JIWA YANG RELA MENERIMA
DAN MENGGENAPI KEHENDAK ALLAH

Matius 16:23-24, “Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: “Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.” Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.”

Sebelum hayat jiwa diserahkan kepada maut, kita menjadi seperti Petrus, selalu menolak salib sebagai kehendak Allah yang harus digenapi. Jika hal baik terjadi kita bisa menerima itu sebagai kehendak Allah, namun jika hal buruk terjadi, kita tidak bisa menerimanya sebagai kehendak Allah bagi kita. Padahal Alkitab berkata bahwa hari malang maupun hari mujur dijadikan oleh Allah, agar jiwa kita tunduk pada kehendak Allah.

Pengkhotbah 7:14, “Pada hari mujur bergembiralah, tetapi pada hari malang ingatlah, bahwa hari malang ini pun dijadikan Allah seperti juga hari mujur, supaya manusia tidak dapat menemukan sesuatu mengenai masa depannya.”

Setelah hayat jiwa melewati maut, dan telah takluk sepenuhnya kepada roh, kita menjadi seperti Tuhan Yesus, yang rela menerima salib sebagai kehendak Allah yang harus digenapi dalam diri-Nya. Kini kita bisa melihat dan menerima bahwa semua keadaan dan peristiwa yang terjadi dalam hidup kita adalah kehendak Allah bagi kita. Kini dengan tulus kita percaya pada maksud baik Tuhan dalam setiap perkara. Kita puas terhadap kehendak Allah, rela menerima dan melakukan apapun yang Allah kehendaki sekalipun harus menderita. Kita tahu sekarang bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi kita yang mengasihi Dia, yaitu supaya kita menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya (Roma:8:28-29).

Kalau dulu kita melakukan kehendak Allah hanya secara luaran, kita bertindak sendiri menurut kehendak kita, atau melakukan kehendak Allah menurut opini sendiri; kini jiwa kita seia sekata dan sehati sepikir dengan Allah dalam segala hal. Jiwa tidak lagi memiliki opininya sendiri, tidak lagi memikirkan kesenangan sendiri, melainkan hanya memikirkan kehendak Allah dan takluk sepenuhnya kepada kehendak Allah.

Doa: O Tuhan Yesus, terima kasih karena salib telah tergarap secara dalam ke dalam jiwa kami, sehingga jiwa kami tidak lagi memiliki opininya sendiri, melainkan takluk sepenuhnya kepada kehendak Allah. Amin!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*