Iman Konvensional Versus Iman Agresif

Ada dua orang yang memiliki kebutuhan dan memerlukan pertolongan Tuhan. Yang pertama adalah kepala rumah ibadat yang bernama Yairus dan yang kedua adalah perempuan yang tidak disebutkan namanya, hanya dijuluki sesuai dengan penyakitnya: Perempuan yang sakit pendarahan. Keduanya memiliki cara pendekatan yang berbeda, keduanya memiliki cara beriman yang berbeda, tapi keduanya mendapatkan hasil yang sama, yaitu kesembuhan (Markus 5:21-43). Inilah yang disebut iman konvensional versus iman agresif.

Iman Konvensional Versus Iman Agresif
Iman Konvensional Versus Iman Agresif

Cara Beriman Yairus

Cara beriman Yairus saya beri nama iman konvensional, karena cara beriman jenis ini paling umum dipakai oleh orang Kristen. Inilah ciri-cirinya:

1. Bersifat pasif.
Yairus hanya datang kepada Yesus dan meminta Dia datang ke rumahnya untuk mendoakan anaknya yang sedang sakit, hampir mati. Hanya itu yang dia kerjakan dan selebihnya dia hanya menanti Tuhan bekerja. Cara beriman seperti ini banyak dipakai oleh orang Kristen.

Bila ada keperluan, mereka datang kepada seorang hamba Tuhan dan minta si hamba Tuhan datang untuk mendoakan mereka agar terjadi mujizat. Selebihnya si hamba Tuhan dan Tuhan yang bekerja. Mereka hanya diam terpaku menanti terjadinya mujizat dari pekerjaan si hamba Tuhan tersebut.

2. Seringkali harus melewati masa penantian yang panjang dan menegangkan.
Yairus harus menanti dalam masa penantian yang panjang dan menegangkan. Dia menanti sambil berharap agar Yesus bisa berjalan lebih cepat ke rumahnya dan anaknya bisa terus bertahan hidup sampai Yesus datang ke rumahnya.

Jika kita memakai cara beriman konvensional, kita akan selalu masuk dalam masa penantian yang panjang dan menegangkan, karena kita menggantungkan nasib kita kepada pekerjaan hamba Tuhan, perjalanan, dlsb, yang seringkali tidak memberikan kepastian untuk terjadinya sebuah mujizat.

3. Seringkali menerima jawaban doa yang tertunda- tunda.
Yairus sudah merasa senang karena Yesus bersedia datang ke rumahnya. Inilah jawaban doa baginya. Tapi masalahnya, dalam perjalanan ke rumahnya banyak orang mengerumuni Yesus, sehingga waktu berjalan begitu lambat baginya. Ada kemacetan di jalan. Itulah yang kita alami jika kita memakai iman konvensional.

Seringkali kita merasa jawaban doa sudah sangat dekat, sudah ada di tangan, tapi di tengah jalan seperti lenyap lagi. Rasanya sudah dekat tapi tertunda-tunda lagi sehingga seringkali kita jatuh-bangun dalam beriman. Kita harus melewati masa-masa di mana kita kecewa dan putus asa, tapi kemudian bangkit lagi, terpuruk lagi dan bangkit lagi, karena ada orang-orang di sekeliling kita yang menguatkan kita, “Jangan takut, percaya saja!”

4. Seringkali menerima jawaban doa setelah masalahnya bertambah buruk dan pada waktu yang sangat kritis atau bahkan terlambat.
Setelah melewati masa penantian yang panjang dan menegangkan dan jawaban doa yang tertunda-tunda, akhirnya anak Yairus mati, dan dia merasa semuanya sudah terlambat. Jika kita memiliki iman konvensional, itulah yang akan kita alami, seringkali kita baru menerima jawaban doa setelah semuanya menjadi semakin buruk dan kita merasa semua sudah terlambat.

