Prinsip Kebenaran Tentang Nafsu

Prinsip Kebenaran Tentang Nafsu
Prinsip Kebenaran Tentang Nafsu

Dalam Kejadian 34 kita melihat dengan jelas bagaimana nafsu bekerja dan apa dampaknya. Karena nafsu, semua laki-laki dalam satu kota mati pada satu hari yang sama. Itu sebabnya mari kita pelajari lebih dalam tentang nafsu dari Alkitab, supaya kita tidak terjerembab di dalamnya.

Ada beberapa prinsip yang bisa kita pelajari dari prinsip kebenaran tentang nafsu dalam perikop ini, yaitu:

1. Nafsu hanya akan melahirkan nafsu.

Nafsu tidak akan melahirkan sesuatu yang baik. Nafsu hanya akan melahirkan nafsu yang lain. Itu sebabnya jangan pernah memulai sesuatu atau membangun sesuatu dengan nafsu, karena pasti akan berakhir tragis.

Kisahnya dimulai dari bangkitnya nafsu berahi/seks dari seorang bernama Sikhem, anak Hemor, raja negeri Sikhem, saat melihat Dina, anak perempuan Yakub. Mungkin karena ia adalah anak raja yang merasa memiliki kuasa untuk melampiaskan nafsunya, maka ia segera mengeksekusi nafsu berahinya itu dengan memperkosa Dina (ayat 2).

“Ketika itu terlihatlah ia oleh Sikhem, anak Hemor, orang Hewi, raja negeri itu, lalu Dina itu dilarikannya dan diperkosanya.”

Setelah memperkosa Dina, ia jatuh cinta dengan Dina dan ingin menjadikan dia sebagai isterinya. Jadi Sikhem memulai kisah percintaannya dengan nafsu dan ingin membangun sebuah keluarga dari situ.

Berapa banyak orang yang memulai kisah percintaan atau membangun keluarganya dengan nafsu? Tidak heran kehidupan keluarganya berakhir tragis, jauh dari kata bahagia.

Setelah saudara-saudara Dina mengetahui bahwa adiknya telah diperkosa, mereka menjadi sakit hati, lalu mulailah muncul nafsu untuk membalas dendam (ayat 7). Jadi nafsu berahi dari pihak Sikhem memunculkan nafsu balas dendam dari pihak keluarga Dina.

Lalu dari kedua nafsu ini, muncul pula nafsu yang lainnya di kedua belah pihak, yaitu nafsu memiliki harta orang lain (ayat 23 dan ayat 25-29). Jadi nafsu dibalas nafsu.

Minimal ada tiga jenis nafsu yang paling membahayakan dan perlu diwaspadai, yaitu;

  • Nafsu seks/berahi
  • Nafsu balas dendam/amarah/membunuh
  • Nafsu memiliki harta dengan cepat (ingin cepat kaya)

Ketiga jenis nafsu inilah yang paling sering muncul dan merusak kehidupan umat manusia, termasuk orang Kristen. Kita harus mewaspadai ketiganya. Jangan sampai ketiga jenis nafsu ini muncul dan menguasai hidup kita.

Jika nafsu dibalas dengan nafsu, jika nafsu melahirkan nafsu, maka gelombangnya akan menjadi semakin besar dan membahayakan. Dalam perikop ini, hasil akhirnya adalah seluruh laki-laki dalam kota Sikhem mati terbunuh. Padahal awalnya hanya dimulai oleh nafsu seorang laki-laki di kota itu. Tragis!

2. Nafsu seringkali memunculkan ide-ide brilian, tapi jangan pernah tertipu olehnya.

Sikhem memiliki nafsu berahi terhadap Dina, lalu muncul ide brilian untuk berhubungan seks dengannya terlebih dahulu, baru menyatakan cinta dan melamarnya. Karena sudah ternoda, kemungkinan besar Dina dan keluarganya menerima lamarannya.

Dari pada malu ketahuan orang banyak kalau sudah ternoda, lebih baik dinikahi untuk menutupi aib … Begitu pemikiran orang kebanyakan.

