Roma 7:22-23, “Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah, tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku.“
Jika kita memerhatikan ayat di atas dengan seksama, maka kita akan melihat ada 3 hukum yang tercantum di sana. Hukum yang pertama adalah hukum dosa dan maut. Sejak kejatuhan manusia, dosa dan maut masuk ke dalam tubuh manusia, sehingga tubuh turun kualitasnya menjadi daging. Itu sebabnya rasul Paulus menyebutnya dengan istilah tubuh daging, atau tubuh dosa, atau tubuh maut. Dosa dan maut mewakili hayat Iblis, dan setiap hayat pasti memiliki sifat bawaan dan hukumnya sendiri. Karena itu, setelah kejatuhan, hukum dosa dan maut berkuasa dan bekerja di dalam manusia melalui tubuh daging.
Yang kedua adalah hukum kebaikan. Manusia diciptakan menurut gambar Allah, itu sebabnya selalu ada keinginan dalam diri manusia untuk menjadi baik dan melakukan hal-hal yang baik, sama seperti Allah. Hukum kebaikan adalah sifat bawaan dari hayat manusia, dan karena hayat manusia ada dalam jiwanya, maka hukum kebaikan ini ada dan bekerja di dalam jiwa manusia. Hukum ini juga disebut hukum akal budi.
Hukum yang ketiga adalah hukum Allah atau hukum Taurat. Hukum Allah diberikan oleh Allah dan tercatat dalam kitab suci. Hukum Allah berada di luar kita, tidak seperti hukum kebaikan serta hukum dosa dan maut yang berada di dalam kita. Jadi sementara ini, ada 2 hukum di dalam kita, dan 1 hukum di luar kita. Ketiga hukum ini berperang dan menimbulkan banyak konflik batin di dalam kita.
Sebelum diselamatkan dan dilahirkan kembali, secara insting kita berusaha hidup di bawah hukum kebaikan. Kita ingin menjadi baik dan melakukan hal-hal yang baik. Tapi kita mendapati selalu gagal.
Roma 7:19-21, “Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat. Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam aku. Demikianlah aku dapati hukum ini: jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku.“
Setiap kali ingin berbuat baik, hukum dosa dan maut itu melawan dan menawan kita, sehingga akhirnya yang kita lakukan adalah yang jahat, yang tidak kita kehendaki. Contoh: Kita bertekad untuk tidak marah, tapi marah lagi, marah lagi.
Lalu kita diselamatkan dan lahir baru, kita mulai mengenal hukum-hukum Allah dari Alkitab yang kita baca. Karena mengasihi Allah, kita ingin menjadi pelaku firman. Jadi kita mulai berusaha hidup di bawah hukum Allah atau hukum Taurat. Tapi kita dapati kita juga gagal menjadi pelaku firman.
Roma 7:11-14, “Sebab dalam perintah itu, dosa mendapat kesempatan untuk menipu aku dan oleh perintah itu ia membunuh aku. Jadi hukum Taurat adalah kudus, dan perintah itu juga adalah kudus, benar dan baik …., maka dosa mempergunakan yang baik untuk mendatangkan kematian bagiku, …. Sebab kita tahu, bahwa hukum Taurat adalah rohani, tetapi aku bersifat daging, terjual di bawah kuasa dosa.“
Hukum Allah memang rohani, tapi masalahnya kita bersifat daging, terjual di bawah kuasa dosa. Sehingga hukum dosa malah mempergunakan perintah Allah yang baik itu untuk menipu dan membunuh kita. Contoh: Hukum Allah berkata kita tidak boleh mengingini milik orang lain. Sebelum ada perintah “jangan mengingini”, mungkin kita tidak punya keinginan itu, tapi setelah ada perintah, malah muncul keinginannya. Makin dilarang makin menginginkan. Akhirnya kita merasa, hukum Allah malah mempersulit kita untuk hidup memperkenan Allah. Tapi sesungguhnya, ini adalah pekerjaan dari hukum dosa dan maut. Dan dalam keadaan seperti itu, hukum Allah tidak mampu menolong kita. Sayangnya, inilah yang menjadi kesaksian hidup orang Kristen setelah lahir baru. Lalu apa yang harus kita lakukan? Adakah jalan keluar bagi kita?