5. Seringkali merasa sangat bersyukur karena pada akhirnya mendapatkan pertolongan yang dibutuhkan.
Kosa kata yang dimiliki oleh orang yang memakai cara beriman Yairus seringkali seperti ini: “Puji Tuhan, akhirnya Tuhan menolong saya. Saya sudah seperti telur di ujung tanduk, saya sudah pasrah, tapi syukur, akhirnya Tuhan menolong saya. Tuhan tidak pernah terlambat! (padahal kemarin kita merasa Tuhan sudah terlambat)”

Cara beriman Perempuan yang sakit pendarahan

1. Bersifat agresif.
Perempuan itu aktif melakukan sesuatu dan bukan hanya menanti sesuatu terjadi terhadap dirinya. Saat dia mendengar “berita-berita tentang Yesus”, dia tidak diam saja, dia merenungkannya, memperkatakannya, membayangkannya, merencanakannya, sehingga imannya terus bertumbuh dan dia semakin percaya kepada Yesus. Waktu dia mendengar Yesus datang ke kampungnya, dia bersegera ke luar ingin menemui Yesus.

Waktu dia tidak menemukan jalan untuk datang kepada Yesus pun dia tidak diam saja, dia berusaha mencari cara untuk dia bisa menerima mujizat. Saat dia melihat ujung jubah Yesus yang berkibar tertiup angin, dia menguatkan imannya dan berkata, “Asal kujamah ujung jubah-Nya, aku akan sembuh.”

Jika kita memiliki iman yang agresif seperti perempuan yang sakit pendarahan ini, kita akan terus melakukan sesuatu untuk menguatkan kepercayaan kita. Kita akan terus melakukan sesuatu, sekecil apa pun itu, untuk bisa meraih mujizat. Kita tidak pasif menanti mujizat, kita bertindak aktif dan agresif untuk meraih mujizat.

2. Menentukan waktunya sendiri.
Yesus punya jadwal untuk menjamah anak Yairus waktu itu, tapi tidak punya jadwal untuk menjamah perempuan itu. Jika perempuan itu hanya menanti dengan pasif, dia tidak akan pernah menerima mujizatnya. Yesus tidak mengenal dia, bahkan tidak mengenal dia, apalagi menetapkan jadwal untuk menjamah dia, sama sekali tidak ada.

Tapi perempuan itu berkata, “Kalau Yesus tidak ada jadwal untuk menjamah aku, aku yang akan menjamah Dia. Kalau Yesus tidak mengalirkan kuasa-Nya kepadaku, aku yang akan menarik kuasa ke luar dari pada-Nya!”

Dia menentukan waktunya sendiri kapan dia akan meraih mujizat. Inilah iman yang agresif! Kalau selama ini anda terus menunggu Yesus menjamah anda, dan anda tidak menerimanya; mengapa tidak anda yang menjamah Yesus? Hasilnya sama! Jangan hanya pasif menanti mujizat, lakukan sesuatu, bertindaklah, raihlah mujizatmu! Kalau anda menerima Firman, bertindaklah, lakukan sesuatu! Buat Firman menjadi keyakinan dalam dirimu, sehingga imanmu terus bertumbuh. Engkau yang menentukan kapan engkau akan meraih mujizatmu! Yesus berkata: “Imanmu yang menyelamatkanmu!

3. Menerobos segala hambatan.
Iman yang agresif tidak dapat dihentikan! Perempuan itu melihat semua peluang untuk dia bertemu Yesus sudah tertutup. Tidak mungkin minta didoakan oleh Yesus. Tapi iman yang agresif adalah iman yang menerobos segala hambatan, tidak kenal putus asa. Itu sebabnya peluang sekecil apa pun dapat menjadi landasan untuk dia bertindak dan meraih mujizat.

Sebelumnya orang hanya tahu, jika anda ingin disembuhkan, datanglah kepada Yesus, Dia akan tumpang tangan dan anda disembuhkan. Tapi perempuan ini tidak dibatasi oleh kebiasaan, dia menerobos segala hambatan, dia menerobos segala kelaziman yang ada.

Sebelumnya tidak ada yang tahu kalau kita bisa menjamah Yesus, tapi perempuan ini melakukannya, dan sekarang seluruh dunia tahu, hasilnya sama dengan dijamah Yesus! Kalau anda memiliki iman yang agresif, iman itu akan menginspirasi anda untuk melakukan sesuatu yang berbeda, mungkin yang belum pernah ada, tapi saat anda melakukannya, sesuatu terjadi.

Itulah iman konvensional versus iman agresif. Miliki iman yang agresif! Terobos segala hambatan, singkirkan segala penghalang! Raihlah mujizatmu! Dan tentukan kapan engkau akan meraihnya!

Baca juga: Yang Terjadi Dalam Hidup Kita Jika Kita Percaya.

One Reply to “Iman Konvensional Versus Iman Agresif”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*