
Sahut Yakub kepadanya: “Engkau sendiri tahu, bagaimana aku bekerja padamu, dan bagaimana keadaan ternakmu dalam penjagaanku, sebab harta milikmu tidak begitu banyak sebelum aku datang, tetapi sekarang telah berkembang dengan sangat, dan TUHAN telah memberkati engkau sejak aku berada di sini; jadi, bilakah dapat aku bekerja untuk rumah tanggaku sendiri?” (Kejadian 30:29-30)
Yakub memulai ‘karirnya’ sebagai seorang pekerja di perusahaan Laban, yang kemudian menjadi mertuanya (Kejadian 30:25-30). Jadi Yakub bekerja pada mertuanya. Setelah belasan tahun bekerja di situ, ia meminta ijin untuk memulai ‘usahanya sendiri.’ Maka beranjaklah Yakub, dari pekerja menjadi pemilik.
Semua orang ingin mengalami kemajuan dan peningkatan dalam karirnya. Seorang pekerja memiliki angan-angan untuk sekali waktu bisa memiliki usahanya sendiri. Ia tidak mau seumur hidupnya hanya menjadi seorang pekerja.
Tapi bagaimana caranya meniti karir dari seorang pekerja menjadi seorang pemilik usaha? Mari kita belajar dari Yakub. Ada beberapa kualitas yang harus dimiliki untuk meningkat dari pekerja menjadi pemilik:
1. Bertanggung jawab (ayat 29).
Sahut Yakub kepadanya: “Engkau sendiri tahu, bagaimana aku bekerja padamu, dan bagaimana keadaan ternakmu dalam penjagaanku”
Setiap ternak yang dipercayakan kepada Yakub untuk dijagai selalu terpelihara sempurna. Ia mengerjakan semua pekerjaan yang dipercayakan kepadanya dengan penuh tanggung jawab dan hasilnya selalu memuaskan.
Ketika menjadi pekerja belajarlah bertanggung jawab terhadap semua pekerjaan yang dipercayakan kepada kita. Kerjakan dengan sebaik-baiknya, kerjakan sampai tuntas sehingga memuaskan hati dari atasan.
Jika tidak bekerja dengan penuh tanggung jawab, tipis harapannya untuk menjadi pemilik. Karena sebagai pemilik kita memiliki tanggung jawab yang jauh lebih besar lagi.
Jadi selama menjadi pekerja, itu adalah latihan untuk memikul tanggung jawab. Semakin kita bertanggung jawab semakin kita dipercayakan tanggung jawab yang lebih besar lagi.
Adalah baik bila kita dipercaya untuk memikul tanggung jawab yang semakin hari semakin besar (bukan hanya dipercaya untuk memegang kunci kantor). Karena semakin kita terlatih untuk memikul tanggung jawab yang besar semakin kita layak untuk menjadi pemilik.
“Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar” (Lukas 16:10).
Yesus berkata, jika kita tidak berhasil dalam mengerjakan hal-hal kecil (menjadi pekerja) maka kita tidak berhasil juga saat mengerjakan hal-hal besar (menjadi pemilik).
2. Tidak memilih-milih pekerjaan (ayat 26).
“…, sebab engkau tahu, betapa keras aku bekerja padamu.”
Selama menjadi pekerja Yakub bekerja dengan keras. Kata bekerja keras di situ berasal dari kata Ibrani Abodah, yang memiliki pengertian: pekerjaan apa pun.
Jadi di samping menyelesaikan pekerjaan utamanya, yaitu menggembalakan ternak Laban, Yakub mengerjakan pekerjaan apa saja yang bisa dia kerjakan di waktu luangnya. Ia tidak memilih-milih pekerjaan.
Banyak orang saat bekerja tidak mau mengerjakan pekerjaan lain selain pekerjaan yang menjadi tugasnya. Sekali pun pekerjaannya sudah selesai dan pekerjaan yang lain masih butuh banyak bantuan, mereka tetap tidak mau membantu, dengan alasan itu bukan tugas mereka.
Padahal jika dilihat dari sudut bekerja secara tim, sekalipun pekerjaan kita sudah selesai, tapi pekerjaan bagian lain belum selesai, artinya, secara tim pekerjaan itu belum selesai.
Dengan mentalitas seperti ini, Anda tidak bisa menjadi pemilik, karena pemilik selalu melihat bahwa yang menjadi pekerjaannya adalah seluruh bagian dalam perusahaan, bukan hanya satu bagian. Tidak memilih-milih pekerjaan membuat kita jadi memahami semua jenis pekerjaan dan itu diperlukan oleh seorang pemilik perusahaan.
3. Tidak hanya mencari dan mengejar upah (ayat 28 dan 31).
Saat Yakub minta ijin untuk pulang ke kampung halamannya dan memulai usahanya sendiri, Laban berkata: “Tentukanlah upahmu yang harus kubayar, maka aku akan memberikannya.” (ayat 28).
Bagi banyak orang ini adalah kesempatan emas untuk menyebutkan angka berapa saja, karena pasti diberikan. Tapi ternyata tidak bagi Yakub. Ia menjawab: “Tidak usah kauberikan apa-apa kepadaku; aku mau lagi menggembalakan kambing dombamu dan menjaganya, asal engkau mengizinkan hal ini kepadaku: ….”
Upah terakhir Yakub diterima dengan cara ia bekerja lagi pada Laban dan hasil pekerjaannya itu sharing profit (bagi keuntungan). Itu menunjukkan Yakub tidak semata-mata mencari dan mengejar upah.
Banyak orang bekerja hanya untuk mencari dan mengejar upah, padahal yang terpenting adalah mengejar ilmu. Selama menjadi pekerja, sebaiknya kita mencari dan mengumpulkan ilmu sebanyak-banyaknya. Ilmu itulah yang membuat kita bisa memiliki kualitas untuk menjadi pemilik.
