikah ini.

Sebetulnya hubungan kedua orangtuaku dan orangtua sepupuku ini bisa dikatakan tidak harmonis, bahkan bisa dikatakan memiliki hubungan yang buruk. Ada satu peristiwa yang menyakitkan yang dilakukan oleh papaku terhadap nenek dan tanteku dan juga ketidaksukaan keluarga mamaku melihat perlakuan papa yang seakan-akan tidak peduli terhadap mama menyebabkan ketidakharmonisan yang tiada akhir bahkan sampai melibatkan suami dari tanteku itu yang berakhir pada putus hubungan keluarga. Ketidakharmonisan itu menurun kepada kami anak-anaknya.

Adik-adikku melarangku untuk kembali terlibat dengan keluarga om dan tante yang di Jakarta. Tapi karena aku menghormati om dan tanteku yang dari Medan, alhasil aku menemani mereka selama di Jakarta. Ketika tiba di hotel tempat resepsi pernikahan, aku “bersembunyi” di kamar hotel. Berbagai perasaan berkecamuk dalam batinku. Aku memposisikan diriku sebagai tour guide bukannya seorang kerabat yang harus menghadiri acara tersebut.

Di satu sisi, aku takut terjadi masalah baru ketika bertemu dengan om dan tanteku yang di Jakarta dan di sisi yang lain, kedua orangtuaku baru saja meninggal. Di dalam tradisi Cina adalah hal yang tabu bagi orang yang anggota keluarganya meninggal untuk menghadiri acara pernikahan orang lain.

Menjelang resepsi, om dan tante dari Medan memaksaku untuk menghadiri resepsi. Aku sudah berusaha menolak sehalus mungkin, namun mereka tetap memaksaku. Mereka memintaku untuk bersikap dewasa dengan tidak mengingat-ingat masa lalu tentang apa yang terjadi di antara orangtuaku dengan keluarga om dan tanteku itu. Akhirnya aku menerima ajakan mereka, lalu memutuskan untuk berganti pakaian untuk menghadiri resepsi.

Dari dalam bilik kamar tempat aku berganti pakaian, aku mendengar suara dari om-ku yang di Jakarta. Dia merasa keberatan bila aku hadir di resepsi karena orangtuaku baru saja meninggal.

Herannya tak ada rasa kecewa ataupun terluka ketika aku mendengar perkataannya. Kalau dulu mungkin aku akan marah, kecewa, dan terluka ketika mendengar perkataannya itu. Mungkin aku akan langsung pergi meninggalkan tempat itu. Tapi kini, aku seperti orang yang sudah mati, tidak lagi bisa merasakan. Om dan tanteku yang dari Medan berusaha menghiburku dan meminta maaf kepadaku. Saya membalas mereka dengan senyuman dan berkata, “Tidak apa-apa,” sambil menatap mata mereka yang nampak kuatir.

Aku memperkatakan kalimat yang pernah diucapkan Pak Sonny, “Semua ikatan masa lalu, karma dan semua yang mama papa saya lakukan di masa lalu sudah selesai. Saya tidak ada ikatan apa pun dengan masa lalu mereka dan saya memutuskan semua ikatan tersebut. Semuanya sudah selesai sampai di sini,” ujarku penuh keyakinan kepada mereka.

Saat itu seperti ada sebuah kelegaan mengalir di dalam batinku. Seperti sebuah rantai yang selama ini membelenggu tubuhku, lepas begitu saja. Rasa damai, sukacita menyeruak memenuhi ruang hatiku.

Paginya 17 Maret 2019 ketika sedang menunggu mobil ke bandara, di lobby hotel, om dan tanteku lagi-lagi mengingatkanku untuk tidak sakit hati.

Aku teringat perkataan Pak Sonny, lalu saya sampaikan kepada om dan tanteku, “Perkataan orang tidak akan menjatuhkan saya kalau saya tidak meresponinya. Saya justru akan tersakiti ketika saya menerima dan meng-entertaint apa yang orang katakan tentang saya. Tidak semua yang dijual harus dibeli.”

Dengan sumringah tanteku berkata, “Mantap ini. Tidak rugi kita ajak Elie. Ada pendeta nih yang ngomong. Dan betul, Akhim setuju.”

Setelah berpisah di lobby hotel dengan om dan tanteku, aku langsung bergegas berangkat beribadah di Living Church Community (LCC).

Selama Pak Sonny berkhotbah dan menyampaikan tentang “Bagaimana dunia mencetak pikiran kita,” aku terkesiap saat Pak Sonny membahas bagaimana fakta, masa lalu dan uang menjadikan pikiran menjadi natural padahal seharusnya kita berpikir secara supranatural.

Sepanjang mendengarkan Pak Sonny berkhotbah, rasa haru menyeruak memenuhi batinku karena tiga hal inilah yang hari-hari terakhir ini sedang aku deklarasikan bahwa aku tidak hidup dari ketiga hal ini, khususnya dari masa lalu.

Dan memang ketiga hal inilah yang harus kuhadapi secara riil belakangan ini.

Bukan hal yang mudah ketika semua keluarga seperti mengucilkan keluarga kami. Apalagi ketika mereka membuka masa lalu orangtuaku yang sepanjang hidup ternyata sering terpaksa berhutang kepada mereka. Dan tak jarang karena terdesak kebutuhan, mama sering mengatakan hal-hal yang menyakitkan hati keluarga. Tapi selama bertahun-tahun, sebagai anak-anaknya, hal ini tidak kami ketahui. Kami hanya tahu bahwa keluarga kami dipandang sebelah mata oleh keluarga besar orangtua kami.

