Matius 5:16, “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.“
Ketika membaca ayat di atas, kebanyakan orang berpikir bahwa untuk memuliakan Allah kita harus melakukan pelbagai perbuatan baik di depan orang. Tapi arti yang sesungguhnya dari memuliakan Allah di situ adalah kita mengekspresikan Allah. Ini dapat dilihat dari ayat penutup dalam Matius 5 ini:
Matius 5:48, “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.“
Bapa di sorga adalah sempurna, kita tidak sempurna. Tapi Allah yang sempurna itu ada di dalam kita. Jika kita hidup di dalam hayat ilahi, maka kita dapat mengekspresikan Allah yang sempurna ini. Ketika kita mengekspresikan Allah, maka Allah dimuliakan. Inilah kemuliaan Allah yang dipantulkan.
Seringkali kita berpikir bahwa dengan menjadi rendah hati, sabar, dan memiliki pekerjaan yang baik, kita memuliakan Allah. Tapi pertanyaannya adalah: Apakah semua yang baik itu berasal dari hayat alamiah kita yang diperbaiki, atau dari hayat ilahi yang diperhidupkan? Jika itu adalah alamiah kita, maka kita tidak sedang mengekspresikan Allah, melainkan mengekspresikan diri kita sendiri. Artinya kita tidak sedang memuliakan Allah, tapi memuliakan diri kita sendiri.
Jalan untuk memuliakan Allah bukanlah dengan berusaha memperbaiki manusia alamiah kita, tetapi memperhidupkan hayat Allah, yaitu Kristus di dalam kita. Jika memperhidupkan Kristus, maka Kristus yang diperhidupkan ini akan terekspresi melalui kita. Inilah memuliakan Allah.
Jika kita mengekspresikan kebajikan-kebajikan kita, maka kita tidak sedang memuliakan Allah, kita sedang memuliakan diri sendiri. Namun jika kita mengekspresikan kebajikan Kristus, maka kita sedang memuliakan Allah.
Doa: Ya Tuhan Yesus, tolong kami untuk memperhidupkan Kristus agar mengekspresikan Kristus, agar kami memuliakan Allah. Amin!