
Kata malaikat-malaikat itu kepadanya: “Ibu, mengapa engkau menangis?” Jawab Maria kepada mereka: “Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan” (Yohanes 20:13).
Hidup di dalam dunia modern di mana semuanya telah menjadi digital, informasi menjadi sesuatu yang sangat mudah disebarluaskan. Dalam beberapa detik, sebuah informasi dapat mencapai puluhan bahkan jutaan orang. Jika yang disebarkan itu adalah informasi yang baik dan bermanfaat, tentulah itu akan menguntungkan banyak orang. Tapi masalahnya, tidak semua informasi yang disebarluaskan itu baik, bahkan ada banyak informasi bohong yang disebarluarkan, yang kita kenal dengan sebutan HOAX.
Apakah sebenarnya hoax?
Hoax adalah informasi palsu, berita bohong, fakta yang diplintir atau direkayasa untuk menjatuhkan musuh.
Hari-hari belakangan ini, khususnya di media sosial dan dunia maya pada umumnya, ada banyak hoax yang bertebaran di mana-mana. Kita sampai dibuat kebingungan karena kita tidak tahu mana yang hoax dan mana yang benar. Kita kesulitan untuk membedakannya karena semua informasi tersebut kelihatannya benar, apalagi mereka dilengkapi dengan data-data yang mendukung dan bahkan cukup detil.
Biasanya orang membuat hoax dengan tujuan untuk menjatuhkan seseorang atau lawannya dengan berita bohong tersebut sehingga orang yang bersangkutan terkena dampak negatif dari berita-berita bohong tersebut dan akhirnya menanggung kerugian baik secara psikis maupun mental. Intinya si pembuat hoax tersebut adalah penipu atau pembohong atau penyesat.
Tidak heran, itulah yang dikatakan Alkitab mengenai iblis:
“Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta” (Yohanes 8:44).
Iblislah raja hoax yang sesungguhnya, yang ada di belakang semua tipu daya untuk menjatuhkan orang percaya. Sebetulnya iblis sudah dikalahkan 2000 yang lalu ketika Yesus bangkit, jadi ia sudah tidak memiliki senjata lagi. Dia hanya bisa menggunakan satu senjata (yang sebenarnya bukan senjata) saja yaitu tipu muslihat atau tipu daya (baca: hoax) dengan tujuan untuk menjatuhkan orang percaya.
“Ia telah melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa dan menjadikan mereka tontonan umum dalam kemenangan-Nya atas mereka” (Kolose 2:15).
Itu sebabnya peperangan rohani kita adalah peperangan antara penipu dan yang ditipu. Peperangan antara apakah kita tertipu atau tidak tertipu. Apakah kita mau ditipu atau tidak tertipu. Itulah satu-satunya peperangan dalam hidup kita karena pada dasarnya Yesus sudah menang dan kita pun sudah menang.
Bagaimana cara kerja iblis dengan tipu dayanya?
Pertama-tama dia akan membuat berita bohong/hoax dengan tujuan untuk mempengaruhi kita dengan hoax tersebut. Ketika kita mulai terpengaruh, maka suasana hati kita mulai terganggu dan hati kita mulai merasa galau. Saat kita dalam keadaan galau, kita tidak bisa berpikir jernih. Saat pikiran kita rentan itulah iblis mulai menyerang kita dengan memasukkan pikiran-pikiran negatifnya. Tanpa disadari, ketika kita mulai berpikir negatif, kita mulai mengucapkan hal-hal yang negatif yang ditanam oleh iblis tersebut, dan pada akhirnya kita melemahkan diri kita sendiri dengan perkataan tersebut.
Pada hari kebangkitan Yesus, Maria pergi ke kubur Yesus dan ia terkejut karena melihat batu yang menutupi kubur Yesus sudah terguling dan ketika melihat ke dalam, ternyata mayat Yesus tidak ada. Lalu ia segera menemui Petrus dan Yohanes dan berkata kepada mereka, “Tuhan telah diambil orang dari kuburnya dan kami tidak tahu di mana Ia diletakkan” (Yoh. 20:2).
Dari manakah kata-kata Maria tersebut? Dari mana Maria tahu ada orang yang mencuri mayat Yesus? Apakah dia berhalusinasi? Jelas sekali ada pribadi yang memasukkan pikiran tersebut ke dalam pikiran Maria, dan itu tidak lain adalah iblis yang mencoba mempengaruhi suasana hati Maria agar pikirannya mulai tidak bisa berpikir jernih. Akibatnya dengan mudah ia percaya pada kebohongan itu dan tanpa sadar mulai menyebarkannya kepada murid-murid. Pada akhirnya mereka semua percaya pada kebohongan yang secara tidak disengaja disebarkan Maria (Yoh. 20:8).
