Hubungan Antara Tanggung Jawab dan Berkat

Hubungan Antara Tanggung Jawab dan Berkat
Hubungan Antara Tanggung Jawab dan Berkat

Dalam Kejadian pasal 25 kita membaca tentang Esau yang menjual hak kesulungannya kepada Yakub, ditukar dengan semangkok kacang merah. Tapi dalam pasal 27, Esau merengek-rengek untuk mendapatkan berkat anak sulung, yang direbut oleh Yakub juga. Esau menangis dan marah besar karena tidak mendapatkan berkat anak sulung.

Mengapa Esau begitu sedih dan marah saat berkat anak sulung diberikan kepada Yakub? Padahal sebelumnya dia sendiri yang memberikan hak kesulungannya kepada Yakub.

Hak Kesulungan adalah hak yang diberikan kepada anak sulung, yang berisi:

1. Hak untuk menjadi pemimpin dalam ibadah dan keluarga (Mewarisi tugas dan tanggung jawab bapanya atau berfungsi sebagai bapa).

2. Hak untuk menerima berkat porsi ganda (Mewarisi harta bapaknya sebanyak dua kali lipat dibandingkan anak yang lain). Atau bisa kita sebut dengan istilah berkat melimpah.

Jadi bisa disimpulkan bahwa isi dari hak kesulungan itu ada 2 bagian, yaitu: Tugas atau tanggung jawab, dan berkat.

Waktu Esau sedang lelah karena baru pulang dari Padang, dia ‘ngiler’ melihat bubur kacang merah yang dimasak oleh Yakub, lalu dia memintanya. Yakub mau memberikan kacang merah itu tapi dengan satu syarat, yaitu Esau harus memberikan hak kesulungannya kepadanya.

Dengan mudahnya Esau menyerahkan hak kesulungannya kepada adiknya. Sebetulnya apakah yang ada di pikiran Esau? Mengapa ia begitu mudah menyerahkan hak kesulungannya kepada adiknya?

Tapi kemudian ketika berkat kesulungannya diambil oleh Yakub, ia menjadi begitu sedih dan marah. Masalah Esau adalah: Ia memisahkan antara tanggung jawab menjadi pemimpin dan berkat porsi ganda.

Pada saat Esau berpikir tentang hak kesulungan, ia hanya berpikir tentang ia harus melanjutkan tugas dan tanggung jawab bapanya. Ia tidak menginginkannya, karena baginya melanjutkan tugas dan tanggung jawab sebagai pemimpin adalah sebuah beban yang berat dan merepotkan.

Itulah sebabnya ia menjual hak kesulungannya kepada Yakub dengan berkata, “Sebentar lagi aku akan mati, apa gunanya itu bagiku?”

Tapi saat Ishak ingin memberikan berkat anak sulung kepadanya, ia bersemangat, ia hidup.

Ketika Ishak sudah tua, dan matanya telah kabur, sehingga ia tidak dapat melihat lagi, dipanggilnyalah Esau, anak sulungnya, serta berkata kepadanya: “Anakku.” Sahut Esau: “Ya, bapa.” Berkatalah Ishak: “Lihat, aku sudah tua, aku tidak tahu bila hari kematianku. Maka sekarang, ambillah senjatamu, tabung panah dan busurmu, pergilah ke padang dan burulah bagiku seekor binatang; olahlah bagiku makanan yang enak, seperti yang kugemari, sesudah itu bawalah kepadaku, supaya kumakan, agar aku memberkati engkau, sebelum aku mati” (Kejadian 27:1-4).

Esau lupa bahwa berkat anak sulung itu adalah bagian dari hak kesulungan yang telah dijualnya kepada Yakub. Karena ia telah menyerahkan tugas dan tanggung jawabnya kepada Yakub, maka adalah tidak adil jika ia yang menerima berkatnya. Tugas dan tanggung jawab sudah diserahkan kepada Yakub, sudah sewajarnyalah berkat juga diberikan kepadanya.

Banyak orang Kristen memiliki perilaku seperti Esau. Pada saat menerima tugas dan tanggung jawab mereka ingin mati, tapi saat menerima berkat mereka segera hidup dan bersemangat.

