II Korintus 1:12 Inilah yang kami megahkan, yaitu bahwa suara hati kami memberi kesaksian kepada kami bahwa hidup kami di dunia ini, khususnya dalam hubungan kami dengan kamu, dikuasai oleh ketulusan dan kemurnian dari Allah bukan oleh hikmat duniawi, tetapi oleh kekuatan anugerah Allah.
Hati nurani Paulus bersaksi bagi dirinya bahwa hidupnya di dunia dikuasai oleh ketulusan dan kemurnian dari Allah bukan oleh hikmat manusia, melainkan oleh kasih karunia Allah. Sebenarnya hanya inilah yang dipersaksikan hati nurani. Yang diperjuangkan hati nurani adalah agar kita terus hidup oleh kasih karunia Allah, bukan oleh hikmat kepandaian manusia. Hikmat dan kepandaian manusia tidak berguna bagi kehendak Allah maupun bagi kehidupan rohani kita.
Pikiran manusia tidak saja tidak berguna dalam aspek persekutuan dengan Allah, dalam hubungan antara kita dengan benda-benda material pun, pikiran hanya menempati posisi sebagai pelengkap saja. Hidup kita di dunia harus sepenuhnya bersandar pada kasih karunia Allah. Ini berarti Allah yang bekerja sepenuhnya, manusia sama sekali tidak bekerja (Rm. 11:6). Hati nurani baru dapat bersaksi bahwa hidup kita di dunia dikuasai oleh ketulusan dan kemurnian dari Allah bila kita sudah sepenuhnya hidup oleh Allah, tidak berinisiatif sendiri, dan tidak dikendalikan oleh angan-angan pikiran kita.
Hati nurani bekerja bersama intuisi, ia hanya membenarkan prilaku kita yang taat kepada intuisi. Setiap perbuatan yang tidak menurut intuisi pasti ditentangnya, sekalipun itu baik menurut hikmat manusia. Pendek kata, selain yang diwahyukan intuisi, tidak ada yang dibenarkan hati nurani. Intuisi memimpin kita, sedang hati nurani mendesak kita menaati pimpinan intuisi, dengan memberikan tuduhan atau rasa bersalah jika kita ingin melanggar atau mengingkari intuisi. Dengan hidup menurut pimpinan intuisi maka kita akan hidup oleh kasih karunia Allah.