Meskipun faktanya memang batu sudah terguling dan kubur Yesus kosong, bukan berarti itu adalah kebenaran. Iblis menaruh dalam pikiran Maria sebuah skenario yang membuatnya berpikir bahwa Yesus telah diambil orang, padahal Yesus telah berkali-kali memberitahu murid-murid-Nya bahwa Dia harus mati dan kemudian akan bangkit pada hari ketiga dan Maria pasti pernah mendengarnya (Matius 17:22-23, Markus 9:30-32; Lukas 9:43-45).
Ketika kebohongan yang ditaruh iblis itu meresep masuk ke dalam pikiran Maria, responnya adalah ia menangis. Itu berarti iblis berhasil memasukkan kesedihan dalam suasana hati Maria dan membuatnya menjadi patah semangat dan tidak berpengharapan. Padahal kalau saja dia memegang kebenaran yang sudah dia terima, ketika ia melihat kubur yang kosong, responnya seharusnya bersorak dan bersukacita karena Tuhannya telah bangkit seperti yang Yesus katakan.
Berapa banyak dari kita yang pernah mengalami seperti Maria? Iblis membuat kita melihat fakta, kemudian fakta itu mulai mempengaruhi suasana hati kita dan kemudian pikiran kita menjadi kacau dan kita mulai mengucapkan kata-kata kebohongan yang ditanam iblis yang melemahkan diri kita, dan akhirnya kita berhasil dijatuhkan iblis.
Perhatikanlah kata-kata yang diucapkan Maria setelah dia melihat kubur yang kosong tersebut. Ketika ditanya mengapa dia menangis, jawabannya kurang lebih sama, Tuhannya telah diambil orang dan tidak diketahui keberadaannya (Yohanes 20:2, 13, 15). Bahkan ketika Yesus sendiri yang berbicara dengannya, Maria tidak mengenali Yesus. Yesus harus berteriak memanggil Maria agar ia sadar bahwa ia sedang berbicara dengan Yesus (ayat 16). Akhirnya Maria sadar bahwa ia sedang berbicara dengan Yesus yang dianggapnya sudah diambil orang.
Kesedihan karena termakan oleh hoax yang dibangun iblis membuat kita tidak dapat melihat Tuhan dalam hidup kita. Terkadang untuk menyadarkan kita dari tipu daya, Roh Kudus harus berteriak di hati kita dan sering kali itu pun tidak menyadarkan kita. Kita sudah telanjur mempercayai kebohongan yang ditanam iblis dalam pikiran kita sampai-sampai kita sudah tidak bisa disadarkan lagi.
Lalu bagaimanakah caranya agar kita tidak jatuh ke dalam tipu daya iblis?
1. Terimalah firman yang adalah kebenaran.
“Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran” (Yoh 17:17).
Dalam kasus Maria dan murid-murid Yesus, rupanya apa yang telah disampaikan oleh Yesus mengenai kematian dan kebangkitan-Nya (Matius 17:22; 20:18-19) tidak masuk ke dalam hati dan pikiran mereka sehingga ketika iblis melemparkan kebohongan, mereka dengan mudah mempercayainya. Secara tidak sadar, mereka sudah menganggap remeh perkataan Yesus dan tidak menerima itu sebagai kebenaran sehingga dengan mudah ditipu oleh iblis.
Agar kita bisa bebas dari tipu daya iblis, kita tidak boleh menganggap remeh firman yang telah kita terima. Ketika kita menganggap remeh sesuatu, kita tidak akan berusaha untuk mengingatnya, apalagi menghidupinya. Sebaliknya, ketika kita menganggap setiap firman yang kita terima sebagai sesuatu yang penting dan harus diperhatikan, dan menerimanya sebagai kebenaran, maka kita akan memegangnya dan menghidupinya.
Dengan kita memiliki sikap ini terhadap firman, ketika iblis mencoba menjatuhkan kita dengan melemparkan hoax, kita tidak bisa ditipu karena kita sudah tahu kebenaran dan hidup di dalamnya. Orang yang tahu kebenaran dan hidup di dalamnya tidak akan mudah ditipu oleh hoax yang dibuat iblis.
Jadi jangan anggap remeh firman, milikilah sikap: saya akan menerima setiap firman sebagai kebenaran, saya harus menganggap setiap firman yang telah saya terima sebagai sesuatu yang penting bagi kehidupan saya dan memastikan saya memegangnya dan hidup di dalamnya!
2. Ubahkan setiap firman menjadi keyakinan yang teguh.
Kebenaran yang baru kita terima adalah seperti benih, itu harus ditanam, diairi, dan dipupuk sampai dia bertumbuh menjadi pohon yang besar. Pohon yang besar sangat sulit untuk dicabut dan tidak mudah tumbang ditiup angin keras. Demikian pula, kita harus memastikan kebenaran yang sudah kita terima terus bertumbuh menjadi keyakinan yang teguh dan tak tergoyahkan.
