Allah Perjanjian

Setiap kali Allah berhubungan dengan seseorang Dia selalu membangun hubungan ikatan janji, itu sebabnya Dia selalu memulai hubungan itu dengan mengucapkan “Ikrar Perjanjian” sebagai Allah perjanjian.

Allah Perjanjian
Allah Perjanjian

Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: “Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu; Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat (Kejadian 12:1-3, penekanan ditambahkan).

Sehubungan dengan itu, ada beberapa prinsip tentang Allah perjanjian yang bisa kita pelajari:

1. Alkitab kita adalah kitab Perjanjian yang terdiri dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
Alkitab kita adalah “ikrar perjanjian” yang dibuat Allah dengan manusia, itu sebabnya Alkitab penuh dengan janji Allah dari awal sampai akhirnya. PL bercerita tentang permulaan perjanjian yang “gagal” dipertahankan oleh umat, karena mereka “berselingkuh” dengan menyembah allah lain yang bukan Allah.

Itu sebabnya Allah membuat “ikrar perjanjian” yang baru dalam PB. Melalui korban tebusan Kristus kita bisa kembali terhisap dalam hubungan ikatan janji dengan-Nya, karenanya Gereja disebut sebagai “Mempelai Kristus.” Gereja seharusnya hidup dalam hubungan ikatan janji dengan-Nya.

2. Allah ingin dikenal sebagai milik pribadi orang percaya.
Selanjutnya berfirmanlah Allah kepada Musa: “Beginilah kaukatakan kepada orang Israel: TUHAN, Allah nenek moyangmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub, telah mengutus aku kepadamu: itulah nama-Ku untuk selama-lamanya dan itulah sebutan-Ku turun-temurun (Keluaran 3:15).

Dalam PL, Allah selalu memperkenalkan diri-Nya sebagai “Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub,” yang artinya Dia ingin dikenal sebagai milik pribadi. Dalam PB, Paulus sering menyebut dengan istilah “Allahku.”

Aku senantiasa mengucap syukur kepada Allahku karena kamu atas kasih karunia Allah yang dianugerahkan-Nya kepada kamu dalam Kristus Yesus (I Korintus 1:4 )

Aku mengucap syukur kepada Allahku setiap kali aku mengingat kamu (Filipi 1:3).

Aku mengucap syukur kepada Allahku karena persekutuanmu dalam Berita Injil mulai dari hari pertama sampai sekarang ini (Filipi 1:5).

Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus (Filipi 4:19).

Hanya wanita yang hidup dalam ikatan janji dengan saya bisa saya sebut sebagai “isteriku” (jangan coba-coba menyebut sembarang wanita dengan sebutan “isteriku”).

Allah ingin menjadi milik pribadi dari setiap orang percaya. Sama seperti Alkitab adalah milik pribadi dari setiap orang percaya, demikianlah Allah adalah milik pribadi dari setiap orang percaya.

Dalam satu keluarga, setiap anggota keluarga memiliki Alkitabnya masing-masing. Alkitabku adalah Alkitabku, Alkitab isteriku adalah Alkitab isteriku, Alkitab anakku adalah Alkitab anakku.

Kita tidak memiliki satu Alkitab untuk seluruh keluarga, karena Alkitab bersifat pribadi, sama seperti Allah. Allah Abraham adalah Allah Abraham, Allah Ishak adalah Allah Ishak, Allah Yakub adalah Allah Yakub, Allahku adalah Allahku.

3. Kita bisa mengenal Allah dengan sesungguhnya hanya jika kita terhisap dalam hubungan ikatan janji.
Kita tidak pernah bisa mengenal seseorang dengan sesungguhnya sampai kita hidup dalam ikatan janji dengan-Nya.

Mungkin anda sudah berpacaran cukup lama dengan seseorang, tetapi anda belum bisa benar-benar mengenal orang itu dengan sesungguhnya sampai anda masuk dalam hubungan ikatan janji (baca: menikah).

Dalam masa pacaran, anda selalu mengenal pasangan anda secara “tersamar”, tapi setelah menikah, anda bisa mengenal dia secara “terbuka”. Itulah sebabnya anda bisa berkata, “Dulu aku buta, sekarang aku melihat.”

Kita tidak bisa benar-benar mengenal Allah sampai kita terhisap dalam ikatan janji dengan-Nya. Selama anda belum terhisap dalam ikatan janji dengan-Nya anda akan selalu mengenal Dia secara tersamar. Sepertinya mengenal, tapi belum sungguh-sungguh mengenal.

4. Kita bisa “berhubungan intim” dan benar-benar menyatu dengan-Nya hanya jika kita ada dalam hubungan ikatan janji dengan-Nya.
Hubungan intim tanpa ikatan janji adalah “perzinahan.” Kita tidak pernah bisa “berhubungan intim” dan menyatu dengan-Nya sampai kita ada dalam hubungan ikatan janji dengan-Nya.

Anda boleh berdoa dan menyembah Dia 24 jam sehari, tapi anda tetap tidak “berhubungan intim” dengan-Nya dan tetap tidak mengenal Dia dan tidak pernah menyatu dengan-Nya. Anda tidak pernah mengenal isi hati-Nya dan jalan berpikir-Nya, sehingga anda tidak pernah menjadi seperti Dia. Karena sebagaimana kita mengenal Dia, demikianlah kita akan menjadi.

Demikianlah Allah kita adalah Allah perjanjian yang ingin mengikat janji dengan kita sebagai umat kepunyaan-Nya.

Baca juga: Warisan Pengenalan Akan Allah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*