CIRI ORANG KRISTEN
YANG BERSIFAT DAGING (1)

1 Korintus 3:1-3, “Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan manusia duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus. Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya. Dan sekarang pun kamu belum dapat menerimanya. Karena kamu masih manusia duniawi. Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi?

Apakah sebenarnya ciri-ciri orang Kristen yang bersifat daging? Pertama, ia terus menjadi bocah atau bayi rohani dalam kurun waktu yang lama. Sewajarnya periode bayi rohani tidak boleh lebih lama dari tiga atau lima tahun. Seseorang dilahirkan kembali karena percaya kepada Tuhan Yesus yang menebus dosanya di atas salib. Seharusnya saat itu juga ia percaya bahwa dirinya telah tersalib bersama Sang Juruselamat, sehingga Roh Kudus membebaskannya dari kuasa dosa daging. Jika tidak mengetahui dan memercayai hal ini, maka ia akan menjadi orang Kristen karnal dalam kurun waktu yang lama.

Ciri yang kedua adalah mereka tidak dapat menerima pewahyuan rohani.

1 Korintus 2:14, “Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani.

Mereka dapat memahami ajaran rohani dalam pikiran mereka, namun ketika Paulus menyampaikan pewahyuan Roh, mereka tidak dapat memahaminya, karena pewahyuan roh hanya dapat ditangkap dan dinilai oleh manusia rohani yang dipimpin oleh rohnya, sedangkan orang Kristen karnal dipimpin oleh jiwanya.

Ajaran rohani yang tidak berasal dari pewahyuan Roh adalah hasil olahan pikiran dan ide manusia, sehingga tidak memerlukan roh untuk mencernanya. Ajaran rohani seperti itu tidak dapat membuat orang yang bersifat daging menjadi rohani, malahan justru akan memperkuat kedagingan mereka, sehingga mereka menipu diri sendiri, yaitu menganggap diri sendiri rohani, padahal tidak. Pengetahuan rohani seperti itu membuat orang menjadi sombong rohani (1 Kor. 8:1), tapi pewahyuan rohani menumbuhkan hayat rohani dan membuat orang rendah hati secara rohani.

Doa: O Tuhan Yesus, kami tidak ingin menjadi bayi rohani selamanya. Kami ingin bertumbuh dalam hayat rohani. Tolong kami untuk terus melatih menggunakan roh kelahiran kembali kami dan menundukkan jiwa kami untuk dipimpin oleh roh, agar kami dapat memahami pewahyuan Roh. Amin!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*