Kejadian 3:6 Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminya pun memakannya.
Kita sudah belajar bahwa secara batiniah, rencana semula Allah adalah agar manusia memakan buah dari pohon hayat, dan dengan demikian menerima hayat Allah. Setelah roh manusia kenyang (penuh) dengan hayat, maka hayat ini akan meluas ke dalam jiwa untuk menjadi makanan jiwa dan mengenyangkan atau memenuhi jiwa. Jadi jiwa mendapatkan makanannya dari roh. Namun, karena manusia tidak segera makan buah dari pohon hayat, maka Iblis, dalam bentuk ular, masuk untuk membujuk manusia agar makan buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Prinsip ini masih berlaku sampai sekarang: jika manusia tidak hidup dari Allah sebagai hayat, maka manusia akan mencari dan bergantung pada pengetahuan. Di sinilah awal kejatuhan manusia!
Jika pada pagi hari kita tidak memberi makan roh dengan menikmati Tuhan sebagai hayat kita, maka roh kita akan kelaparan. Dan jika roh kelaparan, maka jiwa pun akan ikut kelaparan. Karena kelaparan, maka jiwa akan mencari makan sendiri. Di situlah Iblis masuk untuk membujuk kita agar mencari kenikmatan yang lain selain Kristus. Tiba-tiba ada yang mengajak kita untuk main-main, makan-makan, jalan-jalan, ngobrol-ngobrol, olah raga, nonton, baca, lihat medsos, youtube, dlsb. Dan entah mengapa, hari itu kita merasa segala tawaran dan ajakan itu baik untuk dinikmati dan sedap kelihatannya. Baik untuk dinikmati, berbicara tentang manfaat, dan sedap kelihatan, berbicara tentang rasa. Semua rasanya bermanfaat dan sedap untuk dinikmati. Kita seperti lapar dan haus akan hiburan dan kesenangan.
Hal itu tidak terjadi ketika roh kita sudah kenyang dan puas menikmati Tuhan di pagi hari. Orang yang sudah puas dengan Kristus, tidak akan tertarik lagi dengan kenikmatan yang lain. Orang yang rohnya sudah kenyang dan penuh dengan hayat, jiwanya pun akan kenyang dan puas dengan hayat, sehingga tidak akan mencari “pengetahuan tentang apa yang baik dan bermanfaat” untuk memuaskan jiwanya. Kita menyebutnya sebagai refreshing (penyegaran mental), atau healing (penyembuhan mental).
Doa: O Tuhan Yesus, Engkaulah realitas makanan dan minuman yang sejati. Hanya Engkaulah yang dapat mengenyangkan dan memuaskan kami ya Tuhan. Amin!