“Juga Lot, anak saudara Abram, beserta harta bendanya, dibawa musuh, lalu mereka pergi — sebab Lot itu diam di Sodom. Kemudian datanglah seorang pelarian dan menceritakan hal ini kepada Abram, orang Ibrani itu, yang tinggal dekat pohon-pohon tarbantin kepunyaan Mamre, orang Amori itu, saudara Eskol dan Aner, yakni teman-teman sekutu Abram. Ketika Abram mendengar, bahwa anak saudaranya tertawan, maka dikerahkannyalah orang-orangnya yang terlatih, yakni mereka yang lahir di rumahnya, tiga ratus delapan belas orang banyaknya, lalu mengejar musuh sampai ke Dan.” (Kejadian 14:12-14)
Kita sungguh-sungguh harus belajar dari Abram tentang topik perpisahan ini. Setelah berpisah karena situasi yang tidak enak, seringkali kita tidak lagi memedulikan kehidupan saudara kita, tapi tidak demikian dengan Abram.
Karena kesalahannya dalam memilih setelah berpisah dari Abram, maka Lot mengalami banyak kesulitan. Ia diculik beserta harta bendanya. Mendengar hal itu, Abram tidak berdiam diri, apa lagi bersyukur, karena keponakannya yang pernah ada masalah dengan dia sedang mengalami musibah.
Setelah mendengar Lot dalam masalah, Abram segera mengerahkan ratusan orang-orangnya yang terlatih dan mengejar musuh sampai bisa membebaskan Lot dan harta bendanya.
Begitulah seharusnya yang kita lakukan. Walau pun perpisahannya terasa menyakitkan, namun jika saudara kita sedang mengalami kesulitan dan butuh pertolongan, maka sebagai umat Tuhan kita harus ringan tangan untuk menolongnya.
Baca juga: Jalan yang Baru