“Dan TUHAN memberikan kepada Musa, setelah Ia selesai berbicara dengan dia di gunung Sinai, kedua loh hukum Allah, loh batu, yang ditulisi oleh jari Allah.” (Keluaran 31:18)
“Maka inilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu,” demikianlah firman Tuhan. “Aku akan menaruh hukum-Ku dalam akal budi mereka dan menuliskannya dalam hati mereka, maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku. Dan mereka tidak akan mengajar lagi sesama warganya, atau sesama saudaranya dengan mengatakan: Kenallah Tuhan! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku.” (Ibrani 8:10-11)
Zaman Perjanjian Lama, Allah menuliskan hukum dan perintah-Nya di atas loh batu, tapi Ia berjanji akan menuliskan hukum-Nya, bukan lagi di atas loh batu, melainkah di atas loh hati manuisa. Janji itu digenapi dalam kelahiran kembali.
Bagi kita yang telah dilahirkan kembali, hukum Allah tidak lagi ada di luar, melainkan di dalam, yaitu dalam hati dan pikiran kita. Itu sebabnya, tanpa diajarkan pun, kita akan mengetahui dengan sendirinya dari dalam hati kita, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan sebagai anak-anak Allah.
Ada seorang bapa di Tiongkok, Ia menerima Yesus sebagai Tuhan dan juruselamatnya, dan dilahirkan kembali. Sebelumnya ia terbiasa minum tuak (minuman keras). Tapi setelah dilahirkan kembali, ketika ia ingin meminum tuak seperti biasanya, ia merasa tidak enak dalam hatinya, sepertinya ada yang melarangnya untuk minum tuak itu. Tapi ia tidak tahu apa itu. Waktu itu ia tidak punya Alkitab dan tidak ada gereja, karena dilarang oleh pemerintah. Jadi ia bertanya kepada isterinya, “Apakah orang kristen dilarang minum tuak?” Isterinya pun tidak bisa menjawabnya. Tapi akhirnya, ia memutuskan untuk berhenti minum tuak. Itulah hukum Allah yang tertulis dalam hatinya, yang melarang dia untuk minum tuak.
Bagi kita yang telah lahir baru, ada hukum Allah yang tertulis dalam hati kita, sehingga jika kita melakukan apa yang tidak sesuai dengan sifat Allah, maka hukum itu akan bekerja memberikan larangan dari dalam hati kita, sehingga kita bisa hidup seperti layaknya seorang anak Allah.
Baca juga: Mengenal Jalan Allah