EKSPRESI NYATA DARI DAGING

Galatia 5:19-21, “Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu — seperti yang telah kubuat dahulu — bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.

Berdasarkan daftar dosa ini, rasul menyatakan bahwa “perbuatan daging telah nyata.” Artinya ekspresi daging itu bisa dilihat dengan mudah. Jika ingin mengetahui apakah kita masih bersifat daging atau tidak, cukup melihat apakah masih ada perbuatan kita yang masuk dalam daftar tersebut. Tidak perlu semua, asal melakukan salah satu di antaranya saja, itu sudah cukup memastikan bahwa kita masih bersifat daging. Bila daging sudah tidak berkuasa atas kita, dari manakah datangnya yang satu itu? Jadi, dengan satu perbuatan daging, itu cukup untuk membuktikan adanya daging.

Dosa-dosa itu bisa kita bagi dalam 5 kategori: (1) Dosa yang sangat cemar dalam tubuh daging, yaitu percabulan, kecemaran, dan hawa nafsu. (2) Dosa persekutuan dengan Iblis secara adikodrati, yaitu penyembahan berhala dan sihir. (3) Dosa dalam watak, yaitu perseteruan, perselisihan, iri hati, dan amarah. 4. Dosa perpecahan secara rohani, yaitu kepentingan diri sendiri, percekcokan, roh pemecah, dan kedengkian. (5) Dosa menghamburkan kesenangan, yaitu kemabukan dan pesta pora.

Setelah kita membagi dosa-dosa itu ke dalam lima kategori, terlihat ada beberapa dosa yang nampaknya lebih keji, dan ada pula yang nampaknya lebih beradab. Namun itu dalam pandangan manusia saja. Dalam pandangan Allah, semua dosa itu berasal dari satu akar, yaitu daging. Tidak peduli daging yang keji atau daging yang beradab, keduanya sama saja. Keji atau beradab, daging tetap daging. Dan daging sama sekali tidak berguna (Yoh. 6:63).

Bila seseorang melakukan dosa daging yang keji, dengan mudah ia menyadari bahwa dirinya bersifat daging. Namun bila ia melakukan dosa daging yang beradab, maka sangat sulit mengakui bahwa dirinya bersifat daging, karena ia selalu merasa lebih unggul dari yang lain. Dan karena ia merasa dirinya tidak melakukan dosa daging yang keji seperti yang dilakukan orang lain, maka ia menganggap dirinya sudah tidak hidup atau bertindak menurut daging.

Dilihat dari luar, perselisihan, perpecahan, atau percekcokan, nampaknya jauh lebih bersih daripada percabulan, hawa nafsu, atau kecemaran, dan pesta pora. Namun kedunya berasal dari daging yang sama. Tidak peduli bagaimana beradabnya daging, daging tetaplah daging.

Doa: O Tuhan Yesus, tolong celikkan mata kami agar kami dapat melihat dan mengakui semua perbuatan daging yang beradab, yang masih muncul dari hidup kami. Hapuskanlah semua hal yang bersifat daging dari hidup kami ya Tuhan. Amin!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*