Prinsip atau Batasan yang Bisa Kita Pakai Dalam Mencari Pasangan Hidup yang Tepat

Prinsip atau Batasan yang Bisa Kita Pakai Dalam Mencari Pasangan Hidup yang Tepat
Prinsip atau Batasan yang Bisa Kita Pakai Dalam Mencari Pasangan Hidup yang Tepat

Abraham sudah lanjut usia, tapi anaknya, Ishak, belum juga menikah. Sepertinya Ishak telah ‘menyerahkan’ urusan jodoh ini kepada bapanya. Ia mau mendapatkan isteri yang sesuai dengan kriteria atau keinginan bapanya (Kejadian 24).

Abraham sudah lanjut usia, tapi anaknya, Ishak, belum juga menikah. Sepertinya Ishak telah ‘menyerahkan’ urusan jodoh ini kepada bapanya. Ia mau mendapatkan isteri yang sesuai dengan kriteria atau keinginan bapanya (Kejadian 24).

Lalu Abraham mendelegasikan tugas ini kepada Eliezer, bujangnya, dengan memberikan batasan dan kriteria wanita yang ia inginkan untuk menjadi isteri anaknya. Dan Eliezer pun memulai perjalanan mencari pasangan hidup untuk Ishak. Ini adalah sebuah perjalanan.

Di zaman modern ini rata-rata anak muda ingin mencari pasangannya sendiri. Tapi kenyataan membuktikan, banyak yang salah dalam memilih pasangan hidup. Setelah menikah dan terjadi konflik, baru merasa menyesal. Terlambat!

Kesalahan memilih pasangan hidup ini mungkin disebabkan karena mereka tidak bisa berpikir panjang, padahal pernikahan adalah untuk jangka panjang, bahkan seumur hidup.

Bagi anak muda, yang penting mereka merasa suka atau cinta, jantung berdebar, lalu jatuh cinta pada pandangan pertama. Setelah itu mereka kalap dan segera ambil keputusan untuk membangun hubungan pernikahan.

Mereka lupa bahwa untuk membangun bahtera rumah tangga yang kuat tidak cukup hanya dengan sekali pandang, lalu menutup mata untuk pandangan selanjutnya, sejelek apa pun itu.

Masalahnya, setelah pesta pernikahan selesai dan masa bulan madu pun usai, mata mereka terbuka kembali. Amazing, dulu cintanya buta, tapi sekarang melihat. Melihat dengan sangat jelas bahkan kadang-kadang berlebihan akan kekurangan dari pasangan mereka. Pernikahan pun segera menjadi ‘neraka di bumi,’ Jauh dari kata bahagia.

Itu sebabnya cara mencari pasangan hidup ‘ala Ishak,’ yang menyerahkan pilihan kepada bapanya, masih layak untuk dipertimbangkan. Atau kalau pun tidak, prinsip dan batasannya bisa kita pakai sebagai patokan untuk mencari pasangan hidup secara tepat.

Dari kisah ini, kita belajar bahwa mencari pasangan hidup adalah sebuah perjalanan, bahkan perjalanan panjang. Ini adalah sebuah proses kehidupan yang panjang. Tepat atau tidaknya pasangan yang akan mendampingi kita sangat ditentukan oleh tepat atau tidaknya perjalanan hidup yang kita jalani. Dalam perjalanan yang tepat kita bisa menemukan pasangan yang tepat pula.

Selebihnya, inilah prinsip atau batasan yang bisa kita pakai dalam mencari pasangan hidup yang tepat:

1. Mintalah tuntunan dan penyertaan Tuhan dalam perjalanan ini (ayat 7, 12)

Dalam perjalanan ini, Abraham memiliki sebuah keyakinan: ayat 7

“TUHAN, Allah yang empunya langit, yang telah memanggil aku …, dan yang telah berfirman kepadaku, …  — Dialah juga akan mengutus malaikat-Nya berjalan di depanmu, sehingga engkau dapat mengambil seorang isteri dari sana untuk anakku.”

Eliezer pun berdoa: ayat 12

“TUHAN, Allah tuanku Abraham, buatlah kiranya tercapai tujuanku pada hari ini, tunjukkanlah kasih setia-Mu kepada tuanku Abraham….”

