TUHAN YESUS MEMILIKI EMOSI YANG PANTAS

Yohanes 11:35 Maka menangislah Yesus.

Yohanes 2:14-16 Dalam Bait Suci didapati-Nya pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati, dan penukar-penukar uang duduk di situ. Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya. Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: “Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan.”

Ketika Tuhan Yesus pergi ke Betania mengunjungi Lazarus yang mati, Ia menangis. Inilah ayat terpendek dalam Alkitab yang memperlihatkan bahwa Tuhan memiliki emosi. Namun perhatikan, tangisan Tuhan tidak meraung-raung sehingga membuat orang-orang yang di dekat-Nya merinding. Catatan menangisnya Yesus sangat sederhana, “Lalu menangislah Yesus.” Dari sini kita bisa melihat bahwa Tuhan Yesus memiliki emosi yang pantas.

Pada kesempatan lain, Tuhan menyucikan bait Allah. Ia mengambil cambuk dan menyingkirkan semua domba dan lembu, serta menjungkir-balikkan meja penukar uang. Boleh dikatakan bahwa Ia marah besar saat itu. Namun, kita tidak menemukan satu bagian pun dari cerita itu yang menunjukkan bahwa Tuhan telah membuat kekacauan yang sangat besar dengan memporak-porandakan segala sesuatu di dalam bait Allah, atau keluar perkataan kasar dan sumpah serapah dari mulutnya. Ia mengekspresikan kemarahan-Nya dalam takaran yang terukur dan pantas untuk kasus itu, karena setiap kasus memerlukan takaran kemarahan yang berbeda untuk menanganinya.

Ada orang jika sedang tidak marah, maka segala sesuatunya akan baik-baik saja. Tetapi bila marah, ia membuat kekacauan yang besar dengan menghancurkan segala sesuatu. Jika kita ingin menjadi orang Kristen yang normal, emosi kita harus tepat. Baik tertawa, menangis, atau pun marah harus ada batasnya, tidak boleh lepas kendali, karena emosi harus tunduk di bawah pikiran yang jernih dan tekad yang tepat.

Doa: O Tuhan Yesus, Engkau adalah hayat kami dan pribadi kami. Engkau yang adalah hayat dan pribadi kami memiliki emosi yang pantas, maka kami sebagai ekspresi-Mu juga memiliki emosi yang pantas. Amin!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*