Roma 8:6 (AYT), “Untuk menaruh pikiran pada daging adalah maut, tetapi menaruh pikiran pada Roh adalah hidup dan damai sejahtera.“
Standar kehidupan orang percaya bukan hanya menanggulangi hal-hal yang jahat, tetapi juga hal-hal yang baik dan benar. Ada banyak hal yang dibenarkan menurut standar agama dan lahiriah, namun dipersalahkan oleh standar ilahi karena kekurangan hayat. Pertanyaannya bukan apakah perkara itu benar atau salah, tapi apakah hayat ilahi di dalam kita bangkit atau surut ketika kita melakukan hal itu. Kita harus selalu bertanya, apakah perasaan batin yang Tuhan berikan? Perasaan maut atau perasaan hayat?
Prinsip hidup kita bukanlah membedakan antara benar dan salah, melainkan membedakan apa yang hayat dan bukan hayat. Ketika melakukan sesuatu yang baik dan benar, tetapi hayat di dalam tidak bangkit, melainkan surut, artinya kita telah bersalah di hadapan-Nya. Kita harus meminta pengampunan-Nya untuk hal ini. Jadi kita tidak hanya perlu bertobat untuk hal-hal yang jahat yang kita lakukan, tetapi juga untuk hal-hal yang baik yang kita lakukan, yang tidak berasal dari hayat.
Doa: O Tuhan Yesus, ampuni kalau selama ini kamu melakukan hal yang baik, tapi tidak berasal dari hayat. Tolong kami untuk hidup menurut jalan hayat, agar tidak berdosa kepada-Mu. Amin!