Imamat 10:1-2 Kemudian anak-anak Harun, Nadab dan Abihu, masing-masing mengambil perbaraannya, membubuh api ke dalamnya serta menaruh ukupan di atas api itu. Dengan demikian mereka mempersembahkan ke hadapan TUHAN api yang asing yang tidak diperintahkan-Nya kepada mereka. Maka keluarlah api dari hadapan TUHAN, lalu menghanguskan keduanya, sehingga mati di hadapan TUHAN.
Pada permulaan, Allah selalu melakukan sesuatu dengan sangat serius, agar menjadi satu prinsip dan standar untuk yang selanjutnya. Dalam gereja mula-mula, Ananias dan Safira berdusta Terhadap Roh Kudus dan hamba Tuhan, mereka langsung mati. Hari ini, ada banyak orang yang membohongi Roh Kudus dan perwakilan-Nya tapi tidak mati. Namun dalam pandangan Allah, mereka sudah mati.
Nadab dan Abihu mati di hadapan Allah karena masalah api, bukan karena darah. Sebelum melewati api di atas mezbah, mereka pergi ke hadapan Allah untuk berdoa menurut manusia alamiah mereka. Akibatnya, bukan hanya doa-doa mereka tidak diterima oleh Allah, bahkan diri mereka dipukul mati oleh Allah. Karena itu, jika ingin belajar berdoa, kita bukan hanya harus sudah ditebus dengan darah, tetapi juga harus sudah diakhiri menjadi abu. Hayat alamiah kita sudah sepenuhnya diakhiri oleh salib.
Sampai hari ini, banyak orang yang masih berdoa dan melanggar prinsip salib. Mereka pun akan bernasib sama. Bukan hanya doa mereka tidak diperkenan Allah, bahkan diri mereka pun tidak diakui oleh Allah. Doa yang tidak dijawab dan penolakan Allah, pada prinsipnya sama dengan kematian jasmani dalam zaman Perjanjian Lama. Karena menentang prinsip salib, mereka menderita penentangan Allah.
Doa: O Tuhan Yesus, seringkali kami sudah melewati penebusan salib, tetapi belum melewati pengakhiran salib. Biarlah sejak hari ini kami melewati keduanya ya Tuhan. Amin!