Penting sekali untuk selalu meminta tuntunan dan penyertaan Tuhan dalam perjalanan hidup kita, sehingga bisa menemukan pasangan yang tepat untuk melanjutkan perjalanan sampai pada akhirnya.

2. Carilah pasangan yang memiliki DNA rohani yang sama (ayat 3-4)

Abraham memberikan batasan untuk jodoh anaknya:

“…, engkau tidak akan mengambil untuk anakku seorang isteri dari antara perempuan Kanaan yang di antaranya aku diam. Tetapi engkau harus pergi ke negeriku dan kepada sanak saudaraku untuk mengambil seorang isteri bagi Ishak, anakku.”

Abraham menyuruh Eliezer untuk mengambil seorang isteri bagi Ishak dari antara sanak saudaranya. Apa maksudnya? Artinya Abraham memberikan batasan bahwa pasangan hidup haruslah orang yang memiliki DNA yang sama.

Sebetulnya batasan atau kriteria ini sudah ditetapkan oleh Tuhan sejak semula:

“TUHAN Allah berfirman: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.” Lalu TUHAN Allah membentuk dari tanah segala binatang hutan dan segala burung di udara. Dibawa-Nyalah semuanya kepada manusia itu untuk melihat, bagaimana ia menamainya; dan seperti nama yang diberikan manusia itu kepada tiap-tiap makhluk yang hidup, demikianlah nanti nama makhluk itu. Manusia itu memberi nama kepada segala ternak, kepada burung-burung di udara dan kepada segala binatang hutan, tetapi baginya sendiri ia tidak menjumpai penolong yang sepadan dengan dia. Lalu TUHAN Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, TUHAN Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging. Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu. Lalu berkatalah manusia itu: “Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki.” Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.” (Kejadian 2:18-24)

Tuhan melihat bahwa tidak baik kalau Adam seorang diri saja, maka Dia ingin menjadikan penolong yang sepadan baginya. Tuhan membentuk dari tanah (sama seperti manusia) segala binatang hutan dan burung di udara, lalu Tuhan membawa semua itu kepada Adam untuk melihat responnya. Adam memberi nama kepada semua binatang itu tapi tidak satu pun dari padanya yang cocok untuk menjadi penolong yang sepadan baginya.

Akhirnya Tuhan membuat Adam tidur nyenyak, mengambil salah satu rusuknya, dan menciptakan perempuan dari rusuk itu. Lalu Tuhan membawa perempuan yang diciptakannya itu kepada Adam untuk melihat responnya.

Setelah melihat Perempuan itu Adam segera berkata: “Inilah dia tulang dari tulangku, dan daging dari dagingku!” Respon yang sangat berbeda dibandingkan saat ia melihat binatang-binatang yang dibawa Tuhan ke hadapannya.

Binatang liar dan binatang di udara bukanlah jodoh yang tepat bagi Adam, mengapa? Karena tidak memiliki DNA yang sama, walaupun sama-sama diciptakan dari tanah. Itu sebabnya Tuhan mengambil rusuk dari dalam tubuh Adam sendiri dan menciptakan Hawa dari situ.

Adam langsung bisa mengenalinya sebagai isterinya, karena berasal dari dirinya sendiri, atau memiliki DNA yang sama. Dan karena memiliki DNA yang sama, mereka bisa menjadi satu daging atau satu tubuh.

Ini berbicara secara rohani. Jika kita tidak memiliki DNA yang sama dengan pasangan kita, maka kita tidak pernah bisa menjadi satu tubuh, sekeras apa pun usaha yang kita lakukan. Sebab itu pastikan jodoh yang anda temukan adalah tulang rusukmu sendiri, artinya memiliki DNA yang sama dengan anda.

Perjanjian baru mengatakannya:

“Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?” (2 Korintus 6:14)

Memiliki DNA rohani yang sama artinya pasangan kita itu harus seiman dan seimbang. Memiliki pewahyuan Firman yang sama dan dasar keyakinan yang sama.

Jika apa yang kita pikirkan dan percayai sama, maka kesatuan akan lebih mudah terjadi. Jika kita memiliki kepala dan hati yang sama, maka berarti kita adalah satu tubuh.

