“betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup.” (Ibrani 9:14)
Allah yang kita sembah adalah Allah yang hidup. Seharusnya kita mengalami Allah yang hidup ini, nyata bagi kita sehari-hari. Bagi orang kristen yang hati nuraninya murni, mereka akan tahu dengan pasti bahwa Allah itu hidup. Mereka mengalaminya dalam keseharian mereka.
Namun bagi orang kristen yang hari nuraninya gelap, tidak murni, banyak tuduhan kesalahan, Allah itu tidak hidup. Bagi mereka, Allah hanya sebatas sebutan – Allah – saja, tidak lebih dari itu. Mereka tidak bisa merasakan Allah itu hidup, mereka tidak mengalami Allah itu hidup dalam keseharian mereka, dan tidak ada hubungan yang hidup dengan Allah.
Itu sebabnya sangat penting bagi kita untuk menjagai hati nurani tetap murni, tanpa kesalahan. Dengan demikian kita bisa mengenal Allah yang hidup dan bahkan Allah sendiri akan membuktikan kepada kita bahwa Ia hidup.
“Kepada mereka Ia menunjukkan diri-Nya setelah penderitaan-Nya selesai, dan dengan banyak tanda Ia membuktikan, bahwa Ia hidup. Sebab selama empat puluh hari Ia berulang-ulang menampakkan diri dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Allah.” (Kisah Para Rasul 1:3)
Baca juga: Hati Nurani Menentukan Persekutuan