“Salmon memperanakkan Boas dari Rahab, Boas memperanakkan Obed dari Rut, Obed memperanakkan Isai,” (Matius 1:5)
Ibu Boas adalah Rahab, seorang perempuan sundal yang berasal dari Kanaan. Sedang istrinya adalah Rut, sudah berstatus janda. Rut berasal dari bangsa Moab, bangsa yang ditolak Tuhan. Kedua perempuan ini bukan orang Yahudi, juga berasal dari kelas rendah, tetapi mereka melahirkan orang-orang benar yang diperkenan Allah.
Ini menunjukkan bahwa anak yang baik, tidak selalu berasal dari orang tua yang baik. Dan sebaliknya anak yang tidak baik, tidak selalu berasal dari orang tua yang tidak baik. Orang tua yang baik bisa saja melahirkan anak yang tidak baik, dan orang tua yang tidak baik, bisa saja melahirkan anak-anak yang baik.
Saya sering mendengar orang kristen, bahkan hamba Tuhan, mengatakan bahwa kalau anaknya tidak benar, PASTI orang tuanya juga tidak benar! Itu adalah pernyataan yang gegabah dan tidak berdasarkan Alkitab.
“Setelah Samuel menjadi tua, diangkatnyalah anak-anaknya laki-laki menjadi hakim atas orang Israel. Nama anaknya yang sulung ialah Yoël, dan nama anaknya yang kedua ialah Abia; keduanya menjadi hakim di Bersyeba. Tetapi anak-anaknya itu tidak hidup seperti ayahnya; mereka mengejar laba, menerima suap dan memutarbalikkan keadilan.” (1 Samuel 8:1-3)
Saya rasa tidak ada seorang pun yang dapat mengatakan bahwa Samuel adalah orang yang hidupnya tidak benar. Jelas ia hidup benar dan diperkenan oleh Allah. Tapi Alkitab berkata bahwa anak-anaknya tidak hidup seperti ayahnya. Apakah itu berarti Samuel tidak mendidik anak-anaknya dengan benar? Saya tidak yakin jika seorang nabi seperti Samuel, tidak mendidik anak-anaknya dengan benar.
Yang terbaik adalah jangan pernah mengatakan sesuatu yang kita tidak tahu kebenarannya dengan pasti. Dan jangan menyama-ratakan semua orang atau semua peristiwa. Jangan hanya karena kita pernah melihat satu peristiwa atau bahkan beberapa peristiwa di mana ada seorang anak yang tidak baik, yang bapanya juga tidak baik, lalu kita menyama-ratakan semuanya. Itu tidak bijaksana, karena pengalaman masing-masing orang berbeda dan unik.