PRINSIP BERPUASA ADALAH MENGESAMPINGKAN NYAWA SENDIRI

Ester 4:16 “Pergilah, kumpulkanlah semua orang Yahudi yang terdapat di Susan dan berpuasalah untuk aku; janganlah makan dan janganlah minum tiga hari lamanya, baik waktu malam, baik waktu siang. Aku serta dayang-dayangku pun akan berpuasa demikian, dan kemudian aku akan masuk menghadap raja, sungguhpun berlawanan dengan undang-undang; kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati.”

Makan sangat berkaitan dengan keberadaan manusia. Tanpa makan, manusia bisa mati kelaparan. Karena itu, berpuasa berarti menjaminkan nyawa. Berpuasa berarti aku rela mati asalkan perkara ini tergenapi. Sampai mati, kita tidak akan rela membiarkan perkara ini lewat. Lebih baik aku mati, tetapi perkara ini bisa terus maju. Menjaminkan hidup, bergumul dengan mati atau hidup, inilah pernyataan dari berpuasa. Jika kita berdoa bagi suatu beban, namun masih memperhatikan masa depan, memperhatikan nasib sendiri, kita tidak perlu berpuasa. Jika ingin berdoa puasa untuk suatu perkara, kita harus memiliki satu keadaan, yaitu mengesampingkan nyawa sendiri.

Ketika Ester ingin menghadap raja untuk membela umat Allah, resikonya adalah mati. Namun, ia rela mempertaruhkan nyawanya asalkan umat Allah bisa diselamatkan. Ia menyuruh semua umat Allah berpuasa dan ia sendiri pun berpuasa. Inilah prinsip berpuasa. Berpuasa tidak hanya melepaskan hak yang sah, bahkan mempertaruhkan nyawa. Banyak orang Kristen berpuasa, tetapi tidak merasa bahwa puasanya itu bermakna, karena mereka tidak menyentuh prinsip berpuasa sedikit pun. Berpuasa ialah ada satu perkara yang menekan diri kita, dan kita tidak rela membiarkan perkara ini lewat. Kita berjuang antara hidup dan mati demi memperjuangkan perkara ini, kita mengesampingkan nyawa kita untuk perkara ini. Jika memiliki perasaan yang kuat seperti itu, berpuasa baru ada maknanya.

Doa: O Tuhan Yesus, kami mau berpuasa dalam prinsip berpuasa, yaitu tidak menghiraukan nyawa kami sendiri demi beban yang Engkau taruh dalam hati kami. Biarlah perasaan kami kuat dalam hal itu ya Tuhan. Amin!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*