Roma 8:2 (AYT), “Sebab, hukum Roh kehidupan dalam Yesus Kristus telah memerdekakan kamu dari hukum dosa dan maut.“
Ketika percaya dan menerima Yesus Kristus ke dalam kita, kita dilahirkan kembali dengan menerima hayat Allah. Hayat Allah adalah Kristus sendiri. Seperti telah dikatakan di depan, setiap hayat memiliki sifat bawaan dan hukum hayatnya masing-masing. Demikianlah hayat Allah di dalam kita memiliki hukumnya sendiri yang disebut hukum Roh hayat. Rasul menjelaskan bahwa sesungguhnya hukum Roh hayat ini telah memerdekakan kita dari hukum dosa dan maut. Ini masalah hukum, jadi harus diselesaikan secara hukum! Jika kita ingin terbebas dari hukum dosa dan maut yang selama ini memperbudak kita, kita harus hidup di bawah hukum yang lain, yaitu hukum Roh hayat! Untuk terbebas dari pergumulan dalam Roma 7, kita harus berpindah ke Roma 8. Sayangnya, banyak orang Kristen yang masih terus bergelut di Roma 7.
Ini bukan tentang seberapa banyak kita berdoa, berusaha, atau beriman, ini tentang hukum! Sama seperti kita tinggal di bumi ini, di mana terdapat hukum gravitasi bumi yang berkuasa, yang kita tidak dapat melawannya. Sekalipun Anda punya iman yang sempurna, namun jika Anda coba melompat dari lantai 27, Anda akan jatuh ke bawah juga. Beda ceritanya jika Anda naik pesawat, selama ada di dalam pesawat, Anda tidak akan jatuh ke bumi, karena pesawat menggunakan hukum lain yang mengatasi hukum gravitasi bumi, sebut saja hukum atau teknologi aerodinamika. Jadi agar terbebas dari hukum gravitasi bumi, Anda harus selalu berada di dalam pesawat. Saat Anda mencoba keluar dari pesawat, Anda kembali akan ditarik ke bawah oleh hukum gravitasi.
Hukum Roh hayat adalah hukum yang berkuasa atas hukum dosa dan maut. Dan hukum ini ada dan bekerja di dalam roh kita. Itu sebabnya agar terus terbebas dari hukum dosa dan maut, kita harus terus berada di dalam roh, di mana hukum Roh hayat bekerja. Begitu kita keluar dari dalam roh, maka hukum dosa dan maut akan berkuasa kembali atas kita. Dengan menjagai pikiran terus ditaruh di dalam roh, terus berkontak dengan Tuhan di dalam roh, terus berpaling ke dalam roh, maka kita sedang ada di dalam roh. Begitulah caranya tinggal dalam hukum Roh Kehidupan. Dengan demikian kita akan terus merasakan cita rasa hayat dan bukan maut. Amin!
Kesimpulan: Satu-satunya hukum yang bisa membebaskan kita dari hukum dosa dan maut adalah hukum Roh kehidupan. Tinggallah di dalamnya! Jangan tinggal di dalam hukum kebaikan atau hukum Allah! Jangan berusaha melakukan firman. Tinggallah di dalam roh, maka hukum Roh kehidupan akan membuat kita menjadi pelaku firman. Amin!
Doa: O Tuhan Yesus, Kami ingin terus menaruh pikiran kami di dalam roh, terus berkontak dengan Engkau di dalam roh, agar hukum Roh kehidupan bekerja dalam hidup kami, dan kami terbebaskan dari hukum dosa dan maut. Amin!