Kalau kita membaca kisah para pejuang iman, kita mendapati mereka memiliki karakteristik yang sama, yaitu mereka memiliki naluri, naluri pejuang iman.
“Dan apakah lagi yang harus aku sebut? Sebab aku akan kekurangan waktu, apabila aku hendak menceriterakan tentang Gideon, Barak, Simson, Yefta, Daud dan Samuel dan para nabi, yang karena iman telah menaklukkan kerajaan-kerajaan, mengamalkan kebenaran, memperoleh apa yang dijanjikan, menutup mulut singa-singa” (Ibrani 11:32-33).
1. Naluri untuk menaklukkan musuh.
Iman diberikan bukan supaya kita bisa memiliki rumah, mobil, dsb. Iman diberikan Tuhan untuk kita bisa menaklukkan musuh. Tuhan memberikan iman kepada Gideon untuk menaklukkan Midian.
Tuhan memberikan iman kepada Simson untuk menaklukkan Filistin. Tuhan memberikan iman kepada Yefta untuk menaklukkan Amon. Tuhan memberikan iman kepada Daud untuk menaklukkan Goliat. Itu sebabnya ciri dari orang beriman adalah: naluri untuk menaklukkan.
Saat Goliat mengintimidasi Israel, Saul dan seluruh pasukannya ketakutan, karena tidak percaya kepada Allah. Tapi saat Daud mendengar intimidasi dari Goliat, sesuatu dalam dirinya bangkit, apakah itu? Naluri untuk menaklukkan! Dia maju dan menaklukkan Goliat.
Pejuang iman tidak akan membiarkan musuh melakukan apa saja di hadapannya. Setiap melihat musuh, naluri untuk menaklukkan bangkit dalam dirinya. Dia berperang dan benar-benar menaklukkan musuh. Itu sebabnya Pejuang Iman akan menjadi orang-orang yang tak terkalahkan.
2. Naluri untuk mengamalkan kebenaran.
Iman diberikan agar kita bisa mengamalkan setiap kebenaran yang kita terima. Itu sebabnya para pejuang iman tidak akan membiarkan kebenaran yang mereka terima berlalu begitu saja, tetapi akan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga kebenaran akan menjadi jalan kehidupannya.
“Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati” (Yakobus 2:17).
“Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu” (Mat. 7:24-25).
3. Naluri untuk meraih apa yang dijanjikan.
Para pejuang iman hidup berdasarkan janji Tuhan. Mereka tidak menggantungkan hidup mereka pada pekerjaan atau pelayanan mereka, tetapi pada janji Tuhan. Mereka tidak akan membiarkan janji Tuhan gugur, tetapi akan terus berjuang dalam roh untuk meraih penggenapan janji. Pejuang Iman tidak akan puas sampai janji menjadi kenyataan dalam hidup mereka.
“Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan: “Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu. Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup.Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah, dengan penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan” (Roma 4:18-21).
Bagi seorang pejuang iman membiarkan janji Tuhan gugur adalah dosa,
“Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau” (Mazmur 119:11).
4. Naluri untuk mematahkan belenggu intimidasi
“Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya” (I Petrus 5:8).
Pekerjaan si iblis adalah mengintimidasi orang percaya agar mereka menjadi takut dan kecil lalu siap untuk ditelannya.
“Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu” (Amsal 24:10).
Para pejuang iman telah menutup mulut singa-singa, artinya mereka memiliki kemampuan untuk mematahkan setiap belenggu intimidasi dari iblis.
Selama 40 hari Saul dan pasukannya mendengar intimidasi dari Goliat. Dari hari ke hari mereka semakin kecil kekuataannya dan sudah siap ditelan oleh musuh. Tetapi Daud, sang pejuang iman datang. Saat mendengar intimidasi dari musuh, dia tidak diam saja, dia segera bereaksi. Dan saat dia maju menghadapi Goliat, coba lihat bagaimana dia menutup mulut Goliat:
Pula orang Filistin itu berkata kepada Daud: “Hadapilah aku, maka aku akan memberikan dagingmu kepada burung-burung di udara dan kepada binatang-binatang di padang”
Tetapi Daud berkata kepada orang Filistin itu: “Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama TUHAN semesta alam, Allah segala barisan Israel yang kautantang itu. Hari ini juga TUHAN akan menyerahkan engkau ke dalam tanganku dan aku akan mengalahkan engkau dan memenggal kepalamu dari tubuhmu; hari ini juga aku akan memberikan mayatmu dan mayat tentara orang Filistin kepada burung-burung di udara dan kepada binatang-binatang liar, supaya seluruh bumi tahu, bahwa Israel mempunyai Allah, dan supaya segenap jemaah ini tahu, bahwa TUHAN menyelamatkan bukan dengan pedang dan bukan dengan lembing. Sebab di tangan TUHANlah pertempuran dan Ia pun menyerahkan kamu ke dalam tangan kami” (I Samuel 17:44-47).
Daud mematahkan belenggu intimidasi dari Goliat dengan kebenaran Firman yang sudah hidup dalam dirinya (sudah diamalkan). Dan pada akhirnya dia benar-benar memenggal leher Goliat dan menaklukkannya.
Pejuang Iman hidup bebas dari intimidasi karena mereka memiliki naluri pejuang iman dan kemampuan untuk mematahkan setiap belenggu intimidasi dari iblis.
Baca pula: Cara Percaya Yesus.