Mazmur 27:3 Sekalipun tentara berkemah mengepung aku, tidak takut hatiku; sekalipun timbul peperangan melawan aku, dalam hal itu pun aku tetap percaya.
Bila emosi kita telah dibenahi hingga menjadi pantas, tepat, halus, sabar, dan terkendali, tenang, dan terkontrol, kita akan dapat menguasai emosi kita di bawah roh untuk dikuasai oleh roh, dengan demikian emosi kita akan diatur oleh roh. Emosi kita tidak lagi akan bertindak dengan bebas, melainkan mutlak ditutupi di hadapan roh, membiarkan roh yang menjadi kepala. Ketika roh bergembira, emosi pun bergembira. Ketika roh bersedih, emosi pun bersedih. Begitu roh bergerak, emosi pun ikut bergerak. Emosi selalu mengikuti roh. Emosi yang bisa dipimpin oleh roh inilah baru merupakan emosi yang tepat, pantas, halus, sabar, dan terkendali, tenang, dan mampu mengontrol diri. Pada tahap ini emosi menjadi emosi yang rohani, yang tidak terganggu lagi dengan apa pun yang terjadi di sekitar kita. Bahkan kalau ada tentara yang berkemah mengepung kita, emosi kita tidak terganggu.
Jika Anda tidak beropini lain dan mau memikirkan dengan tenang butir-butir ini, Anda pasti menemukan bahwa penyebab dari banyaknya masalah dalam kehidupan doa kita terletak pada emosi. Kehidupan doa kita tidak tahan lama, selalu mengalami pasang surut, tiba-tiba tinggi – tiba-tiba rendah. Emosi kita sulit tunduk pada pimpinan roh, emosi kita masih bersifat individualistis melampaui roh kita, kita masih terus-menerus diganggu oleh emosi kita. Ini semua disebabkan karena emosi kita belum dibetulkan, belum ditepatkan sehingga menjadi pantas, tepat, halus, sabar dan terkendali, tenang, dan selalu terkontrol. Untuk menjadi pendoa yang normal, emosi harus tunduk di bawah roh, membiarkan roh menempati tempat yang utama, baru kita bisa menempuh kehidupan doa yang normal.
Doa: O Tuhan Yesus, tanggulangilah kami dan tepatkanlah emosi kami, agar emosi kami tidak terganggu lagi dengan apa pun yang terjadi di sekitar kami sehingga kami dapat berdoa dengan normal. Amin!