MANUSIA ADALAH DAGING

Kejadian 6:3, “Berfirmanlah TUHAN: “Roh-Ku tidak akan selama-lamanya tinggal di dalam manusia, karena manusia itu adalah daging, ….

Ayat di atas menunjukkan bahwa walau pun Roh Allah ingin mempertahankan kedudukan-Nya dalam diri manusia, tapi akan sia-sia saja karena roh manusia telah dikuasai oleh jiwanya, dan jiwa telah dikendalikan oleh tubuhnya, sehingga manusia disebut daging, dan Roh Allah tidak bisa tinggal di dalam daging, tidak bisa bersatu dengan daging. Dalam Alkitab daging ditujukan kepada hayat dan sifat dari jiwa dan tubuh manusia yang belum dilahirkan kembali, dan lebih sering ditujukan kepada sifat dosa dalam tubuh itu (tubuh dosa).

Daging adalah sifat yang umum dimiliki oleh manusia yang telah jatuh mau pun binatang. Kini manusia telah sepenuhnya dikuasai oleh daging. Jiwa telah mengambil alih kekuasaan roh, segalanya telah menjadi bebas merdeka, dapat bertindak sesuka hati sendiri. Bahkan dalam masalah keagamaan dan kegairahan mencari Allah, semuanya adalah usaha jiwa manusia yang bersandar pada kekuatan dan ketentuan dirinya sendiri untuk mencari Allah dan perkenanan-Nya, namun tanpa wahyu Roh Kudus. Manusia bebas menentukan apa yang baik dan apa yang jahat menurut keinginannya sendiri. Manusia berprilaku menurut hayat jiwani dan sifat jasmani.

Pada mulanya Allah menghendaki roh menduduki tempat teratas untuk menguasai jiwa. Namun setelah manusia menjadi jiwani, rohnya tenggelam ke bawah dan menjadi pelayan jiwa. Setelah manusia menjadi daging, maka daging yang terendah bangkit menjadi raja. Manusia telah merosot dari “penguasaan roh” kepada “penguasaan jiwa” lalu merosot lagi kepada “penguasaan tubuh.” Akhirnya daginglah yang berkuasa, sehingga manusia dapat melakukan perbuatan-perbuatan yang cemar dan najis seperti binatang. Inilah sifat daging.

Seharusnya semua manusia berteriak: “Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?” (Roma 7:24). Dan Alkitab memberikan jawabannya: “oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.” (Roma 7:25).

Setelah dilahirkan kembali, jika kita tidak hidup dan berjalan menurut roh kelahiran kembali, maka kita tetap akan menjadi manusia jiwani dan karnal (daging). Itu sebabnya, orang yang telah dilahirkan kembali, namun tetap hidup dan berjalan menurut kendali jiwa dan tubuhnya, bukan menurut roh kelahiran kembalinya, kehidupannya akan sama saja dengan orang dunia yang belum dilahirkan kembali. Yang paling baik dari orang “Kristen jiwani yang rajin ibadah” adalah akan sama dengan orang beragama yang belum dilahirkan kembali, yang rajin ibadah. Karena itu, kita mutlak harus hidup dan berjalan menurut roh kelahiran kembali kita yang telah berbaur dengan Roh Kudus.

Doa: O Tuhan Yesus, tolong kami untuk berjalan menurut roh, sehingga kami tidak menjadi jiwani dan karnal. Amin!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*