Pada saat pak pendeta bicara tentang tugas dan tanggung jawab sebagai orang Kristen, mereka seperti mau mati. Tapi saat pak pendeta bicara tentang berkat yang disediakan Tuhan bagi orang Kristen, mereka hidup dan bersemangat.

Ini yang tidak diketahui oleh Esau dan kebanyakan orang Kristen: Tanggung jawab dan berkat tidak dapat dipisahkan. Setiap kali Tuhan memberikan tanggung jawab untuk dikerjakan, Dia juga memberikan berkat-Nya.

Dan sebaliknya pun begitu: Setiap kali Dia memberikan berkat-Nya, ada tanggung jawab yang disisipkannya. Besarnya tanggung jawab berbanding lurus dengan besarnya berkat yang diberikan.

Anak sulung diberikan berkat porsi ganda atau dua bagian dari segala kepunyaan bapanya, karena ia memikul tanggung jawab porsi ganda juga, yaitu harus menjadi pemimpin di antara saudara-saudaranya.

Perhatikan berkat yang dilepaskan Ishak kepada Yakub, yang seharusnya menjadi milik Esau:

“Sesungguhnya bau anakku adalah sebagai bau padang yang diberkati TUHAN. Allah akan memberikan kepadamu embun yang dari langit dan tanah-tanah gemuk di bumi dan gandum serta anggur berlimpah-limpah (=berkat). Bangsa-bangsa akan takluk kepadamu, dan suku-suku bangsa akan sujud kepadamu; jadilah tuan atas saudara-saudaramu, dan anak-anak ibumu akan sujud kepadamu (=tanggung jawab menjadi pemimpin). Siapa yang mengutuk engkau, terkutuklah ia, dan siapa yang memberkati engkau, diberkatilah ia” (Kejadian 27:27-29).

Jadi dalam berkat yang diterima oleh Yakub, ada tugas dan tanggung jawab di dalamnya. Inilah yang tidak dipahami oleh Esau dan kebanyakan orang Kristen.

Saya berikan contoh lainnya:

Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: “Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu; (=tanggung jawab). Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat (=berkat)” (Kejadian 12:1-3).

Bahkan dalam Matius 25:14-30, saat Yesus memberikan perumpamaan tentang hal Kerajaan Sorga, Dia pun menyatakan keterkaitan antara berkat materi atau harta dengan tanggung jawab,

“Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri,

yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka. Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat. Segera pergilah hamba yang menerima lima talenta itu. Ia menjalankan uang itu lalu beroleh laba lima talenta. Hamba yang menerima dua talenta itu pun berbuat demikian juga dan berlaba dua talenta. Tetapi hamba yang menerima satu talenta itu pergi dan menggali lobang di dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya.Lama sesudah itu pulanglah tuan hamba-hamba itu lalu mengadakan perhitungan dengan mereka” (Matius 25:14-19).

Tuhan memberikan harta kepada masing-masing orang menurut kesanggupannya. Kesanggupan apa? Kesanggupan untuk menjalankan tanggung jawabnya.

Mungkin awalnya kita berpikir bahwa Tuhan tidak adil memberikan harta yang tidak sama rata kepada semua orang. Tapi di akhir cerita kita tahu, mengapa orang itu hanya diberikan satu talenta. Karena diberikan satu talenta saja tidak berkembang, apa lagi kalau diberikan lima talenta.

Jadi saat Tuhan memberikan harta, Dia juga memberikan tanggung jawab. Dan sekali waktu Dia akan mengadakan perhitungan dengan kita, artinya menuntut pertanggungjawaban dari kita akan semua yang telah Dia berikan dalam hidup kita, baik berkat mau pun tanggung jawab.

Jadi hubungan antara tanggung jawab dan berkat adalah: Di mata Tuhan berkat dan tanggung jawab adalah satu, tidak dapat dipisahkan.

Anda tidak bisa menerima berkatnya tapi menolak tanggung jawabnya. Kerjakan tanggung jawabmu dan terimalah berkatmu! Terimalah berkatmu dan kerjakanlah tanggung jawabmu!

Baca juga: Prinsip atau Batasan yang Bisa Kita Pakai Dalam Mencari Pasangan Hidup yang Tepat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*