Sungguh tidak mudah saat aku mengetahui kebenaran di balik mengapa kami seperti dibesarkan dalam sakit hati dan rasa minder. Tapi sepanjang Pak Sonny berkhotbah, aku rasakan Roh Kudus terus berbicara padaku. Tuhan terus mengingatkan aku, aku bisa mengangkat kepalaku tegak di antara keluarga besar mama tanpa merasa tertekan atas semua fakta, masa lalu, dan keuanganku. Tidak ada hal yang perlu membuat aku malu karena kehidupanku sekarang bukanlah kehidupan orangtuaku.

Aku tidak tahu apa yang akan terjadi pada diriku kalau aku tidak berada di LCC, jika aku tidak terhubung dengan Pak Sonny dalam ikatan janji, apakah aku akan ada di antara keluarga besarku kemarin. Rasanya pasti aku akan menghindar karena rasa tidak nyaman dan tidak berharga itu.

Tuhan yang Pak Sonny perkenalkan padaku membuat aku bisa berdiri tegak dan tidak jatuh oleh fakta, masa lalu serta keuangan karena hidupku sepenuhnya bergantung hanya pada Dia, Tuhan yang dahsyaaaat!!!

Ada genangan hangat di mataku ketika Pak Sonny membawa jemaat deklarasi, memutuskan ikatan masa lalu, fakta, dan uang. Rohku bergolak, berkobar-kobar. Aku tolak semua hal-hal yang selama ini telah membuat aku merasa tidak berharga dan minder. Aku putuskan sekali lagi ikatan fakta, masa lalu, dan uang dalam hidupku.

Dan Tuhan ingatkan kejadian di malam sebelumnya di saat aku mengucapkan hal yang sama dengan deklarasi Pak Sonny kepada om dan tanteku.

It’s amazing. Tuhan mengkonfirmasinya. He gave me the keyword.

Rasa senang, sukacita, bergelora, melonjak-lonjak dalam batinku. Sekarang aku bisa hidup tanpa peduli masa lalu dan fakta serta tidak pusing lagi dengan masalah uang dan kebutuhan karena Tuhan pasti akan memeliharaku dan keluargaku. Terima kasih Pak Sonny, it’s all because of Him and you.

Terima kasih Pak Sonny yang telah menarikku ke masa depan yang Tuhan berikan bagiku. Terima kasih telah melepaskan aku dari mentalitas pecundang. Terima kasih sudah menjadikan aku lebih dari pemenang sehingga aku dapat dibebaskan dari masa lalu yang mencabik-cabik dan menghancurkan masa depanku.

Dengan sepenuh hati dari relung hati yang paling dalam aku mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan tak terhingga pada Pak Sonny yang telah membuatku bisa berdiri dengan kepala terangkat, bisa menghadapi banyak hal yang secara dunia berat tapi nyatanya semua mampu aku lewati dengan mudah karena Allah yang Pak Sonny perkenalkan dan berikan dalam hidupku.

Aku pastikan akan selalu menghidupi semua kebenaran yang Pak Sonny telah impartasikan bagiku. Aku lebih dari Pemenang! Terima kasih Pak Sonny yang telah membawa masuk ke dalam destiny Ilahi, hidup dalam keIlahian. I love you Pak Sonny.

Dan akhirnya sekarang aku telah dibebaskan dari masa lalu yang mencabik-cabik dan menghancurkan masa depanku sehingga dengan lantang aku bisa berkata “SELAMAT TINGGAL MASA LALU. SELAMAT DATANG MASA DEPAN YANG DARI TUHAN. AKU TIDAK LAGI HIDUP DARI MASA LALU. SEJAK HARI INI DAN SELAMANYA AKU HIDUP DALAM MASA DEPAN YANG TUHAN TELAH BERIKAN BAGI SAYA!!! MASA DEPAN YANG PENUH PENGHARAPAN, MASA DEPAN YANG PENUH DENGAN KEMENANGAN, MASA DEPAN YANG DIPENUHI REALITA DAN KEMULIAAN TUHAN. TERJADILAH DALAM HIDUPKU. AMIN!!!!”

Baca juga kesaksian: Apa yang Saya Doakan Tidak Sia-sia dan Tuhan Jawab.

3 Replies to “Dibebaskan dari Masa Lalu yang Mencabik-cabik dan Menghancurkan Masa Depanku”

  1. waww amazing Tuhan. Tuhan bekerja tanpa mengenal ruang dan waktu. kalau satu orang bisa bebas dari masa lalu yang menyakitkan dan mengalami kemenangan kita pun pasti bisa, karena kita menyembah Tuhan yang sama. Pak Sony sangat hebat bisa membawa jemaat terus mengalami kemenangan. bravo Tuhan dan Pak Sony kerjasama yang luar biasa.

  2. Menakjubkan melihat bagaimana Tuhan bekerja mengubahkan hidup seseorang. Tuhan selalu bekerja dan masih akan terus bekerja. Dia akan merancangkan segala sesuatu utk mendatangkan kebaikan bagi mereka yg mengasihiNya. God with you Pak Sonny. Tuhan terus bekerja di dlm dan melalui hidupmu.

  3. Saya terkagum-kagum dgn pekerjaan Tuhan yg dahsyat atas umatNya. Tidak peduli berapa lama umatNya seperti terkung-kung namun sekali Tuhan bekerja seketika semuanya berubah! Seperti Tuhan memulihkan keadaan sion demikianlah Tuhan mengubahkan ratap tangis menjadi sorak sorai kemenangan!! Haleluyah!!! Biar Ps. Sonny Zakaria terus di urapi dan di pakai Tuhan menjadi represtasiNya di bumi Indonesia bahkan ke bangsa2. God with you Ps. Sonny Zakaria 🙏

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*