Keluarga Saya Diubahkan Total dan Mengalami Pemulihan

Dulu kehidupan keluarga kami sangat parah. Kami sering ribut dan menyakiti baik secara verbal mau pun fisik. Saya ingat malam itu, menjelang kelahiran putri kami, kami bertengkar hebat. Saya melarang Wahyu untuk ikut piknik kantornya, mengingat kandungan saya tinggal menghitung hari. Dia marah dan mendorong dengan kasarnya.

Keesokan harinya dia tetap pergi piknik dan saya berjuang sendiri melahirkan putri pertama kami. Selang setahun, menjelang ulang tahun putri kami yang pertama, kami benar-benar ada di ujung tanduk. Saya merasa tak tahan lagi, Wahyu pun begitu. Kami memutuskan untuk pisah dan mertua saya terkesan menyetujuinya. Wahyu telah membuat surat pernyataan pisah dan menyuruh saya untuk segera berkemas.

Waktu itu saya teringat Ci Suli (jemaat LCC), saya SMS-an menceritakan kondisi saya. Dia menyarankan saya untuk berdoa dengan bahasa roh meluap-luap dan memperkatakan impresi yang saya dapat. Saya melakukannya, tapi aneh, impresi yang saya dapat adalah Tuhan menyuruh saya bersyukur karena apa pun yang terjadi Dia selalu menyertai saya.

Ci Suli menelepon saya kembali dan berkata, “ya sudah, perkatakan saja dan lihat apa yang akan Tuhan lakukan.” Saya memaksa diriku untuk bersyukur walau diiringi deraian air mata. Selesai doa, tak lama kemudian Wahyu masuk, tersenyum dan berkata, “Memang benar mau pergi? Ya sudah, bereskan lagi pakaiannya ke dalam lemari.” Aku bingung, namun senang, “Yess, ga jadi!”

17 Oktober 2010 kami pergi ke gereja Ci Suli, Living Community Church (LCC). Akhir Nopember Om Sonny menyampaikan Firman Tuhan tentang rasa hormat dalam keluarga dan 19 Desember Om Sonny melakukan pemberkatan ulang, kami mengucapkan janji nikah kembali di hadapan Tuhan dan jemaat.

Sejak saat itu keluarga kami menjadi amat sangat harmonis. Kalau pun ribut, kami bisa menguasai emosi dan merespons dengan positif. Dulu jika ngobrol sering berakhir dengan keributan, tapi sekarang, perkataan sia-sia jauh dari mulut kami, yang ada adalah obrolan tentang Tuhan, kebaikan Tuhan dan hadirat Tuhan.

Wahyu berubah total, lebih baik dari yang saya harapkan. Sekarang kami benar-benar menikmati rumah tangga kami. Keluarga saya diubahkan total dan mengalami pemulihan. Syukurlah kami berada di tempat yang benar! Terima kasih Tuhan, terima kasih Ps. Sonny!
Wahyu dan Elie (Diceritakan oleh Elie)

Previously, our family’s life was very bad. We were often quarrelling and hurting each other both verbally or physically. I remember that night, before the birth of our daughter, we had a big fight. I forbade Wahyu to join his office picnic, considering the time of my pregnancy. He was angry and pushed me roughly.

The next day he’s still going to the picnic and I struggled by myself to give birth to our first daughter. Over a year, before the first birthday of our daughter, we were really in a desperate situation. I couldn’t take it anymore, and so was Wahyu. We decided to split and my mother-in-laws seemed to agree. Wahyu has made a statement letter to separate and told me to pack up immediately.

At that time I remembered Suli (LCC member), I texted her telling about my condition. He advised me to pray in tongues and declared the impressions that I got. I did it, but strangely, I got the impression that God told me to be grateful because whatever happened, He is always with me.

Suli called me again and said, “So be it, just declare it and see what God will do.” I forced myself to be grateful even if accompanied by tears. Not long after praying, Wahyu came in, smiled and said, “Do you really want to go? Well, return your clothes into the wardrobe.” I was confused, but happy,” Yes, I’m not leaving!”

On October 17, 2010 we went to Suli’s church, Living Community Church (LCC). At the end of November, Ps. Sonny conveyed the Word of God about respect in the family and on 19 December, Ps. Sonny performed a marriage blessing, we declared our marriage vows again in front of God and the church.

Since that time our family became very harmonious. If there was a quarrel, we can control our emotions and respond positively. In the past, our conversation often ended with a quarrel, but now, vain words are away from our mouth, and we are only talking about God, God’s goodness and presence of God.

Wahyu changed completely, better than I expected. Now, we really enjoyed our household. Thankfully we were in the right place! Thank God, thank you Ps. Sonny!
Wahyu and Elie (Shared by Elie)

Baca juga: Keluarga Saya Menjadi Satu Destiny dan Mengalami Realita Kristus.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*