Dalam Perjalanan hidupnya, Abram sampai pada sebuah titik yang bernama lembah Syawe, yaitu Lembah Raja, di mana dua raja ada di hadapannya dan ingin memerintah kehidupannya (Kejadian 14:17-15:1). Di titik inilah Abram harus mengambil keputusan penting dalam hidupnya, yaitu: Mengikuti Raja Sodom atau Raja Salem; Menyerahkan hidup ke dalam tangan Raja Sodom atau Raja Salem; Mengabdi kepada Raja Sodom atau Raja Salem; Menerima tawaran dari Raja Sodom atau pewahyuan dari Raja Salem. Menerima kekayaan dari Raja Sodom atau berkat dari Raja Salem.
Dalam hal ini Abram memutuskan yang benar, yaitu menerima pewahyuan dan berkat dari Raja Salem dan menolak tawaran kekayaan dari Raja Sodom.
Tetapi kata Abram kepada raja negeri Sodom itu: “Aku bersumpah demi TUHAN, Allah Yang Mahatinggi, Pencipta langit dan bumi: Aku tidak akan mengambil apa-apa dari kepunyaanmu itu, sepotong benang atau tali kasut pun tidak, supaya engkau jangan dapat berkata: Aku telah membuat Abram menjadi kaya (ayat 22-23).
Abram telah menerima pewahyuan dari Raja Salem, bahwa:
- TUHAN, Allah Yang Mahatinggi, Pencipta langit dan bumi, Dialah yang telah memberikan kekuatan kepada Abram untuk mengalahkan musuh-musuhnya, sehingga Abram hidup berkemenangan.
- TUHAN, Allah Yang Mahatinggi, Pencipta langit dan bumi, Dialah yang telah memberkati Abram sehingga Abram menjadi kaya
Pewahyuan dari Raja Salem itulah yang membuat Abram bisa menolak tawaran dan tipuan dari Raja Sodom. Bahkan sepotong benang pun Abram tidak mau mengambilnya dari Raja Sodom. Abram tidak mau kekayaannya berasal dari Raja Sodom, dan ia tidak mau ada celah di mana Raja Sodom atau orang lain bisa mengatakan bahwa Abram kaya karena Raja Sodom. Abram mau semua orang tahu, bahwa “berkat Tuhanlah yang menjadikan ia kaya” (Amsal 10:22).
Abram tahu, jika ia menerima tawaran dari Raja Sodom, maka ia harus mengabdikan hidupnya kepada Raja Sodom dan hidup di bawah pemerintahannya. Tetapi jika ia menerima pewahyuan dan berkat dari Raja Salem, maka ia harus mengabdikan hidupnya bagi Raja Salem dan hidup di bawah pemerintahan Raja Salem.
Kita pun akan mengalami seperti Abram. Suatu saat, kita akan sampai di lembah Raja, di mana kita harus memutuskan pilihan kita: Mau mengikuti Raja Sodom atau Raja Salem; Mau hidup di bawah pemerintahan Raja Sodom atau Raja Salem. Biarlah kita mengambil keputusan yang tepat seperti Abram.
Banyak orang tidak kuat menghadapi godaan untuk cepat menjadi kaya dari Raja Sodom, sehingga pada akhirnya, mereka memutuskan untuk menyerahkan dirinya kepada Raja Sodom dan hidup di bawah pemerintahannya.
Coba renungkan sekali lagi dan jangan sampai salah dalam mengambil keputusan:
- Raja Sodom menggambarkan dunia dengan segala keinginan dan hawa nafsunya; Sementara Raja Salem menggambarkan Yesus, karena Raja Salem artinya Raja Damai.
- Raja Sodom juga menggambarkan “seorang” utusan dunia yang memanifestasikan dunia yang bertugas membawa orang-orang untuk mengasihi dunia dan mengabdi kepada kerajaan dunia ini; Sementara Raja Salem juga menggambarkan “seorang” utusan Kristus yang memanifestasikan Kristus yang bertugas membawa orang-orang untuk mengasihi Kristus dan mengabdi kepada Kerajaan Sorga.
- Raja Sodom selalu datang dengan ‘iming-iming’ atau tawaran untuk cepat menjadi kaya; Sementara Raja Salem selalu datang dengan pewahyuan Firman yang jika kita hidupi akan membuat hidup kita menjadi kuat dan berkemenangan, serta dipenuhi dengan berkat dan damai sejahtera.
- Menerima tawaran Raja Sodom ‘mungkin’ akan membuat kita menjadi ‘orang kaya’ tapi akan berakhir dengan pembakaran, karena Sodom artinya pembakaran atau dibakar (Sodom selalu berakhir dengan pembakaran, ingat Sodom dan Gomora); Sementara menerima pewahyuan Raja Salem ‘pasti’ membuat kira menjadi ‘orang yang diberkati’ serta berakhir dengan kemuliaan, sama seperti Yesus dimuliakan.
Yesus berkata:
Barangsiapa menang, ia akan Kududukkan bersama-sama dengan Aku di atas takhta-Ku, sebagaimana Aku pun telah menang dan duduk bersama-sama dengan Bapa-Ku di atas takhta-Nya (Wahyu 3:1).
Baca juga: Berdoa Sebagai Seorang Sahabat.