Maria dan murid-murid Yesus telah mendengar kebenaran tentang kematian dan kebangkitan Yesus, namun mereka tidak membuat kebenaran itu menjadi keyakinan dalam diri mereka sehingga ketika faktanya terlihat berkebalikan, mereka terhanyut dalam kebohongan yang ditaruh iblis dalam pikiran mereka. Sukacita yang seharusnya menjadi bagian mereka setiap hari malah berubah menjadi dukacita dan kesedihan yang mendalam. Ini artinya hidup mereka telah didikte oleh fakta. Lalu setelah diingatkan akan kebenaran, barulah mereka kembali bersukacita.
Dengan memiliki keyakinan yang teguh akan kebenaran, kebohongan apa pun boleh datang kepada kita, tapi itu tidak akan mengubah keadaan kita. Suasana hati kita akan terus penuh sukacita dan kemenangan setiap hari. Inilah kehidupan yang Tuhan inginkan ada dalam diri kita, yaitu kehidupan yang tidak diombang-ambingkan oleh fakta, tapi selalu berkemenangan setiap hari.
Misalnya, kita telah mendengar firman, “Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh.” Artinya kita seharusnya hidup dalam kesehatan ilahi. Tidak ada satu pun penyakit yang boleh bertahan atau ada dalam tubuh kita. Ketika kita memegang dan menghidupinya, artinya apa pun yang terjadi pada tubuh kita, kita selalu mau belajar untuk percaya bahwa itu bohong, yang benar adalah saya sudah sembuh dan kita terus ngotot berkata saya sudah sembuh, kebenarannya adalah oleh bilur-bilur-Nya aku telah sembuh. Ketika kita terus berpegang pada kebenaran, maka kebenaran itu akan semakin tertanam kuat dan berubah menjadi keyakinan yang teguh.
Ketika sudah berubah menjadi keyakinan yang teguh, dokter boleh berkata A, orang boleh berkata B, tapi Anda tidak peduli akan semua itu. Anda hanya percaya pada kebenaran: oleh bilur-bilur-Nya aku telah sembuh. Dan apa yang Anda percayai, itulah yang terjadi.
3. Jangan pasif, lawan setiap hoax dengan firman.
Hal penting yang harus kita lakukan terhadap hoax adalah mengkonfrontasinya. Apa saja yang bertentangan dengan kebenaran harus kita lawan. Kebanyakan orang percaya, setelah mengetahui bahwa iblis telah menipu mereka dengan kebohongan, mereka bersikap pasif dan tidak berusaha mencari kebenarannya untuk mengkonfrontasi kebohongan itu. Yang lebih parah lagi, mereka tahu kebenarannya tapi memakai kebenaran itu untuk menggantikan kebohongan yang telah lama bercokol dalam pikiran mereka.
Yesus tahu bahwa Dia harus mengklarifikasi berita bohong yang sudah tersebar di antara murid-murid-Nya, itu sebabnya Dia datang kepada murid-murid-Nya dan membuktikan bahwa Dia sudah bangkit dan hidup, bahkan secara pribadi membuktikannya kepada Tomas (Yoh. 20:19-31).
Orang yang tidak mengkonfrontasi kebohongan dan menggantikannya dengan kebenaran pada akhirnya akan kembali masuk ke dalam jebakan yang sama. Itu sebabnya JANGAN PASIF!!! Jika Anda tahu bahwa Anda telah ditipu, carilah kebenarannya dan buatlah kebenaran itu menjadi bagian hidup Anda.
Contoh: jika Anda sudah tahu bahwa di dalam Kristus, Anda seharusnya hidup dalam kesehatan ilahi, maka penyakit adalah kebohongan. Namun jangan berhenti sampai di situ, cari tahu apa kebenaran tentang kesehatan ilahi dan konfrontasilah kebohongan yang selama ini telah Anda terima. Selama Anda tahu kebenaran, tapi tidak menggunakannya untuk mengkonfrontasi kebohongan, maka kebenaran itu tidak akan memerdekakan Anda. Namun, ketika Anda aktif mengkonfrontasi kebohongan dengan kebenaran, Anda akan mengalami kebenaran itu memerdekakan Anda.
Sekali lagi, hoax adalah kebohongan. Inilah salah satu kebenaran yang harus Anda yakini dan perkatakan: “Yesus sudah bangkit dan kita pun dibangkitkan bersama-sama dengan Dia. Yesus telah menang dan kita pun telah menang bersama Dia!” Fakta apa pun selain itu adalah kebohongan! Jangan mau ditipu lagi oleh iblis. Kebenaran yang Anda pegang dan hidupi akan membuat Anda selalu hidup dalam kemerdekaan. Kemerdekaan dari tipu daya iblis selama-lamanya. Sekali merdeka tetap merdeka!!!!
Selamat Paskah!
Baca juga: Allah Pembela Orang Lemah.