3. Carilah orang yang berkarakter baik, bukan berwajah cantik

Dalam pencariannya, Eliezer berdoa:

“TUHAN, Allah tuanku Abraham, buatlah kiranya tercapai tujuanku pada hari ini, …. Di sini aku berdiri di dekat mata air, …. Kiranya terjadilah begini: anak gadis, kepada siapa aku berkata: Tolong miringkan buyungmu itu, supaya aku minum, dan yang menjawab: Minumlah, dan unta-untamu juga akan kuberi minum — dialah kiranya yang Kautentukan bagi hamba-Mu, Ishak; ….”

Eliezer berdoa agar perempuan yang ditentukan Tuhan bagi Ishak adalah dia yang ketika diminta minum akan memberikan minum, bukan hanya baginya, tapi juga bagi unta-untanya.

Ini adalah karakter rajin dan murah hati. Eliezer tidak berdoa agar Tuhan memberikan perempuan yang berwajah cantik, tapi perempuan yang berkarakter baik.

Wajah atau penampilan bukanlah hal penting untuk menjadi pasangan hidup. Karena secantik apa pun dia, bila sudah tua akan keriput juga. Orang bilang: masih ada bekas-bekas kecantikannya. Tapi itu berarti kecantikannya sudah habis, tinggal bekasnya.

Amsal 31:30 mengatakan:

“Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi isteri yang takut akan TUHAN dipuji-puji.”

Dalam Amsal 31:10-31 tersirat beberapa karakter yang dibutuhkan dari seorang isteri, di antaranya rajin dan murah hati, tapi yang terutama adalah: takut akan Tuhan (Silakan baca sendiri).

4. Carilah orang yang mau diajak menikah.

Kata mereka: “Baiklah kita panggil anak gadis itu dan menanyakan kepadanya sendiri.” Lalu mereka memanggil Ribka dan berkata kepadanya: “Maukah engkau pergi beserta orang ini?” Jawabnya: “Mau.” (Kejadian 24:57-58).

Ribka mau dibawa oleh Eliezer untuk dinikahkan dengan Ishak. Artinya tidak ada paksaan. Dalam pernikahan tidak boleh ada unsur paksaan. Anak yang dinikahkan harus mau dan rela, Restu dari orangtua pun harus diberikan dengan sukarela dan sukacita.

“Menjelang senja Ishak sedang keluar untuk berjalan-jalan di padang. Ia melayangkan pandangnya, maka dilihatnyalah ada unta-unta datang. Ribka juga melayangkan pandangnya dan ketika dilihatnya Ishak, turunlah ia dari untanya.… Kemudian hamba itu menceritakan kepada Ishak segala yang dilakukannya. Lalu Ishak membawa Ribka ke dalam kemah Sara, ibunya, dan mengambil dia menjadi isterinya. Ishak mencintainya dan demikian ia dihiburkan setelah ibunya meninggal” (Kejadian 24:63-67).

Setelah bertemu dengan Ishak, dan Eliezer menceritakan perjalanannya mencari pasangan hidup untuk Ishak, maka Ishak mengambil Ribka menjadi isterinya. Selanjutnya Alkitab mencatat … Ishak mencintainya.

Perhatikan, Ishak tidak memulai dengan cinta pada pandangan pertama. Ia melihat tangan Tuhan dalam perjalanannya mencari pasangan hidup, sampai Ribka dibawa Tuhan  kepadanya. Setelah ia menikahi Ribka baru ada catatan … Ishak mencintainya.

Jadi Ishak percaya pada tuntunan Tuhan dalam mencari pasangan hidup dan ia juga percaya kepada bapanya, itu sebabnya ia percaya bahwa Ribka adalah jodoh yang diberikan Tuhan untuknya. Setelah melalui seleksi dari Tuhan dan bapanya, baru ia mencintainya.

Itulah prinsip atau batasan yang bisa kita pakai dalam mencari pasangan hidup yang tepat.

Jika kita menjalani hidup secara tepat, seperti yang Tuhan Firmankan, maka dalam perjalanan itu kita bisa menemukan pasangan yang tepat pula, seperti yang Tuhan Firmankan.

Baca juga: Kehidupan Harus Terus Berjalan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*