Wahyu dan Penyingkapan Tiruan

Kejadian 3:5 tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat.”

Seperti telah kita ketahui, pohon pengetahuan adalah tiruan dari pohon hayat. Itu sebabnya ada banyak yang milik hayat, ditiru dalam pohon pengetahuan. Salah satunya adalah pewahyuan atau penyingkapan. Wahyu atau penyingkapan selalu berasal dari hayat, bukan pengetahuan. Iblis berkata, jika manusia makan buah dari pohon pengetahuan, matanya akan terbuka. Ini adalah tiruan dari wahyu dan penyingkapan.

Misalnya, seorang Kristen membaca Alkitab, lalu ia memikirkan secara mendalam mengenai apa yang dibacanya. Biasanya dengan mengajukan beberapa pertanyaan, misalnya: Apakah yang Allah ingin katakan kepada saya? Apakah dosa dan kesalahan yang dinyatakan? Apakah yang Allah janjikan, yang perlu saya klaim? Sikap apa yang perlu saya adopsi? Perintah apa yang perlu saya taati? Teladan apa yang harus saya ikuti atau hindari? Dlsb. Dari sekian banyak yang dipikirkan secara mendalam, tiba-tiba ia merasa matanya terbuka akan kebenaran! Mata di sini maksudnya adalah pikiran. Tiba-tiba pikirannya menangkap sesuatu yang diyakininya sebagai kebenaran atau suara Tuhan. Dan ia merasa bersemangat (istilah rohaninya berkobar). Lalu ia mencatat itu sebagai wahyu atau penyingkapan ilahi.

Apakah ini wahyu ilahi? Bukan! Karena organ untuk menangkap wahyu ilahi adalah roh, bukan pikiran. Yang muncul dari pikiran bukanlah wahyu, melainkan hanya sebuah ide, angan-angan, pengharapan, dsb. Ini berasal dari pohon pengetahuan dan bukan pohon hayat. Jadi sebetulnya ia sedang makan dari pohon pengetahuan, tapi merasakan sensasi pohon hayat, sehingga ia mengira ini adalah pohon hayat. Inilah tipuan Iblis! Wahyu tiruan seperti ini bisa didapatkan dari latihan dan pembelajaran, tidak perlu makan dan minum Kristus sebagai hayat kita. Wahyu tiruan seperti ini akan semakin membangkitkan ego dalam diri kita. Membuat diri kita menjadi sombong dan merasa benar sendiri.

Beda ceritanya jika kita memperlakukan firman sebagai makanan untuk hayat rohani kita melalui doabaca. Kita tidak sekedar membaca, tapi berdoa. Tidak sekedar berdoa, tapi membaca. Kita berdoa sambil membaca dan membaca sambil berdoa. Kita mendoakan apa yang kita baca, dan menjadikan apa yang kita baca sebagai pembicaraan kita dengan Allah. Kata demi kata dari firman kita kunyah sedikit demi sedikit, kita doabacakan berulang-ulang. Sampai satu titik, kita merasa Tuhan berbicara dalam roh kita, menyingkapkan Diri-Nya, atau diri kita, atau suatu kebenaran. Kemudian, wahyu yang kita tangkap di dalam roh, diterangi oleh Roh Kudus ke dalam pikiran kita sehingga pikiran mengerti. Setelah pikiran mengerti, kita bisa mendoakannya dengan kata-kata yang jelas. Kita menjadikan wahyu ilahi itu menjadi bahan pembicaraan kita dengan Allah. Inilah wahyu dan penyingkapan yang berasal dari pohon hayat. Wahyu seperti ini hanya bisa didapat dari pertumbuhan hayat, bukan dari pembelajaran. Wahyu seperti ini akan semakin memperbesar Kristus dan mematikan ego dalam diri kita.

Doa: O Tuhan Yesus, kami ingin menerima wahyu dan penyingkapan yang berasal dari hayat, bukan pengetahuan. Tolong kami untuk membedakannya ya Tuhan. Amin!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*