Matius 26:33-35, “Petrus menjawab-Nya: “Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak.”Yesus berkata kepadanya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya malam ini, sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.” Kata Petrus kepada-Nya: “Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau.” Semua murid yang lain pun berkata demikian juga.“
Kita telah belajar bagaimana kita harus menolak semua yang alamiah (daging), bukan hanya yang jahat, tetapi juga yang baik. Namun dalam pengalaman, seringkali kita hanya tahu menolak daging yang jahat, sementara daging yang baik diterima sepenuhnya, bahkan kita bersandar kepadanya untuk “menggenapi kehendak Allah.” Inilah tragedi kekristenan.
Jika kita tidak menolak semua daging yang baik, sekali waktu kita akan melihat dan menyadari bahwa walaupun dalam banyak hal daging seolah-olah paling kuat, paling mampu bekerja, namun begitu Allah memanggilnya untuk menderita sengsara dan menuju Golgota, ia akan lemah bagaikan air, segera mengundurkan diri dan tidak mau maju. Setinggi apapun kebaikan dan keperkasaan yang dicapai oleh daging, ia tetap tidak dapat memenuhi permintaan Allah.
Ketika Tuhan Yesus memberitahukan bahwa Dia akan ditangkap dan semua murid akan tergoncang imannya, Petrus segera menjawab, “Biarpun mereka semua terguncang imannya, aku sekali-sekali tidak!” Kelihatannya jawaban Petrus ini sangat baik dan rohani, namun ini bersumber dari daging atau alamiahnya, bukan dari Roh, terlihat dari dia merasa dirinya lebih baik dibanding orang lain. Bayangkan, dalam situasi yang mencekam seperti itu, daging masih bisa “mencuri” kesempatan untuk memanifestasikan kesombongannya.
Lalu setelah Yesus memberitahu bahwa ia akan menyangkal Tuhan tiga kali, Petrus menjawab, “Sekalipun aku harus mati, aku takkan menyangkal Engkau.” Ini sungguh jawaban yang luar biasa. Namun kita tahu bersama, ketika salib benar-benar datang, ia meninggalkan Tuhan dan menyangkal-Nya tiga kali. Awalnya kelihatannya hebat, radikal, militan untuk Tuhan, namun saat berhadapan dengan permintaan Allah yang sejati, daging sangat lemah dan tak berdaya.
Seluruh kekuatan dan pekerjaan daging, hanya bisa menyatakan kebolehannya pada hal-hal yang cocok dengan seleranya sendiri. Namun terhadap permintaan Allah yang sejati, ia akan selalu mengundurkan diri. Sebab itu, kematian tak dapat dihindari; jika tidak, kita tak mungkin dapat menggenapi kehendak Allah.
Doa: O Tuhan Yesus, kami sadar bahwa kami tidak dapat menggenapi kehendak Allah bersandarkan diri sendiri. Hanya dengan menolak daging, dan bertindak menurut Rohlah kami dapat mengggenapinya. Amin!