II Korintus 12:10 Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.
Setelah dilahirkan kembali, seharusnya yang menjadi sandaran hidup kita adalah hayat roh, bukan lagi hayat jiwa. Seringkali kita masih mengandalkan dan dipimpin oleh hayat jiwa, sehingga kita seperti tidak menyadari bahwa kita memiliki roh yang luar biasa yang telah berbaur dengan Roh Kudus. Kita mungkin pernah merasakan perasaan rohani, namun tidak tahu bahwa perasaan itu berasal dari roh, kita tidak bisa membedakannya dengan perasaan dari jiwa. Jika kita bersedia menerima ajaran, kita akan tahu apa yang dimaksud dengan perasaan rohani itu. Satu hal yang tidak dapat salah adalah: jiwa selalu dipengaruhi oleh pengaruh dari luar, tetapi roh tidak.
Misalnya, saat jiwa diperhadapkan dengan pemandangan yang indah, alam yang tenang, musik yang menggugah, atau banyak gejala lain yang berhubungan dengan dunia luar, maka jiwa dapat langsung tergerak dan memberi tanggapan dengan kuat. Berbeda dengan jiwa, roh tidak menuntut rangsangan dari luar untuk bergerak. Ia dapat aktif sendiri dengan prakarsa sendiri. Roh dapat bergerak dalam lingkungan apa saja. Karena itu, orang yang benar-benar rohani, dapat aktif entah jiwa mereka memiliki perasaan atau tidak, entah tubuh mereka memiliki kekuatan atau tidak. Orang seperti ini hidup dengan roh yang selalu aktif, tanpa terangsang atau terganggu dengan dunia luar.
Rasul Paulus berkata bahwa secara tubuh mungkin ia lemah, dan jiwanya mungkin tertekan dalam siksaan dan kesukaran, tapi rohnya tetap kuat. Rohnya tidak terpengaruh dengan semua kesusahan di luar, dan rohnya yang kuat itu menopang jiwanya yang tertekan dan tubuhnya yang lemah, sehingga ia tetap kuat menanggung semua penderitaan itu.
Doa: O Tuhan Yesus, tolong kami untuk hidup bersandarkan hayat roh dan bukan hayat jiwa, sehingga kami bergerak menurut roh dan bukan menurut pengaruh dari dunia luar. Amin!