
Allah menilik bumi itu dan sungguhlah rusak benar, sebab semua manusia menjalankan hidup yang rusak di bumi (Kejadian 6:12).
Ada beberapa prinsip yang bisa kita pelajari dari teks kita mengenai kerusakan bumi dan gereja (Kejadian 6:1-8):
1. Tuhan selalu menilik tempat yang Ia ciptakan (ayat 12).
Bumi dan gereja adalah tempat yang diciptakan Tuhan untuk mencapai tujuan-Nya. Itu sebabnya Ia selalu menilik tempat yang sudah diciptakan-Nya, apakah sesuai dengan tujuan atau sudah melenceng dari tujuan semula. Seperti Tuhan menilik bumi demikianlah Ia menilik gereja. Gereja tidak pernah luput dari pengawasan-Nya.
Inilah yang harus terus-menerus disadari dan dievaluasi oleh gereja: Mata Tuhan terus tertuju kepada gereja, Dia menilai keberadaan gereja, apakah masih ada dalam tujuan-Nya atau sudah mulai melenceng dari tujuan semula. Gereja tidak boleh dijalankan secara serampangan karena Tuhan terus menilai keberadaan gereja.
Saya pernah mendengar ada sebuah tempat kursus matematika yang mendapat lisensi dari Metode Kumon Jepang ditutup karena tidak menjalankan tempat kursus itu sebagaimana yang ditetapkan oleh Kumon Pusat. Masalahnya hanya sepele: Jam operasionalnya melebihi dari yang ditetapkan. Dengan demikian lisensinya dicabut, tempatnya pun tutup.
Seperti itulah gereja. Tuhan memberikan lisensi kepada para pemimpin untuk menjalankan gereja, tapi ada aturan-aturan yang Tuhan tetapkan. Bila gereja tidak dijalankan sebagaimana yang Tuhan tetapkan, lisensinya bisa dicabut. Tempatnya pun ditutup.
Saya juga pernah mendengar ada bengkel motor yang mendapat lisensi dari Honda dan tidak menjalankan bengkel itu sesuai dengan permintaan Honda, lisensinya dicabut tapi tempatnya tidak tutup. Karena mereka sudah punya modal besar dan pelanggan yang banyak, mereka tetap bisa menjalankan aktifitas perbengkelan, tetapi sudah tidak ada hubungannya dengan Honda.
Beberapa gereja seperti itu. Walaupun lisensinya sudah dicabut, tetapi karena mereka punya modal besar dan ‘pelanggan’ banyak, tempatnya tidak tutup. Mereka bisa tetap menjalankan semua aktifitas gerejani seperti sebelumnya, tetapi sudah tidak ada hubungannya dengan Tuhan.
2. Benar atau tidaknya bumi dan gereja ditentukan oleh kehidupan orang-orang yang tinggal di dalamnya (ayat 12).
Alkitab mengatakan, Tuhan melihat bumi sudah rusak, dikarenakan manusia yang hidup di dalamnya menjalankan kehidupan yang rusak. Jadi kebenaran atau kekudusan sebuah tempat ditentukan oleh kehidupan orang yang tinggal di dalamnya. Bumi menjadi benar dan kudus bila orang-orang yang tinggal di dalamnya hidup benar dan kudus. Sebuah rumah menjadi benar dan kudus bila orang-orang yang tinggal dalam rumah tersebut hidup benar dan kudus. Jadi yang perlu dikuduskan itu orangnya bukan rumahnya.
Gereja pun begitu. Apakah sebuah gereja benar atau tidak dilihat atau ditentukan oleh kehidupan mayoritas jemaatnya. Jika mayoritas jemaatnya hidup benar, tidak serampangan, maka gereja itu adalah gereja yang benar. Tapi jika mayoritas jemaatnya menjalankan kehidupan yang rusak, maka gereja itu adalah gereja yang rusak.
3. Kerusakan hidup manusia atau umat biasanya disebabkan karena adanya percampuran antara yang Ilahi dan manusiawi (ayat 2).
