
Lalu Malaikat TUHAN menjumpainya dekat suatu mata air di padang gurun, yakni dekat mata air di jalan ke Syur. Katanya: “Hagar, hamba Sarai, dari manakah datangmu dan ke manakah pergimu?” Jawabnya: “Aku lari meninggalkan Sarai, nyonyaku.” Lalu kata Malaikat TUHAN itu kepadanya: “Kembalilah kepada nyonyamu, biarkanlah engkau ditindas di bawah kekuasaannya” (Kej. 16:7-9).
Hagar mengalami masalah di tempat pekerjaannya yang sekaligus menjadi tempat tinggalnya (Kejadian 16:1-16). Masalahnya sangat klasik, yaitu: merasa diperlakukan tidak adil oleh majikannya. Dia ngambek dan lari dari rumah yang telah membesarkannya selama ini. Dalam pelariannya, Malaikat TUHAN, yang adalah penampakan Yesus sendiri menjumpai dia dan berkata, “Kembalilah kepada nyonyamu, biarkanlah engkau ditindas di bawah kekuasaannya.”
Seringkali kita mengalami masalah yang sama dengan Hagar. Tiba-tiba kita jadi “tidak kerasan” di rumah/tempat yang selama ini telah membesarkan kita. Persoalannya sama: kita merasa diperlakukan secara tidak adil.
Repotnya seringkali kita mengambil jalan yang sama dengan Hagar: lari dari masalah. Hari ini, seperti Tuhan berkata kepada Hagar, Dia ingin berkata kepada saudara, “kembalilah! Jangan lari dari masalahmu, tundukkan dirimu di bawah kekuasaan otoritas yang ada, walaupun engkau sepertinya diperlakukan tidak adil (submit yourself under her hands).”
Masalah ada untuk dihadapi, bukan dihindari. Masalah memang tidak perlu dicari-cari, tapi bila ia datang, pantang kita berlari.
Ada beberapa alasan yang perlu kita pahami, mengapa kita tidak boleh lari dari masalah, yaitu:
1. Masalah yang muncul dalam hidup kita seringkali hanya merupakan “reaksi” dari pola perilaku kita yang tidak akurat.
Abram menghampiri Hagar, lalu mengandunglah perempuan itu. Ketika Hagar tahu, bahwa ia mengandung, maka ia memandang rendah akan nyonyanya itu. Lalu berkatalah Sarai kepada Abram: “Penghinaan yang kuderita ini adalah tanggung jawabmu; akulah yang memberikan hambaku ke pangkuanmu, tetapi baru saja ia tahu, bahwa ia mengandung, ia memandang rendah akan aku; TUHAN kiranya yang menjadi Hakim antara aku dan engkau.” Kata Abram kepada Sarai: “Hambamu itu di bawah kekuasaanmu; perbuatlah kepadanya apa yang kaupandang baik.” Lalu Sarai menindas Hagar, sehingga ia lari meninggalkannya. (ayat 4-6)
Penindasan yang terjadi atas diri Hagar disebabkan karena ia kurang memiliki “roh penundukan diri.” Ia memandang rendah akan nyonyanya. Tidak adanya “roh submissive” berakar dari kesombongan. Saat seseorang yang memiliki akar kesombongan merasa berada “di atas angin,” segera termanifestasi kesombongannya. Itulah yang terjadi terhadap Hagar. Selama ini ia “adem-adem” saja, tapi saat ia tahu bahwa ia bisa melakukan apa yang tidak bisa dilakukan oleh nyonyanya, bisa menghasilkan apa yang tidak bisa dihasilkan oleh nyonyanya, yaitu melahirkan anak, ia segera memandang rendah akan nyonyanya. Karena dipandang rendah, Sarai bereaksi, ia menindas Hagar.
Masalah yang muncul seringkali hanya merupakan reaksi dari pola prilaku kita yang tidak akurat. Jika kita memiliki cukup kerendahan hati untuk mengevaluasi diri, maka melalui masalah yang ada kita bisa mengetahui pola prilaku yang tidak akurat yang masih ada dalam hidup kita. itu kesempatan untuk mengevaluasi diri, mengoreksi diri, dan mengalami perubahan hidup.
