Yohanes 15:5, “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.“
Jika makan pohon hayat, maka ini akan menghasilkan hayat yang bergantung di dalam diri manusia. Seluruh perkara hayat adalah perkara kebergantungan yang berkesinambungan terhadap Allah. Kita tidak dapat lulus dari perkara hayat yang mana pun, sama seperti kita tidak dapat lulus dari makan, karena makan adalah perkara bergantung. Kita tidak dapat mengatakan bahwa kita telah makan makanan yang terbaik dan telah makan cukup banyak, sehingga telah lulus makan dan tidak perlu makan lagi. Setiap hari kita perlu makan, kita bergantung pada makanan. Jika tidak makan, kita akan mati.
Di aspek lain, pengetahuan menghasilkan kemerdekaan. Allah bukanlah pengetahuan, melainkan hayat bagi kita. Kita harus bergantung kepada Dia setiap waktu. Dialah pokok anggur dan kitalah ranting-rantingNya. Ranting harus tinggal di dalam pohon anggur. Di luar pohon anggur, ranting menjadi mati. Semua ranting bergantung pada hayat pohon anggur.
Sebelum diselamatkan, kita sepenuhnya merdeka dari Allah. Namun ketika bertobat dan percaya dalam Allah, kita menjadi bergantung. Ketika merdeka dari Allah, itulah saatnya kita hidup oleh pengetahuan. Jika hidup oleh roh, oleh hayat, kita sepenuhnya bergantung kepada Allah. Jadi prinsip bergantung atau merdeka berasal dari dua jenis hayat yang berbeda. Hayat ilahi membuat kita bergantung dan hayat Satani membuat kita merdeka. Merdeka berarti memberontak terhadap Allah. Prinsip hayat adalah bergantung kepada Allah dalam segala sesuatu. Jika kita bergantung kepada Allah, maka segala sesuatu adalah berasal dari hayat, oleh hayat, dan menghasilkan hayat.
Doa: O Tuhan Yesus, tolong kami untuk selalu bergantung kepada-Mu, agar segala sesuatu yang kami lakukan selalu berasal dari hayat, oleh hayat, dan menghasilkan hayat. Amin!
