Kolose 2:18, “Janganlah kamu biarkan kemenanganmu digagalkan oleh orang yang pura-pura merendahkan diri dan beribadah kepada malaikat, serta berkanjang pada penglihatan-penglihatan dan tanpa alasan membesar-besarkan diri oleh pikirannya yang duniawi,”
Kolose 2:20-23, “Apabila kamu telah mati bersama-sama dengan Kristus dan bebas dari roh-roh dunia, mengapakah kamu menaklukkan dirimu pada rupa-rupa peraturan, seolah-olah kamu masih hidup di dunia: jangan jamah ini, jangan kecap itu, jangan sentuh ini; semuanya itu hanya mengenai barang yang binasa oleh pemakaian dan hanya menurut perintah-perintah dan ajaran-ajaran manusia. Peraturan-peraturan ini, walaupun nampaknya penuh hikmat dengan ibadah buatan sendiri, seperti merendahkan diri, menyiksa diri, tidak ada gunanya selain untuk memuaskan hidup duniawi (hawa nafsu daging).”
Percaya pada diri sendiri dan mengandalkan diri sendiri merupakan sifat-sifat dari pekerjaan baik daging. “Bersandar kepada Tuhan” adalah hal yang tidak dapat dilakukan oleh daging. Sifat daging yang tergesa-gesa tidak bisa tahan untuk bertekun menantikan Tuhan.
Saat merasa dirinya mampu, daging selamanya tidak dapat bersandar kepada Allah. Bahkan saat merasa putus asa, ia masih tetap berusaha dan mencari-cari akal sendiri. Jika orang Kristen ingin mengenali pekerjaan daging, cukup menguji dalam hal ini saja. Setiap pekerjaan yang tidak berasal dari menanti-nantikan Allah, adalah milik daging. Yang telah bisa dan telah ada tanpa bersandar kepada Roh Kudus, adalah milik daging. Setiap pekerjaan yang dituani oleh diri sendiri, boleh dilakukan sesuka diri sendiri, tidak perlu mencari kehendak Allah, itu milik daging.
Tidak peduli betapa baik atau bersifat ilahinya suatu hal, seperti membaca alkitab, berdoa, menyembah, atau menginjil – asalkan dilakukan tanpa hati yang bersandar sepenuhnya kepada Roh Kudus, semua itu berasal dari daging. Asalkan daging bisa hidup, bisa berkesempatan untuk beraksi, apapun akan ia lakukan, termasuk mematuhi Allah!
Tambahan, dalam semua pekerjaan daging, sebaik dan setinggi apapun, yang dibesarkan selalu “Aku” (ego); hanya saja terkadang nyata, terkadang samar (dikemas secara rohani). Bagaimanapun, daging tidak mau mengakui diri sendiri tidak berguna dan lemah, sekalipun sampai menimbulkan hal-hal yang bodoh dan menggelikan dari tindakannya, ia tetap tidak percaya bahwa dirinya sendiri tidak mampu.
Doa: Tuhan Yesus, tolong celikkan mata kami, terangi hati kami, agar dapat mengenali perbuatan daging yang kelihatannya baik dan ilahi, namun sebenarnya mengandalkan dan memuliakan diri sendiri. Kami menolak semua pekerjaan daging, yang jahat maupun yang baik, kami ingin bersandar pada pekerjaan Roh Kudus saja. Kami menanti-nantikan Engkau ya Tuhan. Amin!