“maka anak-anak Allah melihat, bahwa anak-anak perempuan manusia itu cantik-cantik, lalu mereka mengambil isteri dari antara perempuan-perempuan itu, siapa saja yang disukai mereka.”
Lepas dari berbagai kontroversi penafsiran atas ayat ini, saya mencoba melihat ayat ini sebagaimana Alkitab menulis atau mengatakannya. Menurut saya, anak-anak Allah adalah orang-orang yang hidup dengan gaya hidup Ilahi dan anak-anak manusia yang dimaksud adalah orang-orang yang hidup dengan gaya hidup manusiawi.
Setelah terjadi percampuran antara yang Ilahi dan yang manusiawi, berbagai kemerosotan pun dimulai. Inilah yang membuat hidup manusia menjadi rusak. Gereja pun seperti itu. Bila di gereja terjadi percampuran antara yang Ilahi dan yang manusiawi, maka kemerosotan pun segera dimulai.
Pada waktu Daud memindahkan Tabut Allah dengan cara orang Filistin, hasilnya adalah kematian (II Sam. 6:1-23), tidak peduli berapa banyak ‘orang pilihan’ yang bertugas (ayat 1), dan tidak peduli seberapa kuat dan sungguh-sungguh mereka melakukannya (ayat 5). Kita tidak dapat menarik turun hadirat Tuhan dengan cara yang manusiawi atau duniawi. Tidak peduli seberapa serius dan seberapa hebat orang-orang yang bertugas, hasilnya adalah kematian!
4. Kerusakan hidup manusia atau umat biasanya juga disebabkan karena mereka melakukan apa yang mereka sukai, bukan apa yang Tuhan kehendaki (ayat 2).
Saat manusia lebih suka melakukan apa yang mereka sukai ketimbang apa yang Tuhan kehendaki, terbukalah ruang untuk terjadinya percampuran dan dimulailah kemerosotan dalam hidupnya. Gereja tidak boleh dijalankan sesukanya tanpa memperhatikan apa kehendak Tuhan bagi gereja-Nya. Gereja harus lebih suka melakukan kehendak Tuhan. Melakukan kehendak Tuhan harus menjadi makanan sehari-hari bagi gereja.
Kata Yesus kepada mereka: “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya (Yoh. 4:34).
5. Tuhan akan memusnahkan manusia dan umat yang sudah rusak itu, yang tidak dapat dipakai lagi untuk mencapai tujuan-Nya (ayat 6-7).
Bumi dan gereja yang sudah melenceng dari tujuan Tuhan sangat mengecewakan Tuhan. Itu sebabnya Tuhan akan ‘berperkara’ dengan orang-orang yang tinggal di dalamnya. Gereja tidak seharusnya mempertahankan pemimpin, pengerja, atau jemaat yang hidupnya rusak dan tidak mau berubah karena Tuhan akan menyerakkan dan memusnahkan mereka. Mereka adalah oknum yang membuat gereja menjadi rusak.
6. Selalu ada seseorang atau sekelompok orang yang mendapat anugerah Tuhan untuk melahirkan generasi yang baru (ayat 8).
Setiap kali Tuhan akan memusnahkan sebuah generasi yang rusak, ada seorang atau sekelompok orang yang akan menerima anugerah Tuhan untuk melahirkan generasi yang baru. Generasi yang hidup benar, generasi yang kudus, yang tidak akan tercemar oleh dunia ini. Generasi yang hidup hanya untuk menyelesaikan kehendak Bapa.
“Tetapi Nuh mendapat kasih karunia di mata TUHAN” (Kej. 6: 8).
TUHAN akan menyingkirkan manusia jauh-jauh, sehingga hampir seluruh negeri menjadi kosong. Dan jika di situ masih tinggal sepersepuluh dari mereka, mereka harus sekali lagi ditimpa kebinasaan, namun keadaannya akan seperti pohon beringin dan pohon jawi-jawi yang tunggulnya tinggal berdiri pada waktu ditebang. Dan dari tunggul itulah akan keluar tunas yang kudus!” (Yesaya 6:12-13).
Itulah prinsip-prinsip mengenai kerusakan bumi dan gereja.
Baca pula: Prinsip Tentang Roh Kain.