Bila setiap kali muncul masalah kita terbiasa melarikan diri, maka kita tidak memiliki kesempatan untuk mengevaluasi diri dan mengalami perubahan hidup. Itu sebabnya orang yang punya kebiasaan melarikan diri dari masalah sulit untuk mengalami perubahan hidup dan menjadi dewasa. Mereka lebih suka bersungut-sungut dan menyalahkan orang lain, menyalahkan situasi atau apa saja dan siapa saja yang bisa disalahkan, termasuk Tuhan.
Jangan lari dari masalah, hadapilah! Belajarlah, berubahlah, bertumbuhlah dan jadilah dewasa.
2. Orang yang terbiasa lari dari masalah tidak akan pernah mengalami kejelasan tentang tujuan hidupnya.
Lalu Malaikat TUHAN menjumpainya dekat suatu mata air di padang gurun, yakni dekat mata air di jalan ke Syur. Katanya: “Hagar, hamba Sarai, dari manakah datangmu dan ke manakah pergimu?” Jawabnya: “Aku lari meninggalkan Sarai, nyonyaku.” (Ayat 7-8)
Tuhan bertanya kepada Hagar, dari mana ia datang dan ke mana ia pergi. Dan Hagar menjawab: “Aku sedang lari.” Ini jawaban yang tidak sesuai dengan pertanyaan. Mengapa Hagar tidak menjawab pertanyaan Tuhan, karena ia tidak jelas dari mana ia berasal dan ke mana ia akan pergi.
Orang yang terbiasa lari dari masalah seringkali samar tentang jati dirinya. Ia tidak tahu dari mana ia berasal (menjadi orang yang “lupa kacang akan kulitnya”), dan tidak jelas ke mana ia akan pergi (tidak tahu tujuan hidupnya).
Jangan lari dari masalah, hadapilah! Belajarlah tentang kehidupan di sana, Semakin kita belajar semakin kita akan jelas. Kita menjadi orang yang tidak mudah lupa diri dan mulai mengerti ke mana Tuhan “mengalirkan” hidup kita. Sekali waktu kita akan jelas tujuan hidup yang telah Tuhan tetapkan atas hidup kita, dan kita akan hidup di dalamnya.
Orang yang telah hidup dalam tujuan hidupnya, tidak akan lari dari masalah.
3. Tuhan selalu melihat dan mendengar penindasan yang terjadi atas hidup kita
Lalu kata Malaikat TUHAN itu kepadanya: “Kembalilah kepada nyonyamu, biarkanlah engkau ditindas di bawah kekuasaannya.” Lagi kata Malaikat TUHAN itu kepadanya: “Aku akan membuat sangat banyak keturunanmu, sehingga tidak dapat dihitung karena banyaknya.” Selanjutnya kata Malaikat TUHAN itu kepadanya: “Engkau mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan akan menamainya Ismael, sebab TUHAN telah mendengar tentang penindasan atasmu itu (ayat 9-11)
Inilah yang harus kita pahami: Tuhan adalah Tuhan yang selalu melihat dan mendengar penindasan yang terjadi atas kita. Dia tidak pernah meninggalkan kita sendirian. Dia akan menolong kita tepat pada waktunya.
Selama kita lari dari masalah kita tidak akan pernah melihat kekuatan tangan Tuhan yang menolong kita. Itu sebabnya orang yang membiasakan diri lari dari masalah, jarang melihat dan mengalami kuasa mujizat Tuhan.
Inilah alasan mengapa kita tidak boleh lari dari masalah. Jangan lari dari masalah, hadapilah! Lihat dan alami kekuatan tangan Tuhan yang diturunkan atas hidupmu! Karena Dia adalah Tuhan yang selalu melihat dan mendengar penindasan yang terjadi atas kita.
Baca juga: Kepercayaan yang Mengubah Kesedihan menjadi Sukacita.