Jika selama bekerja ilmu tidak bertambah, maka upah pun tidak akan meningkat secara signifikan. Karena pada akhirnya seseorang dihargai sesuai dengan kualitas yang ada padanya.
4. Mempunyai ‘rasa memiliki’ yang tinggi (ayat 29-30).
Sahut Yakub kepadanya: “Engkau sendiri tahu, bagaimana aku bekerja padamu, dan bagaimana keadaan ternakmu dalam penjagaanku,sebab harta milikmu tidak begitu banyak sebelum aku datang, tetapi sekarang telah berkembang dengan sangat, dan TUHAN telah memberkati engkau sejak aku berada di sini;….”
Yakub bekerja begitu rupa sampai usaha Laban mengalami perkembangan pesat, karena ia merasa memiliki perusahaan itu. Ia bekerja keras untuk memajukan usaha itu, seolah-olah itu adalah miliknya.
Awal Yakub datang harta milik Laban tidak begitu banyak, tapi setelah beberapa tahun Yakub bekerja di situ, sekarang telah sangat banyak. Ini bukan sekedar ke ‘GR’ an Yakub, tapi Laban pun mengakuinya.
Tetapi Laban berkata kepadanya: “Sekiranya aku mendapat kasihmu! Telah nyata kepadaku, bahwa TUHAN memberkati aku karena engkau” (ayat 27).
Singkat kata, Yakub menjadi pekerja tapi dengan mentalitas pemilik. Mentalitas inilah yang pada akhirnya membuat Yakub menjadi pemilik.
5. Bergerak pada waktu yang tepat.
Banyak orang dengan tergesa-gesa memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya dan memulai usahanya sendiri dan kemudian mereka gagal. Modalnya habis, usahanya tidak berkembang, tidak punya penghasilan untuk menghidupi keluarga, dan akhirnya … mereka kembali mencari pekerjaan, memulai dari titik nol lagi. Tragis!
Apakah penyebabnya? Sederhana: Mereka bergerak pada waktu yang tidak tepat. Mereka merasa sudah siap, padahal belum … dan hasilnya … gagal total ….
Lalu bilamanakah waktu yang tepat itu? Bagaimana kita tahu waktu yang tepat untuk kita bergerak? Ada dua patokan untuk menentukan kapan waktu yang tepat untuk bergerak:
a. Saat kita telah terbukti mampu berkontribusi nyata terhadap kemajuan perusahaan di mana kita bekerja.
Sahut Yakub kepadanya: “Engkau sendiri tahu, bagaimana aku bekerja padamu, dan bagaimana keadaan ternakmu dalam penjagaanku, sebab harta milikmu tidak begitu banyak sebelum aku datang, tetapi sekarang telah berkembang dengan sangat, dan TUHAN telah memberkati engkau sejak aku berada di sini; jadi, bilakah dapat aku bekerja untuk rumah tanggaku sendiri?” (ayat 29-30)
Yakub meminta ijin untuk memulai usahanya sendiri setelah ia berhasil membuktikan bahwa ia berkontribusi nyata terhadap kemajuan perusahaan Laban. Perusahaan itu berkembang dengan pesat karena keberadaan dan kontribusinya.
Ini bukan hanya perasaan Yakub saja, tapi juga pengakuan dari Laban, bossnya:
Tetapi Laban berkata kepadanya: “Sekiranya aku mendapat kasihmu! Telah nyata kepadaku, bahwa TUHAN memberkati aku karena engkau” (ayat 27).
Itulah tanda bahwa kita sudah siap memulai usaha kita sendiri: ada pengakuan dari atasan bahwa perusahaan itu maju karena kita. Ada kontribusi nyata yang kita berikan sehingga atasan melihat dan mengakuinya.
Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu?” (Lukas 16:12).
b. Saat kita menerima konfirmasi nyata dari Tuhan.
Setelah Rahel melahirkan Yusuf, berkatalah Yakub kepada Laban: “Izinkanlah aku pergi, supaya aku pulang ke tempat kelahiranku dan ke negeriku.” (ayat 25).
Yakub meminta ijin untuk pulang kampung dan memulai usahanya sendiri setelah Rahel melahirkan Yusuf. Yusuf artinya: Allah telah dan akan menambahkan. Jadi pada titik itu Tuhan telah menambahkan banyak hal dalam kehidupan Yakub dan merasa siap untuk memulai usahanya sendiri.
Yakub percaya saat ia memulai usahanya, Allah pun akan menambahkan segala sesuatu yang ia butuhkan untuk membuat usahanya berkembang.
Kelahiran Yusuf adalah konfirmasi nyata yang Yakub terima dari Tuhan, itu sebabnya ia memiliki keberanian dan keyakinan yang sangat kuat untuk bertindak, bukan sekedar kenekadan dan keinginan yang kuat.
Kedua hal ini bisa menjadi patokan yang kuat untuk kita bertindak. Jika kita sudah membuktikan berhasil “beruji coba” mengembangkan usaha dengan modal orang lain, maka kita siap mengembangkan usaha dengan modal kita sendiri.
Ditambah menerima konfirmasi yang nyata dari Tuhan, maka waktu yang tepat sudah tiba bagi kita. Konfirmasi dari Tuhan bisa kita terima dengan berbagai macam cara, salah satu cara termudah adalah melalui pemimpin kita.
Jika kelima kualitas yang harus dimiliki untuk meningkat dari pekerja menjadi pemilik ini sudah terpenuhi, bersiaplah! Karena Anda sudah siap berpindah posisi dari pekerja menjadi pemilik!
Baca juga: Serba Kebetulan yang Bukan Kebetulan.