MENGAKHIRI PENGEMBARAAN JIWA

Ibrani 4:12, “Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.

Ayat-ayat sebelumnya berbicara tentang Israel yang gagal memasuki perhentian di tanah Kanaan. Mereka melewati tiga tempat: (1) Mesir, yang darinya mereka dibebaskan; (2) padang gurun, tempat mereka mengembara; dan (3) Kanaan, yang ke dalamnya mereka masuk. Sejarah mereka dalam ketiga tempat ini melambangkan partisipasi kita dalam keselamatan sempurna Allah. Dalam tahap pertama, kita menerima Kristus, ditebus, dan dilepaskan dari dunia (Mesir). Dalam tahap kedua, kita menjadi pengembara-pengembara dalam mengikuti Tuhan; pengembaraan ini selalu terjadi di dalam jiwa kita. Dalam tahap ketiga, kita berbagian dan menikmati Kristus sepenuhnya; hal ini kita alami di dalam roh kita (Kanaan).

Ketika kita mengejar kenikmatan benda-benda materi dan kesenangan dosa, kita berada di dalam dunia, yang dilambangkan oleh Mesir. Ketika kita mengembara di dalam jiwa kita, kita berada di padang gurun. Ketika kita menikmati Kristus di dalam roh kita, kita berada di Kanaan. Ketika bangsa Israel mengembara di padang gurun, mereka selalu bersungut-sungut, bertengkar dan menyalahkan orang; hal ini pasti terjadi di dalam jiwa mereka, bukan di dalam roh mereka. Tetapi Kaleb dan Yosua percaya kepada firman Allah, taat kepada Tuhan, dan maju menuju sasaran; hal ini pasti tidak terjadi di dalam jiwa mereka, melainkan di dalam roh mereka.

Pada saat itu, orang Ibrani sedang kebingungan, karena ditarik kembali kepada agama mereka yang lama, yaitu agama Yahudi. Kebingungan di dalam pikiran mereka ini adalah suatu pengembaraan di dalam jiwa, pengalaman akan pohon pengetahuan, bukan suatu pengalaman akan Kristus di dalam roh mereka sebagai pohon hayat. Karena itu, penulis surat ini mengatakan bahwa firman Allah, dapat menusuk ke dalam kebingungan mereka seperti sebuah pedang tajam bermata dua, dan memisahkan jiwa dari roh mereka. Sama seperti sumsum itu tersembunyi di dalam sendi-sendi, begitu juga roh tersembunyi di dalam jiwa. Pemisahan sumsum dari sendi-sendi terutama memerlukan peremukan sendi-sendi. Dalam prinsip yang sama, pemisahan roh dari jiwa memerlukan peremukan jiwa.

Surat ini menasihati orang Ibrani dan juga menasehati kita semua agar jangan terus tinggal di dalam pengembaraan jiwa, jiwa harus disangkali. Kita harus terus maju ke dalam roh untuk berbagian dan menikmati Kristus yang surgawi sebagai pohon hayat. Jika terus mengembara dalam jiwa, kita akan menyimpang dari sasaran Allah, dan kehilangan kenikmatan akan Kristus dan perhentian-Nya

Doa: Tuhan Yesus, kami ingin mengakhiri pengembaraan dalam jiwa kami dan maju terus ke dalam roh untuk menikmati Kristus sebagai pohon hayat dan perhentian kami. Amin!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*