Saudara-saudara Dina sakit hati mendengar Dina diperkosa, lalu ingin membalas dendam, tapi tidak tahu bagaimana caranya. Tiba-tiba ide brilian muncul saat Ayah Sikhem melamar Dina. Mereka mengajukan syarat, yaitu: semua laki-laki harus disunat, karena begitulah hukum Tuhan (alasan rohaninya).

Saat mereka mengalami kesakitan setelah disunat, anak-anak Yakub pun bergerak untuk membunuh semuanya. Dan terlampiaskanlah nafsu balas dendam dan nafsu memiliki harta Sikhem dengan cepat.

Nafsu seringkali memunculkan ide brilian, tapi jangan pernah tertipu olehnya. Ide brilian yang dimunculkan bukan berasal dari Tuhan, tetapi dari nafsu. Dan jika ide itu berasal dari nafsu, ujung-ujungnya bisa membawa kita ke dalam dosa yang berakhir kepada maut.

“Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut” (Yakobus 1:14-15).

“Itu bukanlah hikmat yang datang dari atas, tetapi dari dunia, dari nafsu manusia, dari setan-setan. Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat. Tetapi hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik” (Yakobus 3:15-17).

3. Nafsu seringkali mematikan akal sehat kita.

Sikhem bernafsu saat melihat Dina dan gelap mata sehingga ia memperkosanya. Padahal ia adalah seorang pangeran. Sebagai seorang pangeran, kebanyakan wanita akan suka kepadanya dan kemungkinan besar lamarannya pun akan diterima oleh keluarganya, tapi nafsu telah mematikan akal sehatnya. Akal sehatnya tidak bekerja. Ia lupa kalau dirinya adalah seorang pangeran.

Saat mendengar Dina diperkosa, anak-anak Yakub sakit hati dan mereka membunuh semua laki-laki yang ada, padahal jumlah mereka sangat sedikit.

“Yakub berkata kepada Simeon dan Lewi, “Kamu telah mencelakakan aku dengan membusukkan namaku kepada penduduk negeri ini, kepada orang Kanaan dan orang Feris, padahal kita ini hanya sedikit jumlahnya; apabila mereka bersekutu melawan kita, tentulah mereka akan memukul kita kalah, dan kita akan dipunahkan, aku beserta seisi rumahku” (ayat 30).

Nafsu telah mematikan akal sehat mereka sehingga mereka tidak lagi dapat berhitung dengan benar. Seringkali itulah yang terjadi dalam kehidupan orang banyak.

Jika sudah bernafsu ingin mendapatkan sesuatu, pikiran kita sudah gelap dan kacau. Tidak bisa berhitung dengan benar lagi. Semua hitung-hitungan dilakukan berdasarkan nafsu, bukan akal sehat. Dan hasilnya sudah bisa ditebak: kematian, kehancuran, kebangkrutan, kerugian, ketidak-harmonisan, dlsb.

“Orang bijak berhati-hati dan menjauhi kejahatan, tetapi orang bebal melampiaskan nafsunya dan merasa aman” (Amsal 14:16).

Orang yang suka melampiaskan nafsunya (tidak bisa menguasainya) disebut sebagai orang bebal dalam Alkitab.

“Keinginan bernafsu sepanjang hari, tetapi orang benar memberi tanpa batas” (Amsal 21:26).

Nafsu selalu mengambil dan merampas, nafsu tidak suka memberi. Tetapi orang benar (orang yang dapat menguasai nafsunya) suka memberi dan tidak suka mengambil yang bukan menjadi haknya.

“Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya” (Galatia 5:24).

Renungkan prinsip kebenaran tentang nafsu ini dan sadarilah bahwa orang yang sudah menjadi milik Kristus Yesus telah menyalibkan daging dan segala hawa nafsu dan keinginannya. Itu sebabnya murid Kristus tidak lagi akan dikuasai oleh nafsu, tapi oleh kebenaran di dalam Kristus Yesus. Amin!

Baca juga: Perbedaan antara Kualitas dan Mentalitas.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*