Roma 8:6 (AYT), “Untuk menaruh pikiran pada daging adalah maut, tetapi menaruh pikiran pada Roh adalah hidup dan damai sejahtera.“
Setiap orang Kristen yang lahir baru merupakan miniatur Taman Eden. Pikiran (Jiwa) mewakili diri kita, dosa di dalam tubuh daging mewakili Iblis (Pohon pengetahuan), dan Roh Kristus di dalam roh kita mewakili Allah (Pohon hayat). Jadi kita tidak bisa mengatakan bahwa pohon hayat dan pohon pengetahuan sudah tidak ada. Kedua pohon itu masih ada, hanya sudah berpindah ke dalam kita. Setiap hari kita tetap diperhadapkan pada dua pilihan klasik ini, ingin hidup dari pohon pengetahuan atau pohon hayat. Ingin bersandar kepada pengetahuan atau hayat.
Jika kita menaruh pikiran pada daging, hasilnya adalah maut. Ini sama dengan kita makan pohon pengetahuan, hasilnya adalah maut. Tapi jika kita menaruh pikiran di atas Roh, maka hasilnya adalah hayat dan damai sejahtera. Ini seperti makan pohon hayat, hasilnya adalah hayat.
Maut maupun hayat terekspresi melalui perasaan yang muncul dari dalam batin kita. Jika kita memilih menaruh pikiran pada daging (pikiran kita mengikuti keinginan tubuh daging), maka kita akan merasakan perasaan maut muncul dari dalam kita, seperti: lemah, kosong, cemas & gelisah, sumpek, kering, gelap, nyeri (rasa tidak nyaman). Namun jika kita menaruh pikiran pada Roh (pikiran mengikuti keinginan Roh), maka kita akan merasakan perasaan hayat muncul dari dalam kita, seperti: Kuat, puas, damai & lega, bebas & lincah, segar, terang, nyaman. Semua ini adalah cita rasa hayat yang merupakan lawan dari cita rasa maut. Kita tidak lemah tetapi kuat, tidak kosong tetapi puas, tidak cemas dan gelisah tetapi damai dan penuh kelegaan, tidak sumpek tetapi bebas dan lincah, tidak kering tetapi segar, tidak gelap tetapi terang, tidak nyeri tetapi nyaman.
Jika kita merasakan cita rasa maut muncul dari dalam kita, itu menunjukkan bahwa maut ada di sana, menandakan bahwa kita sedang berpikir menurut daging. Bila itu terjadi, apa yang harus dilakukan? Segeralah berpaling ke dalam roh dengan memanggil nama Tuhan Yesus, berkontak dengan Tuhan yang ada dalam roh kita, sampai kita merasakan cita rasa hayat muncul menggantikan cita rasa maut.
Jika ingin berjalan di jalan hayat, kita harus berwaspada untuk selalu memerhatikan perasaan yang muncul dari dalam. Jika merasakan perasaan maut, harus segera berpaling ke dalam roh sampai perasaan maut terganti dengan perasaan hayat. Normalnya, orang percaya berjalan pada jalan hayat, dan merasakan perasaan hayat: Kuat, puas, damai & lega, bebas & lincah, segar, terang, nyaman, bukan sebaliknya.
Doa: O Tuhan Yesus, kami ingin berjalan di jalan hayat, sehingga kami selalu merasakan cita rasa hayat, dan bukan cita rasa maut.