TIDAK ADA YANG SEHEBAT DOA DALAM MENANGGULANGI KITA

Yesaya 59:2 tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu.

Hayat doa di dalam kita memiliki satu ciri khas, yaitu membenci dosa, dan juga membuat kita mampu menanggulangi dosa.Jika kita sedikit tercemar oleh dosa atau sedikit mengasihi dunia, segera timbul perasaan tidak tenteram di batin, menyatakan bahwa kita tidak sesuai dengan ciri khas hayat ini. Bukan hanya dosa dan dunia, bahkan sedikit kesombongan, sedikit kritik, sedikit sikap merendahkan orang lain, sedikit sikap membanggakan diri, sedikit introspeksi, atau sedikit pikiran merasa berjasa, bisa membuat kita tidak mampu berdoa. Sedikit dusta, ketidaksetiaan, ketidakjujuran, atau ketidakadilan, dapat mematikan hayat doa.

Tidak ada yang dapat menanggulangi kita di hadapan Allah sehebat doa. Jika berdoa dengan tepat, kita akan selalu ditanggulangi di hadapan Allah saat berdoa. Bahkan seringkali waktu terbanyak dalam doa justru dipakai untuk penanggulangan Allah terhadap diri kita, dan sisanya baru dipakai untuk berdoa memohon sesuatu kepada Allah. Orang yang belum belajar pelajaran berdoa seringkali tidak mengindahkan permintaan dan penghakiman hayat di dalam. Mereka datang kepada Allah dengan sembarangan dan tanpa penanggulangan, langsung membuka mulut berdoa. Doa seperti itu hanya seperti memukul udara, tidak sejati, dan sulit dijawab Allah.

Perhatikanlah kisah perempuan Samaria dalam Yohanes 4. Pada saat ia mengetahui bahwa Tuhan Yesus memiliki air hidup untuk meleraikan dahaganya. Ia langsung memohon kepada Tuhan, “Tuhan, berikanlah aku air itu.” Ia menginginkan air hidup itu. Namun, Tuhan Yesus menjawab dengan menyinggung masalah dosanya. Kata Tuhan kepadanya, “Pergilah, panggillah suamimu dan datang ke sini.” Ini menunjukkan bahwa setiap kali kita datang untuk berdoa ke hadapan Allah, Tuhan akan menjamah masalah dosa kita. Ia akan menjamah setiap kesalahan kita dalam keinginan, motivasi, tindakan, atau sikap kita.

Saudara saudari, pada saat Tuhan menjamah kesalahan kita, apakah kita rela menerima pembetulan atau penanggulangan-Nya? Ini adalah satu masalah besar. Misalnya, seorang suami menyakiti hati isterinya. Ketika ia berdoa, hayat batin yang membenci dosa memberinya perasaan bahwa ia harus mengaku dosanya di hadapan Allah, juga harus minta maaf kepada isterinya. Namun, karena ia sombong, ia tidak mau meminta maaf kepada isterinya. Akibatnya, ia tidak dapat berdoa. Ini berlangsung beberapa waktu lamanya, sampai suatu hari, ia tidak dapat menahan kegelisahan dalam hatinya. Akhirnya, ia datang kepada isterinya dan berkata, “Aku telah bersalah, maafkanlah aku.” Ajaib sekali, pada saat ia mengaku, hayat dalam batinnya segera membebaskan dirinya dan ia dapat berdoa kembali.

Jika kita tidak dengan tuntas menanggulangi dosa, dosa tersebut akan menjadi jarak pemisah antara kita dengan Allah. Semakin banyak dosa yang tidak ditanggulangi, jaraknya akan semakin lebar, membuat kita tidak dapat berdoa. Untuk memangkas jarak ini, kita terlebih dulu harus menanggulangi dosa, yaitu mengaku dosa satu per satu menurut perasaan hayat di dalam. Setelah pengakuan dosa tuntas, jarak permisah akan hilang. Dan ketika berdoa, setiap perkataan kita akan menjamah Allah, tidak seperti memukul udara.

Doa: O Tuhan Yesus, kami mau menanggulangi dosa secara tuntas menurut perasaan hayat di dalam, sehingga roh doa terus hidup dalam diri kami. Amin!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*