“Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminya pun memakannya.” (Kejadian 3:6)
Sebelum pikirannya dipengaruhi oleh Iblis, setiap kali memandang pohon pengetahuan yang dilarang Tuhan, manusia merasa jijik, sama sekali tidak menarik untuk dimakan. Namun setelah pikirannya dipengaruhi secara negatif dan sudut pandangnya berubah, maka pandangannya pun menjadi berubah. Sekarang pohon itu kelihatannya menarik, buahnya terlihat enak dan baik untuk dimakan, itulah sebabnya Hawa memakannya.
Tindakan kita sangat dipengaruhi oleh cara pandang, dan cara pandang dipengaruhi oleh sudut pandang. Jika sudut pandang kita berubah, cara pandang pun berubah. Jika cara pandang berubah, maka tindakan pun akan mengalami perubahan. Di sinilah Iblis bermain dan di sinilah Hawa jatuh.
Sudut pandang yang benar membuat kita bisa memandang sesuatu atau seseorang secara benar dan kemudian bertindak dan memperlakukannya dengan benar pula. Namun jika sudut pandangnya salah, maka kita akan memandang secara salah, dan kemudian bertindak dan memperlakukannya secara salah juga.
Selama sudut pandang kita didasarkan pada Alkitab yang adalah firman Allah, maka sudut pandang kita akan benar, dan pandangan serta tindakan pun akan benar. Namun Iblis akan berdaya upaya, mengalihkan dan mengubahkan sudut pandang yang telah sesuai dengan firman, dengan memberikan data dan fakta yang palsu dan bohong, sehingga jika kita percaya pada kebohongannya, maka sudut pandang kita pun akan mengalami perubahan. Dan dari sanalah segala macam permasalahan akan muncul.
Itu sebabnya sangat penting untuk selalu mengevaluasi seluruh sudut pandang yang kita miliki. Sudah sesuaikah dengan Alkitab? Iblis bahkan bisa memberikan suara Tuhan yang palsu untuk mengalihkan sudut pandang kita dari Alkitab. Karena itu waspadalah!
Soal benar atau salah seringkali bersifat relatif, tergantung sudut pandang masing-masing. Itulah sebabnya Allah memberikan Alkitab untuk menjadi patokan akan kebenaran. Kalau semua berpatokan pada Alkitab secara mutlak, maka kebenaran tidak akan bersifat relatif lagi.
Baca juga: Dari Sisi Mana Dulu