Saat kita melangkah memasuki dunia sekuler, baik dalam area bisnis, hiburan, atau pun politik, kita seperti domba yang diutus ke tengah-tengah serigala. Karena itu Yesus berpesan, hendaklah kita menjadi cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati (Matius 10:16-31).
Kedua sifat ini harus menjadi satu, tidak boleh berdiri sendiri-sendiri. Karena kalau kita hanya cerdik tapi tidak tulus itu namanya licik, dan kalau kita hanya tulus tapi tidak cerdik itu namanya bodoh.

Untuk menjadi cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati ada beberapa unsur yang harus kita tumbuh-kembangkan dalam diri kita, yaitu:
1. Kehati-hatian (ayat 17).
“Tetapi waspadalah terhadap semua orang.”
Banyak orang Kristen yang begitu tulus hingga mudah ditipu karena kurang hati-hati. Orang di luar sana banyak yang licik kalau tidak hati-hati kita akan menjadi mangsa mereka. Hati-hati dalam menilai orang, karena banyak serigala berbulu domba. Unsur kehati-hatian akan menghindarkan kita dari jebakan musuh.
2. Kebergantungan (ayat 19-20).
“Apabila mereka menyerahkan kamu, janganlah kamu kuatir akan bagaimana dan akan apa yang harus kamu katakan, karena semuanya itu akan dikaruniakan kepadamu pada saat itu juga. Karena bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh Bapamu; Dia yang akan berkata-kata di dalam kamu.”
Hal tersebut hanya akan terjadi bila kita memiliki unsur kebergantungan akan Allah yang kuat. Latih dirimu untuk sehari-hari hidup dalam kebergantungan akan Allah, baik dalam perkataan maupun dalam tindakan, sehingga engkau tidak perlu kuatir dan bingung mengenai apa yang harus engkau katakan dan lakukan, karena “Roh Bapamu” akan memberitahukannya. Dengan demikian engkau selalu dapat menemukan solusi dari setiap permasalahan atau rancangan jahat yang dibuat musuh.
3. Konsistensi (ayat 22).
“… tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.”
Kelemahan banyak orang tulus adalah mereka kurang konsisten. Sehingga tidak ada satu pun pekerjaan yang bisa diselesaikan sesuai target. Tanpa kita membangun unsur konsistensi dalam diri, kita tidak akan mungkin berhasil dalam apa pun yang kita kerjakan.
4. Kreativitas (ayat 23).
“Apabila mereka menganiaya kamu dalam kota yang satu, larilah ke kota yang lain.”
Kalau usaha yang kita lakukan dalam satu kota tidak efektif, cobalah cari kota yang lain. Jangan sampai kita terus bergumul dalam area yang sama yang tidak menghasilkan, kita hanya akan membuang waktu kita yang berharga. Kalau apa yang kita lakukan sekian tahun tidak menghasilkan, cobalah lakukan yang lain. Cobalah cara yang lain! Itulah kreativitas. Orang yang kreatif tidak pernah terpatok pada satu cara. Seorang ahli pernah berkata: “Adalah sebuah kegilaan, jika kita terus-menerus melakukan hal yang sama dengan cara yang sama, tapi mengharapkan hasil yang berbeda.”
5. Pembelajaran (ayat 24-25).
“Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, Cukuplah bagi seorang murid jika ia menjadi sama seperti gurunya.”
Awalnya, seorang murid ada di bawah gurunya, tetapi kemudian hari ia bisa menjadi sama dengan gurunya; tetapi untuk mengalami hal itu ia perlu melewati proses pembelajaran. Tanpa proses pembelajaran seorang murid akan tetap menjadi murid. Jangan pernah berhenti belajar karena saat kita berhenti belajar, kita berhenti bertumbuh. Tanpa proses pembelajaran kita tidak akan pernah memunculkan kecerdikan.
6. Penyingkapan (ayat 26-27).
“karena tidak ada sesuatu pun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui. Apa yang Kukatakan kepadamu dalam gelap, katakanlah itu dalam terang; dan apa yang dibisikkan ke telingamu, beritakanlah itu dari atas atap rumah.”
Latih dirimu, miliki hati yang terbuka untuk terus menerima penyingkapan Roh dalam hidup sehari-hari. Saat kita berhadapan dengan musuh, unsur penyingkapan sangat dibutuhkan. Dengan demikian kita tidak mudah tertipu dan kita dapat lolos dari jebakan musuh.
7. Pengenalan (ayat 29-31).
“Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekor pun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu. Dan kamu, rambut kepalamu pun terhitung semuanya.”
Kita harus mengenal Allah sebagai Allah yang memelihara kehidupan dan menetapkan langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya. Dengan demikian apapun yang kita alami di dunia sekuler, kita selalu percaya tidak ada yang terjadi secara kebetulan, karena Allah yang menetapkan langkah hidup kita dan memelihara kita.
Dengan kita cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati, maka kita akan dapat memiliki kemampuan untuk meresponi segala sesuatu dari perspektif yang benar.
Baca pula: Mengapa Tuhan Cemburu Terhadap Mamon.