Gereja seharusnya menjadi Rumah Allah dan bukan sekedar suatu tempat, seperti tempat-tempat lainnya (Kejadian 28:10-22). Gereja seharusnya menjadi tempat yang berbeda, tak peduli di mana pun ia ditempatkan.
Dalam perjalanannya Yakub tiba di suatu tempat, lalu ia beristirahat di situ (ayat 11). Tapi di akhir cerita, ia berkata tentang tempat itu: ayat 16-17
“Sesungguhnya TUHAN ada di tempat ini, dan aku tidak mengetahuinya. Alangkah dahsyatnya tempat ini. Ini tidak lain dari rumah Allah, ini pintu gerbang sorga.
Awal gereja didirikan, di mana saja, ia hanyalah suatu tempat, tempat orang-orang (siapa saja) berkunjung. Tapi orang-orang yang berkunjung, pada akhirnya harus menyadari, bahwa ini bukan sekedar suatu tempat, seperti tempat-tempat lainnya. Ini adalah tempat yang dahsyat! Ini adalah rumah Allah!
Agar orang-orang yang berkunjung ke dalam gereja menyadari bahwa gereja bukanlah sekedar ‘suatu tempat,’ tapi gereja adalah tempat yang dahsyat, gereja adalah rumah Allah, maka Tuhan sendiri harus ada dan bekerja di sana.
Dalam setiap ibadah dan pertemuan yang diadakan, Tuhan sendiri harus hadir dan bekerja di sana.
Inilah yang akan terjadi jika Tuhan ada dan bekerja dalam gereja:
1.Jemaat akan mengalami perjumpaan Ilahi yang membangkitkan kesadaran akan hadirat Tuhan dalam hidup mereka (ayat 12, 16-17).
Tuhan akan datang melawat umat-Nya, umat akan berjumpa secara pribadi dengan-Nya. Baik melalui mimpi, penglihatan, nubuatan, mendengar suara Tuhan, dll. Tuhan terasa begitu dekat dan menjamah kehidupan umat, sehingga mereka tahu persis: Tuhan ada di sana! Ini tempat yang dahsyat! Ini rumah Allah!
Kesadaran akan hadirat Tuhan meningkat tajam dalam hidup mereka, sehingga dalam kehidupan sehari-hari mereka memiliki keyakinan yang pasti bahwa Allah menyertai mereka! Sehingga ketakutan tidak lagi menguasai hidup mereka.
Yakub mengalami ketakutan dalam perjalanan hidupnya, karena ia harus pergi dari rumahnya ke tempat yang sama sekali baru dan belum pernah ia kunjungi. Tapi setelah mengalami perjumpaan Ilahi di Betel (Rumah Allah), ia bisa melanjutkan perjalanannya dengan keyakinan bahwa Allah menyertainya.
2. Jemaat akan mendengar suara Tuhan dan menerima janji-janjiNya (ayat 13-15)
Bila Tuhan ada dan bekerja di tengah umat, maka mereka akan bisa mendengar suara Tuhan dengan jelas dan menerima janji-janjiNya secara nyata.
Entah melalui khotbah, doa dan penyembahan, pokoknya mereka mendengar suara Tuhan dengan jelas, dan mereka tahu persis bahwa itu Tuhan yang berfirman dan memberikan janji-janji-Nya, sehingga dengan yakin mereka memegang Firman Tuhan dan hidup berdasarkan janji-janjiNya itu.
Dalam menjalani hidup, dalam menghadapi situasi dan kondisi apa pun, mereka menjadikan Firman dan janji yang mereka terima dari Tuhan sebagai patokan dalam berpikir, bersikap, dan berkeputusan.
3. Jemaat akan memiliki kehidupan doa dan penyembahan yang kuat (ayat 18)
Setelah mengalami perjumpaan Ilahi, Yakub segera membangun mezbah dan menuangminyak ke atasnya. Ini menggambarkan tentang membangun kehidupan doa dan penyembahan yang kuat yang diurapi oleh kuasa Roh Kudus.
Bila Tuhan ada dan bekerja dalam gereja, jemaat dengan sendirinya akan memiliki kehidupan doa dan penyembahan yang kuat yang diurapi oleh Roh Kudus. Pemimpin tidak perlu memaksa jemaat untuk berdoa, mereka akan berdoa dengan sendirinya.
Tidak perlu memotivasi mereka dengan susah payah untuk menyembah Tuhan, mereka akan menyembah dengan sendirinya. Ada kehausan dan kelaparan akan Tuhan yang mendorong diri mereka untuk membangun kehidupan doa dan penyembahan yang kuat dalam keseharian mereka.
4. Jemaat akan memiliki roh memberi yang kuat (ayat 20-22)
Yakub tiba-tiba bernazar: “Dari segala sesuatu yang Engkau berikan kepadaku akan selalu ku persembahkan sepersepuluhnya kepada-Mu.”
Jemaat tidak perlu diajar terus-menerus tentang persembahan dan perpuluhan. Tidak perlu diingatkan, dimotivasi, sampai ditakut-takuti untuk membayar perpuluhan.
Dari hati mereka sendiri mereka tahu bahwa segala penghasilan yang mereka terima adalah pemberian dari Tuhan, dan karenanya harus dikembalikan kepada Tuhan, minimal sepuluh persen. Bahkan akan ada yang terdorong untuk memberikan lebih dari pada itu.
Semua itu akan terjadi semata-mata karena Tuhan ada dan bekerja di tempat itu: Gereja, yang adalah Rumah Allah, bukan sekedar suatu tempat.
Kedengarannya terlalu indah memang, tapi itulah yang sungguh akan terjadi bila gereja menjadi rumah Allah, tempat di mana Tuhan ada dan bekerja secara tetap. Bukan kadang ada kadang tiada, kadang bekerja kadang tidak.
Semua jemaat akan bersaksi tentang gereja:
Ini bukan sekedar suatu tempat! Ini tempat yang berbeda!
Ini tempat yang dahsyat! Ini Rumah Allah!
Baca pula: Hubungan Antara Tanggung Jawab dan Berkat.